Monday, October 31, 2011

Lakukan Private Placement 15 Persen Sahamnya, HRUM Masih Terkoreksi

Selasa, 01 November 2011 11.00 WIB


(Vibiznews – Stocks) PT Harum Energy Tbk (HRUM) dikabarkan tengah berencana untuk melakukan private placement sebesar 15% sahamnya pada harga Rp8.900. Dengan dilakukan private placement tersebut, diperkirakan laba perseroan pada 2012 akan tumbuh hingga 300%.

Hingga kuartal ketiga 2011, aset perseroan tumbuh sebesar 64,56% menjadi Rp4,17 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Total ekuitas juga meningkat drastis sebesar 207,57% menjadi Rp3,12 triliun. Begitu juga dengan laba bersih, naik 89,88% menjadi Rp1,08 triliun. Dengan pertumbuhan tersebut mendorong tingkat ROE naik menjadi 42,53% dan ROA menjadi 34,52%.

Mengalami penguatan, hari ini HRUM berada pada level 7.950 (1/11). Indikator stochastic memberikan sinyal bearish setelah dua hari kemarin terjadi koreksi cukup dalam. Begitu juga dengan indikator MACD, dimana uptrend tertahan oleh histogram positif yang memendek. Sedangkan dalam jangka panjang, trend masih bearish dimana EMA 50 masih bergerak dibawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Laba Bersih Melonjak 96 Persen, ADRO Cenderung Terkoreksi

Selasa, 01 November 2011 10.30 WIB


(Vibiznews – Stocks) PT Adaro Energy Tbk (ADRO) hingga kuartal tiga tahun 2011 berhasil membukukan kenaikan laba bersih sebesar 96% menjadi US$376,04 juta dibandingkan periode yang sama tahun lalu hanya sebesar US$191,37 juta. Kenaikan laba bersih tersebut terdorong oleh peningkatan pendapatan sebesar 47,5% menjadi US$2,92 miliar.

Hingga bulan September, tercatat aset perseroan mengalami pertumbuhan sebesar 21.92% menjadi US$5,45 miliar. Dengan pertumbuhan tersebut maka diperkirakan tingkat ROE dan ROA untuk year on year meningkat menjadi 22,65% dan 10,74%.

Terjadi death cross pada ahir perdagangan minggu lalu, saat ini ADRO berada pada level 2.075 (1/11). Indikator stochastic memberikan sinyal reversal untuk keluar area overbought. Begitu juga dengan indikator MACD dimana uptrend tertahan oleh histogram positif yang mulai memendek. Sedangkan dalam jangka panjang, trend masih bearish dimana EMA 50 masih terus bergerak dibawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Laba Bersih Melonjak Tiga Kali Lipat, BULL Berpotensi Menguat

Senin, 31 Oktober 2011 15.30 WIB


(Vibiznews – Stocks) PT Buana Listya Tama Tbk (BULL) mencatat laba bersih Rp 340,57 miliar di triwulan III-2011, naik 213,9% dari periode yang sama tahun lalu Rp 108,47 miliar. Laba per saham perseroan mencapai Rp 17,06 per lembar, setelah tahun lalu rugi Rp 6,38 per lembar.

Menurut laporan keuangan BULL yang dipublikasikan di Jakarta, Senin (31/10/2011), pencapaian ini tidak lepas dari pendapatan usaha yang naik 100,63% dari Rp 375,28 miliar di triwulan III-2010 menjadi Rp 752,95 miliar.

Laba kotor perseroan meroket dari Rp 18,48 miliar menjadi Rp 253,83 miiar. Hingga triwulan III-2011, BULL meraih penghasilan lain-lain Rp 30,32 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun lalu anak usaha PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) mencatat rugi lain-lain Rp 33,64 miliar.

Tak ayal hal tersebut membuat kinerja perseroan semakin mengkilap. Laba sebelum pajak mencapai Rp 259,49 miliar, setelah diperiode yang sama tahun lalu mencatat rugi sebelum pajak Rp 37,57 miliar.

Aset perseroan hingga September 2011 mencapai Rp 3,57 triliun, naik dari posisi akhir 2010 Rp 2,84 triliun. Sementara total utang turun dari Rp 1,26 triliun menjadi Rp 695,13 miliar.

Memiliki trend bearish sejak pertama kali yaitu melakukan penawaran perdana saham 24 Mei 2011, saat ini BULL berada pada level 116 (31/10). Indikator stochastic memberikan sinyal bullsih, dimana minggu lalu telah terbentuk golden cross. Begitu juga dengan indikator MACD yang memberikan sinyal bullish dengan histogram positif yang memanjang.

Lihat Analisis Vibiz Research

Laba Bersih Meningkat Hingga 86 Persen, ISAT Cenderung Terkoreksi

Senin, 31 Oktober 2011 14.38 WIB


(Vibiznews – Stocks) PT Indosat Tbk (ISAT) meraih laba bersih Rp 992 miliar hingga triwulan III-2011, atau naik 86,9% dari periode yang sama tahun lalu Rp 530,9 miliar. Laba per saham dasar yang didistribusikan kepada pemilik perusahaan sebesar Rp 182,6, naik dari periode sebelumnya Rp 97,7 per lembar.

Menurut Direktur Utama ISAT, Harry Sasongko, laba naik akibat selisih kurs dan turunnya beban pendanaan. Walaupun terjadi peningkatan dalam beban penyusutan dan amortisasi.

Pendapatan usaha hingga September 2011 mencapai Rp 15,36 triliun, naik 3,5% dari periode sebelumnya Rp 14,84 triliun. Pendapatan selular mencapai Rp 12,58 triliun, naik 4,8% dari tahun lalu. Sedangkan pendapatan non selular Rp 2,77 triliun, turun tipis 1,9% dari periode sebelumnya Rp 2,82 triliun.

Beban usaha yang mencapai Rp 13,05 triliun membuat laba usaha ISAT berada di level Rp 2,3 triliun hingga September 2011. Laba usaha justru turun 9,2% dari sebelumnya Rp 2,54 triliun. EBITDA naik 6,6% menjadi Rp 7,57 triliun, sedangkan marjin EBITDA sebesar 49,3%.

Sepanjang Januari-September 2011 total utang perseroan mencapai Rp 21,64 triliun, turun 20,7% dari periode sebelumnya Rp 27,3 triliun. Investasi barang modal tunai mencapai Rp 3,9 triliun hingga triwulan III-2011, naik 8,9% dari posisi yang sama tahun lalu Rp 4,33 triliun.

"Indosat mengurangi lebih dari 20% setelah membayar utang jatuh tempo obligasi Indosat IV Rp 815 miliar, obligasi syariah Ijarah I Rp 285 miliar, pinjaman sindikasi US$ 112,5 juta, cicilan pinjaman SEK Tranche A,B, dan C sebesar US$ 33,6 juta, HSBC Coface dan Sinosure US$ 20,1 juta, pinjaman komersial 9 tahun dari HSBC US$ 1,4 juta," jelas Harry di kantornya, Jakarta, Senin (31/10/2011).

ARPU selular turun 16,6% menjadi Rp 29.439 dibandingkan tahun lalu Rp 35.310. Ini disebabkan oleh naiknya jumlah pelanggan 29,9% dari triwulan III-2010, 39,7 juta orang menjadi 51,5 juta orang.

Mengalami pelemahan pada dua hari terahir membuat ISAT saat ini berada pada level 5.250 (31/10). Indikator stochastic sudah menunjukan bahwa ISAT berada pada titik jenuh beli dimana hal tersebut rentan akan koreksi. Sedangkan pada MACD, trend masih menunjukan bullish yang kuat dimana histogram positif masih memanjang. Sedangkan dalam jangka panjang, ISAT memiliki trend bearish dimana EMA 50 bergerak dibawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Laba Meningkat Hingga 46,9%, BMRI Cenderung Terkoreksi

Senin, 31 Oktober 2011 11.14 WIB


(Vibiznews – Stocks) PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) meraup laba bersih konsolidasi Rp 9,487 triliun di akhir September 2011, naik 46,9% dibandingkan laba tahun sebelumnya pada periode yang sama Rp 6,458 triliun. Laba naik didorong tingginya pendapatan premi dari anak usaha perseroan.

Seperti dikutip dari laporan kinerja keuangan perseroan, Senin (31/10/2011), pendapatan bunga perseroan hanya naik tipis dari Rp 25,088 triliun di triwulan III-2011 menjadi Rp 27,512 triliun.

Sementara pendapatan premi perseroan naik tinggi menjadi Rp 2,454 triliun di sembilan bulan pertama tahun ini, dibandingkan Rp 192,939 miliar di tahun lalu pada periode yang sama. Total pendapatan bunga dan premi bank BUMN itu menjadi sebanyak Rp 18,718 triliun.

Perseroan berhasil menekan beban operasional menjadi hanya Rp 6,147 triliun di akhir September 2011, dari sebelumnya Rp 4,469 triliun. Sehingga, laba operasi perseroan pun ikut naik dari Rp 8,537 triliun menjadi Rp 12,301 triliun.

Laba bersih per saham dasar perseroan ikut terkerek menjadi Rp 393,11 per lembar, dibandingkan triwulan III tahun 2010 sebesar Rp 304,42 per lembar.

Setelah menguat sepanjang satu bulan terahir, hari ini BMRI terkoreksi 100 poin ke level 7.100 (31/10). Indikator stochastic memberikan sinyal koreksi dimana hari ini terjadi death cross di area overbought. Namun koreksi tersebut masih belum tampak pada indikator MACD dimana trend masih menggambarkan uptrend. Sedangkan dalam jangka panjang trend masih bullish dimana EMA 50 masih berada diatas EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Laba Bersih Melonjak hingga 134 Persen, APLN Cenderung Terkoreksi

Senin, 31 Oktober 2011 11.00 WIB


(Vibiznews – Stocks) PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) pada kuarta ketiga tahun 2011, berhasil membukukan kenaikan laba bersih sebesar 134% menjadi Rp448,8 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Kenaikan laba bersih tersebut didorong oleh meningkatnya jumlah pendapatan sebesar 86,3% menjadi Rp2,67 trilun. Selain itu marketing sales APLN melonjak sebesar 93% menjadi Rp3,3 triliun.

Tercatat pada leporan keuangan APLN, hingga bulan September 2011 aset perseroan tumbuh sebesar 25,07% dalam 3 bulan. Total ekuitas pun meningkat sebesar 1,23%. Dengan pertumbuhan tersebut maka tingkat ROE naik menjadi 12,22% dan ROA menjadi 5,96% (yoy).

Turun 5 poin, saat ini APLN berada pada level 330 (31/10). Indikator stochastic memberikan sinyal sideways pada 2 minggu terahi. Begitu juga dengan indikator MACD, dimana uptrend tertahan oleh histogram positif yang mendatar. Sedangkan pada trend jangka panjang, APLN cenderung bearish dimana EMA 50 masih berada dibawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Thursday, October 27, 2011

Kinerja Keuangan Cemerlang, ANTM Menuju 2.500

Jumat, 28 Oktober 2011 09.27 WIB


(Vibiznews – Stocks) Sejumlah investor disebut-sebut melakukan aksi borong saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pada perdagangan kemarin. Maraknya perdagangan saham ANTM, ditenggarai terkait kinerja mengesankan yang didukung tingginya harga jual rata-rata (ASP).

Menurut salah satu pelaku pasar, peningkatan laba bersih perusahaan plat merah itu di triwulan III-2011 selain ditopang kenaikan penjualan, juga dipicu naiknya pendapatan dividen dari investasi.

"Kabar yang beredar adalah saham ANTM bisa naik ke Rp 2.500 terkait dengan kinerja yang mengesankan sepanjang tahun 2011 dan PE sebesar 7x masih terbilang murah," kata si pelaku pasar tersebut, Jumat (28/10/2011).

Pada semester pertama 2011 lalu, ANTM membukukan pertumbuhan pendapatan dan laba bersih masing-masing sebesar 13% dan 35% YoY menjadi Rp4,88 triliun dan Rp1,02 triliun.

Mengalami penguatan sejak awal Oktober, saat ini ANTM berada pada level 1.790 (28/10). Indikator stochastic memberikan sinyal uptrend cukup kuat, walaupun sudah berada pada area overbought. Begitu juga dengan indikator MACD dimana trend bullish didorong oleh histogram yang memanjang. Namun pada jangka panjang, EMA 50 masih bergerak kuat dibawah EMA 200 yang berarti bearish.

Lihat Analisis Vibiz Research

Wednesday, October 26, 2011

Berencana Lakukan Right Issue, BORN Masih Akan Terkoreksi

Kamis, 27 Oktober 2011 10.26 WIB


(Vibiznews – Stocks) PT Borneo Lumbung Energy and Metal Tbk (BORN) berencana untuk membeli kembali saham mereka (buyback). Kabar tersebut beredar seiring dengan rencana perseroan untuk menggelar non-prempetive right issue pada harga Rp1.100 per lembar. Perusahaan cooking coal asal Australia dikabarkan berencana untuk membeli saham tersebut.

Melihat kinerja perseroan pada tahun 2011, aset BORN tumbuh signifikan sebesar 96,57% menjadi Rp9,82 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Total ekuitas juga meningkat pesat hingga 104 kali lipat menjadi Rp7,32 triliun. Begitu juga dengan laba bersih, naik hingga 40 kali lipat menjadi Rp826,8 miliar. Dengan pertumbuhan pesat tersebut, maka tingkat ROE naik menjadi 21,39% dan ROA menjadi 16,84%.

Memiliki trend bearish sepanjang tahun 2011, saat ini BORN berada pada level 980 (27/10). Indikator stochastic memberikan sinyal bearish cukup kuat. Sedangkan pada indikator MACD, uptrend tertekan oleh histogram positif yang memendek. Begitu juga dengan jangka panjang yang bearish dimana EMA 50 terus bergerak menjauh di bawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

BPK Larang Pemerintah Beli 7 Persen Saham Newmont

Kamis, 27 Oktober 2011 10.00 WIB


(Vibiznews – Stocks) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melarang pemerintah beli sisa saham divestasi PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) kecuali sudah dapat restu DPR. Pasalnya, BPK menilai pembelian saham tersebut oleh Pusat Investasi Pemerintah (PIP) merupakan Penyertaan Modal Negara (PMN).

Demikian ditegaskan Wakil Ketua BPK Hasan Bisri melalui pesan singkatnya kepada detikFinance, Kamis (27/10/2011).

"BPK sudah menyampaikan ke DPR dan Menteri Keuangan, laporan pemeriksaan tentang proses pembelian saham NNT oleh PIP. BPK berpendapat bahwa pembelian saham NNT oleh PIP adalah penyertaan modal pemerintah pada perusahaan swasta yang harus terlebih dahulu minta persetujuan DPR," ujarnya.

Hasan menambahkan jika ada perbedaan pandangan antara pemerintah dan DPR RI terkait hasil laporan audit BPK terkait pembelian saham Newmont oleh pemerintah tersebut, maka penyelesaiannya diserahkan kepada kedua belah pihak.

"BPK hanya memberikan pendapat, keputusan apa yang mau diambil terserah Pemerintah dan DPR," tandasnya.

Berdasarkan laporan hasil audit BPK yang dikutip detikFinance, pada tanggal 20 April 2010, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT NNT menyetujui pengalihan saham yang dimiliki PT Pukuafu Indah kepada PT Indonesia Masbaga Investama sehingga komposisi pemegang saham perusahaan tambang tersebut adalah:

Nemont Indonesia Limited sebanyak 31,5 persen dengan nilai USD 215,272 juta.

Nusa Tenggara Mining Corporation B.V sebesar 24,5 persen dengan nilai USD 167,434 juta.

PT Multi Daerah Bersaing sebesar 24 persen dengan nilai USD 164,017 juta.

PT Pukuafu Indah sebesar 17,8 persen dengan nilai USD 121,681 juta.

PT Indonesia Masbaga Investama sebesar 2,2 persen dengan nilai USD 15 juta.

Dengan demikian, pembelian 7 persen saham PT NNT oleh PIP atas nama pemerintah RI merupakan Penyertaan Modal Pemerintah sesuai dengan pasala 24 UU Nomor 17 tahun 2003 yang harus tunduk pada ketentuan dalam UU Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Berdasarkan ketentuan UU Nomor 17 tahun 2003 tersebut, Pemerintah pada dasarnya hanya dapat melakukan penyertaan modal pada perusahaan negara/daerah. Dana untuk melakukan penyertaan modal tersebut harus disediakan dalam APBN/APBD.

Namun demikian penyertaan modal pada perusahaan swasta juga dapat dilakukan oleh Pemerintah, apabila ada alasan tertentu atau dalam keadaan tertentu, untuk menyelematkan perekonomian nasional, seteleh mendapat persetujuan DPR RI. Persetujuan DPR RI dimaksudkan menyangkut susbtansi Penyertaan MOdal Pemerintah pada perusahaan swasta dan penyediaan dananya dalam APBN.

Lihat Analisis Vibiz Research

Tuesday, October 25, 2011

Berencana Akuisisi Tambang Granit, CTTH Berpeluang Naik

Rabu, 26 Oktober 2011 10.15 WIB


(Vibiznews – Stocks) PT Citatah Tbk (CTTH) dikabarkan berencana untuk mengakuisisi tambang granit di Sulawesi merespon lonjakan permintaan di pasar ekspor. Ditambah lagi beredar kabar bahwa perseroan sedang bekerja sama dengan mitra strategis asing yang akan memberikan suntikan dana ke CTTH.

Berdasarkan laporan keuangan CTTH pada semester pertama 2011, aset perseroan mengalami pertumbuhan sebesar 159,36% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp218,9 miliar. Total ekuitas meningkat sebesar 26.46% menjadi Rp86,5 miliar. Begitu juga dengan laba bersih, meningkat sebesar 86,89% menjadi Rp11,4 miliar. Dengan pertumbuhan tersebut tingkat ROA menjadi 10,4% dan ROE menjadi 24,7%.

Memiliki tingkat volatilitas tinggi, hari ini CTTH berada pada level 78 (26/10). Indikator stochastic menggambarkan trend cenderung flat dalam tiga minggu terahir. Dimana %K dan %D saling melakukan penetrasi. Begitu juga dengan indikator MACD dimana histogram sering berubah arah baik positif maupun negatif. Namun dalam jangka panjang trend masih bullish dimana EMA 50 bergerak diatas EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Monday, October 24, 2011

Mengincar Bank Lokal, PNBN Masih Berpotensi Menguat

Selasa, 25 Oktober 2011 11.26 WIB


(Vibiznews – Stocks) PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) dikabarkan sedang mengincar satu bank lokal. Perseroan sedang melakukan pembicaraan dengan bank yang akan diakuisisi tersebut.

Menurut salah satu pelaku pasar, dana yang akan dipakai perseroan untuk akuisisi tersebut berasal dari hasil divestasi anak usaha perseroan di bidang properti.

"Saham PNBN disebut-sebut bakal dikerek ke level Rp 800 dalam waktu dekat atas rencana ini," katanya Selasa (25/10/2011).

Harga saham tersebut diprediksi meningkat karena menjadi incaran para penanam modal setelah mendengar rencana aksi korporasi tersebut.

Melihat kinerja keuangan sepanjang semester pertama 2011, aset PNBN mengalami pertumbuhan sebesar 25,86% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp111,82 triliun. Total ekuitas juga meningkat sebesar 27,05% menjadi Rp14,45 triliun. Namun laba bersih perseroan mengalami penurunan sebesar 6,82% menjadi hanya Rp732,6 miliar. Penurunan laba bersihtersebut membuat tingkat ROE menjadi 9,89% dan ROA menjadi 1,31%.

Mengalami pelemahan sejak Februari lalu, saat ini PNBN berada pada level 670 (25/10). Indikator stochastic memberikan sinyal bullish yang cukup kuat, dimana trend melonjak tajam menuju titik overbought. Begitu juga dengan indikator MACD yang terus menguat didorong oleh histogram positif yang memanjang. Sementara itu, PNBN memiliki trend jangka panjang yang bearish dimana EmA 50 bergerak menjauh dibawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Bagikan Dividen Interim, BNGA Masih Berpotensi Menguat

Selasa, 25 Oktober 2011 10.50 WIB


(Vibiznews – Stocks) PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) berencana membagikan dividen interim dengan nilai total Rp 199,79 miliar. Dividen tunai itu setara Rp 7,95 per saham.

Seperti dikutip dari keterangan tertulis perseroan, Selasa (25/10/2011), dividen tersebut akan diambil dari kinerja perseroan tahun buku Juni 2011. Dividen interim itu akan dibagikan kepada para pemegang saham yang jumlahnya sebanyak 25,131 lembar saham.

Jadwal cum dividen di pasar reguler dan negosiasi dilakukan pada 11 November 2011, dengan ex dividen di beberapa hari sesudahnya yaitu 14 November 2011. Sementara cum dividen di pasar tunai digelar 16 November, berbarengan dengan recording date.

Kemudian dilanjut dengan ex dividen di pasar tunai pada 17 November 2011. Dividen interim ini akan disebarkan pada 30 November 2011.

Pada perdagangan hari ini, hingga pukul 10.21 waktu JATS, harga saham BNGA naik 10 poin (+0,78%) ke level Rp 1.290 per lembar. Sebanyak 341 lot sahamnya diperdagangkan 41 kali senilai Rp 221,925 juta.

Berhasil rebound dari penurunannya sejak Maret lalu, hari ini BNGA bercokol di level 1.290 (25/10). Indikator stochastic memberikan sinyal adanya koreksi dari penguatan tersebut. Begitu juga dengan indikator MACD dimana uptrend tertahan oleh histogram positif yang mulai memendek. Begitu juga dengan trend jangka panjang yang bearish, dimana EMA 50 bergerak dibawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

CIMB Niaga Bagikan Dividen Interim Rp 199,79 Miliar

Selasa, 25 Oktober 2011 10:22 WIB


(Vibiznews-Stocks), PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) berencana membagikan dividen interim dengan nilai total Rp 199,79 miliar. Dividen tunai itu setara Rp 7,95 per saham.

Seperti dikutip dari keterangan tertulis perseroan, Selasa (25/10/2011), dividen tersebut akan diambil dari kinerja perseroan tahun buku Juni 2011. Dividen interim itu akan dibagikan kepada para pemegang saham yang jumlahnya sebanyak 25,131 lembar saham.

Jadwal cum dividen di pasar reguler dan negosiasi dilakukan pada 11 November 2011, dengan ex dividen di beberapa hari sesudahnya yaitu 14 November 2011. Sementara cum dividen di pasar tunai digelar 16 November, berbarengan dengan recording date.

Kemudian dilanjut dengan ex dividen di pasar tunai pada 17 November 2011. Dividen interim ini akan disebarkan pada 30 November 2011.

Pada perdagangan hari ini, hingga pukul 10.21 waktu JATS, harga saham BNGA naik 10 poin (+0,78%) ke level Rp 1.290 per lembar. Sebanyak 341 lot sahamnya diperdagangkan 41 kali senilai Rp 221,925 juta.

Lihat Analisis Vibiz Research

Laba Bersih Meningkat 4 Persen, BBTN Mencoba Penetrasi Resistance

Selasa, 25 Oktober 2011 10.06 WIB


(Vibiznews – Stocks) PT Bank Tabungan Negara Tnk (BTN) berhasil meraih laba bersih Rp 707,38 miliar hingga triwulan III-2011. atau naik 4,35% dari periode yang sama tahun lalu, Rp 677,89 miliar. Laba per saham pun juga ikut naik tipis dari Rp 78 per lembar menjadi Rp 80 per lembar.

Peningkatan laba ditopang oleh pendapatan bunga bersih, pendapatan non bunga, biaya overhead dan pajak. Pendapatan bunga bersih BTN mencapai Rp 2,65 triliun, naik Rp 200,3 miliar dari periode sebelumnya Rp 2,45 triliun.

Kredit perseroan meningkat 20,24% dari Rp 49,32 triliun di September 2010 menjadi Rp 59,31 triliun di September 2011. Sedangkan total aset bank plat merah ini hingga akhir September mencapai Rp 76,048 triliun, naik 19.45% dari periode sebelumnya Rp 63,66 triliun.

Pendanaan perseroan di triwulan III-2011 tercatat Rp 52,83 triliun, naik dari sebelumnya Rp 43,03 triliun. Rasio Kecukupan Modal (CAR) masih nyaman pada level 15,44%.

Untuk Net Performing Loan (NPL) net sampai 30 September tercatat 3,46% turun tipis dari periode yang sama tahun lalu 3.47%. Return on Asset (ROA) dan Return of Equity (ROE) masing-masin berada di level 1,77% dan 15,03%.

Khusus Net Interest Margin (NIM) di posisi 5,49% turun dari tahun lalu 6%. Dan Loan to Deposit Ratio (LDR) serta Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) berada di angka 112,27% dan 85,05%.

Terakhir, Suku Bunga Dasar Kredit (Prime Lending Rate) sampai 30 September, di kredit korporasi 11,09%, kredit ritel 11,21%. Sedangkan KPR di kisaran 11,69% dan kredit konsumsi non KPR 11,98%.

Mengalami penguatan sepanjang satu bulan terahir, hari ini BBTN berada pada level 1.470 (25/10). Indikator stochastic menggambarkan trend cenderung flat dalam satu minggu terahir. Sedangkan pada indikator MACD, uptrend tertahan oleh histogram yang memendek. Begitu juga dengan jangpa panjang yang masih bearish dimana EMA 50 bergerak dibawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Sunday, October 23, 2011

Bangun Proyek JORR Ulujami-Kebon Jeruk, WIKA Cenderung Teroreksi

Senin, 24 Oktober 2011 10.30 WIB


(Vibiznews – Stocks) PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) baru saja mulai mengerjakan proyek pembangunan jalan tol jakarta outer Ring Road (JORR) Ruas W2 Utara. Panjang ruas tol ini mencapai 7,67 kilometer (km), dimana nantinya akan menghubungkan daerah Kebon Jeruk dengan Ulujami. Dalam pelaksanaannya, perseroan menggunakan pendanaan yang berasal dari kas internal dan pinjaman bank yang diperkirakan memakan total dana sebesar Rp2,23 triliun.

Berdasarkan kinerja keuangan pada paruh pertama 2011, aset perseroan tumbuh sebesar 18,29% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp6,5 triliun. Total ekuitas juga meningkat sebesar 21,5% menjadi Rp1,96 triliun. Laba bersih naik tipis sebesar 0,14% menjadi Rp141 miliar. Kecilnya kenaikan laba bersih dibanding dengan pertumbuhan aset dan ekuitas membuat tingkat ROE turun menjadi 13,91% dan ROA menjadi 4,34%.

Mengalami koreksi dari trend bullishnya, WIKA berada pada level 520 (24/10). Indikator stochastic memberikan sinyal bearish cukup kuat setelah dua minggu lalu trend berbalik arah di area overbought. Begitu juga dengan indikator MACD, dimana uptrend tertahan oleh histogram positif yang memendek. Sedangkan pada trend jangka panjang, WIKA masih berada pada kondisi bearish dimana EMA 50 bergerak dibawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Harga Komoditas Karet Melonjak, Saham JAWA Diburu

Senin, 24 Oktober 2011 10.02 WIB


(Vibiznews – Stocks) Banjir yang melanda Thailand dalam beberapa bulan terakhir membuat harga beberapa komoditas naik tajam. Salah satunya adalah harga karet yang meroket. Namun dengan melonjaknya harga karet, justru malah memberikan pengaruh positif bagi PT Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA). Beredar kabar bahwa CLSA dan Mandiri Sekuritas berniat untuk memborong JAWA.

Melihat performa JAWA sepanjang semester pertama 2011, aset perseroan memilki pertumbuhan sebesar 77,34% dibandingkan dengan ahir desember 2010 menjadi Rp1,86 triliun. Total ekuitas juga meningkat drastis sebesar 209% menjadi Rp1,07 triliun. Begitu juga dengan laba bersih, naik 41,45% menjadi Rp113.3 miliar. Namun tingginya pertumbuhan aset dan ekuitas, tidakmampu diimbangi oleh kenaikan laba bersih. Sehingga tingkat ROE turun menjadi 20,2% dan ROA menjadi 12,21%.

Rebound dari pelemahanya pada pertengahan 2011, saat ini JAWA berada pada level 375 (24/10). Indikator stochastic masih cenderung bearish dimana trend telah meninggalkan area overbought. Sedangkan indikator MACD mengalami penguatan yang cukup signifikan. Belum terjadinya death cross, membuat uptrend cukup kuat.

Lihat Analisis Vibiz Research

Cardig Khususkan Penjualan Saham IPO ke Investor Hongkong dan Singapura

Minggu, 23 Oktober 2011 22:42 WIB


(Vibiznews-Stocks), PT Cardig Aero Services masih membidik seluruh investor luar atau dalam negeri, dalam rangka penawaran umum saham perdana (IPO) mereka. Namun kondisi global yang masih berfluktuasi, perseroan mengkhususkan penjualan saham IPO kepada investor asal Singapura dan Hongkong.

Hal ini disampaikan Direktur PT Bahana Securities, Andi Sidharta, di Jakarta, Senin (23/10/2011). Bahana merupakan penjamin pelaksana emisi efek (underwriter) anak usaha Cardig International.

"Kita usahakan di dua-duanya. Asing dan lokal. Untuk yang asing mungkin investor di Singapura dan Hongkong," tuturnya.

Cardig Aero Services sendiri siap menawarkan 313,03 juta saham baru kepada publik. Saham yang dilepas setara dengan 15% dari total kepemilikan saham perseroan. Porsi pelepasan saham ini tergolong kecil, rata-rata calon emiten yang go public sebelumnya menawarakan saham diatas 20%.

"Memang kebutuhannya saat ini hanya segitu," tegas Andi.

Belum diketahui kisaran harga pelaksanaan IPO tersebut, karena perseroan masih menanti feed back dari hasil pre-marketing yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil pre-marketing baru diterima manajeman pada Senin (24/10/2011) besok.

Perseroan sendiri, setelah mendapat izin pra efektif dari Bapepam-LK, bersiap menyelenggarakan publik ekspose di Hotel Ritz Calton, Pasific Place, Senin mendatang. Dalam IPO Cardig juga terdapat hak opsi saham karyawan sebanyak-banyak 10% dari saham yang akan dilepas ke publik tersebut.

Dana hasil IPO, sekitar 40,63% menjadi penyertaan modal di PT Purantara Mitra Angkasa Dua, perusahaan inflight catering. Dengan jumlah yang sama, 40,63%, digunakan untuk peningkatan penyertaan di anak usaha PT Cipta Anugrah Sarana Catering (CASC). Sisanya, 18,75% untuk membayar utang ke Standard Chartered Bank.

Bookbuilding dilakukan pada 24 Oktober hingga 9 November 2011. Dimana, perkiraan tanggal efektif didapat pada 17 November 2011. Untuk masa penawaran pada 21, 22, 23 November, dan listing perdana di Bursa Efek Indonesia pada 29 November.

Perseroan bergerak di bidang jasa dalam industri penerbangan, termasuk ground hauling, pengurusan kargo, penyedia makanan dalam penerbangan, dan keamanan serta pemeliharaan pesawat terbang.

Lihat Analisis Vibiz Research

Friday, October 21, 2011

Lakukan Buyback Saham, CTRP Cenderung Terkoreksi


Jumat, 21 Oktober 2011 11.38 WIB

PT Ciputra Property Tbk (CTRP) berencana untuk melakukan pembelian kembali (buyback) saham sebesar 10% atau maksimal sebesar 615 juta lembar saham. Tujuan dilakukannya buyback adalah untuk meningkatkan kenerja saham perseroan dimana akan meningkatkan laba bersih per saham (EPS) dimana akan datang.

Dana buyback saham berasal dari saldo laba yang tersisa. Nilai saldo laba yang ditahan dicadangkan untuk pembelian kembali saham sebesar Rp204,67 miliar. Rencananya perseroan akan menyimpan saham tersebut dalam bentuk treasury stock. Nantinya treasury stock dapat digunakan untuk hal-hal yang diperlukan.

Melihat kinerja perseroan sepanjang paruh pertama tahun 2011, aset perseroan mengalami pertumbuhan sebesar 6,33% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp3,97. Total ekuitas meningkat sebesar 7,02% menjadi Rp3,6 triliun. Begitu juga dengan laba bersih naik sebesar 0,78% menjadi Rp77,1 miliar. Namun kenaikan laba bersih yang kecil, membuat tingkat ROE turun menjadi 4,24% dan ROA menjadi 3,89%.

Menguat sejak dua minggu terahir, saat ini CTRP berada pada level 450 (21/10). Indikator stochastic menunjukan sunyal reversal meninggalkan area overbought. Begitu juga dengan indikator MACD dimana uptrend tertekan oleh histogram positif yang memendek. Sedangkan jangka panjang, trend cenderung terkoreksi dimana EMA 50 bergerak mendekati EMA 200 dari atas.

Pendapatan Menurun, GPRA Semakin Tertekan


Jumat, 21 Oktober 2011 11.00 WIB

PT Perdana Gapuraprima Tbk (GPRA) sepanjang semester pertama 2011 mengalami penurunan kinerja. Pendapatan perseroan turun sekitar 4,88% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp151,31 miliar. Dengan turunnya pendapatan, laba bersih perseroan tertekan hingga 19,88% menjadi hanya Rp17,82 miliar. Namun pendapatan bisnis apartemen GPRA naik menjadi Rp58,37 miliar dan bisnis rumah menjadi Rp57,1 miliar.

Dengan penurunan kinerja sepanjang paruh pertama 2011, aset perseroan mengalami pengurangan sebesar 8,89% menjadi Rp1,25 triliun. Namun total ekuitas meningkat sebesar 7,89% menjadi Rp626,1 miliar. Dengan penurunan kinerja perseroan, tingkat ROE turun menjadi 5,61% dan ROA menjadi 2,86%.

Memiliki trend dengan kecenderungan flat, saat ini GPRA berada pada level 119 (21/10). Indikator stochastic memberikan sinyal bearish cukup kuat. Namun indikator MACD menggambarkan kondisi trend yang flat, dimana trend bergerak datar dengan volume yang kecil. Sedangkan dalam jangka panjang trend rentan bearish, karena EMA 50 sudah menyentuh EMA 200 dan rawan adanya death cross.

Lakukan Private Placement Dengan Investor Singapura, ASRI Rentan Koreksi


Jumat, 21 Oktober 2011 10.33 WIB

PT Alam Sutera Realty Tbk dikabarkan sahamnya sedang diincar oleh investor property asal singapura. Kabarnya investor Singapura akan melakukan penawaran terbatas (private placement) saham ASRI. Selain itu, proses negosiasi tersebut dikabarkan sudah selesai dan tinggal dilakukan eksekusi pada harga 520-530 per lembar. Private placement tersebut akan difasilitasi konsorsium broker asing dan lokal.

Berdasarkan laporan keuangan ASRI semester pertama 2011, aset perseroan tumbuh sebesar 20,7% dibandingkan dengan  periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp4,85 triliun. Total ekuitas juga menigkat sebesar 19,23% menjadi Rp2,43 triliun. Begitu juga dengan laba bersih naik hingga 133,58% menjadi Rp289,4 miliar. Dengan pertumbuhan tersebut tingkat ROE naik menjadi 22,45% dan ROA menjadi 11,94%.

Mengalami penguatan cukup signifikan sepanjang tahun 2011, saat ini ASRi bertengger pada level 460 (21/10). Indikator stochastic memberikan sinyal reversal di area overbought. Begitu juga dengan indikator MACD dimana uptrend tertahan oleh histogram yang memendek. Sedangkan dalam jangka panjang, trend asih bullish dimana EMA 50 bergerak kokoh diatas EMA 200.

Wednesday, October 19, 2011

Pendapatan Tumbuh 12 Persen, SMGR Akan Terkoreksi

Kamis, 20 Oktober 2011 11.12 WIB


Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR) pada kuartal ketiga 2011 berhasil mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 12% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp11,5 triliun. Pertumbuhan tersebut didorong oleh naiknya volume penjualan sebesar 9-10%. Meski demikian naiknya biaya energi sebesar 810% membuat laba bersih perseroan hanya naik sebesar 5-10% menjadi Rp2,7 triliun.

Sementara itu pada kinerja keuangan yang disampaikan pada semester pertama 2011, aset perseroan tumbuh sebesar 15,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp18,04 triliun. Ekuitas SMGR juga meningkat sebesar 4,57% menjadi Rp12,56 triliun. Pertumbuhan tersebut membuat tingkat ROE menjadi 27,76% dan ROA menjadi 20,77%.

Menguat tajam sepanjang satu minggu terahir, saat ini SMGR berada pada level 8.750 (20/10). Indikator stochastic memberikan sinyal reversal pada titik jenuh beli dimana %K memotong %D dari atas. Sedangkan pada indikator MACD, trend bullish tertahan oleh histogram positif yang mulai memendek. Begitupula dengan trend jangka panjang yang bearish, dimana EMA 50 terus bergerak dibawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Tingkatkan Capex di Tahun 2012, TLKM Rebound Menuju Resistance

Kamis, 20 Oktober 2011 10.48 WIB


PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) berencana untuk meningkatkan alokasi belanja modal (capex) untuk tahun 2012 nanti menjadi Rp13,35 triliun dari sebelumnya hanya Rp10 triliun. Tambah lagi perseroan berencana untuk mengakuisisi sata perusahaan lokal tahun 2012 nanti.

Berdasarkan laporan keuangan semester pertama 2011, aset perseroan mengalami pertumbuhan sebesar 0,79% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp99,83. Ekuitas TLKM juga meningkat sebesar 38,65% menjadi Rp55,29 triliun. Namun laba bersih perseroan turun sebesar 1,06% menjadi Rp5,94 triliun. Penurunan laba bersih membuat tingkat ROE turun menjadi 20,39% dan ROA menjadi 11,9%.

Mengalami pergerakan dengan volatilitas tinggi, saat ini TLKM berada pada level 7.250 (20/10). Indikator stochastic memberikan sinyal rebound setelah dua minggu terahir mengalami pelemahan. Begitu juga dengan indikator MACD dimana trend terdorong naik oleh histogram negatif yang memendek. Sedangkan trend jangka panjang masih bearish dimana EMA 50 terus bergerak dibawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Targetkan Peningkatan Produksi 2012, MASA Berpotensi Menguat

Kamis, 20 Oktober 2011 09.53 WIB
PT Multisradah Arah Sarana Tbk (MASA) pada kuartal ketiga berhasil membukukan ekspor ban mobil ke kawasan Timur Tengah sebesar US$38, Amerika Serikat US$35,5 juta dan ke Uni Eropa sebesar US$33 juta. Tahun 2011 ini, MASA memiliki produksi ban sebesar 8 juta unit.

Dengan pencapaian tersebut, tahun depan perseroan mengestimasi produksi ban obil mencapai 10 juta unit. Adanya pergeseran pasar otomotif, membuat MASA merubah target pasar dari tahun ini di Timur Tengah menjadi pasar Asia pada tahun 2012 nanti.

Melihat performa MASA sepanjang paruh pertama tahun 2011, aset perseroan mengalai pertumbuhan yang signifikan sebesar 48,95% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp4,03 triliun. Total ekuitas juga mengalami peningkatan sebesar 13,03% menjadi Rp1,74 triliun. Begitu juga dengan laba bersih, naik 36,13% menjadi Rp121,7 miliar. Dengan pertumbuhan tersebut, mendorong tingkat ROE naik menjadi 13,48% dan ROA menjadi 6,04%.

Memiliki trend bullish yang kuat, membuat MASA bertengger pada level 520 (20/10). Indikator stochastic masih berada pada kondisi bullish dan belum mencapai titik jenuh beli, sehingga masih berpotensi menguat. Begitu juga dengan MACD dimana minggu lalu telah terjadi golden cross. Begitu juga dengan trend jangka panajang yang masih bullish, dimana EMA 50 bergerak kokoh diatas EMA 200.



Lihat Analisis Vibiz Research

Tuesday, October 18, 2011

Dapat Pinjaman Rp1,2 Triliun, UNVR Cenderung Melemah

Rabu, 19 Oktober 2011 11.36 WIB


PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mendapatkan fasilitas pembiayaan dari unilever international Finance AG (UFI) yang bernilai hingga Rp1,2 triliun. Pinjaman tersebut ditarik secara berkala dengan rentan waktu antara 17 Oktober hingga 31 Desember. Pada 18 Oktober kemarin persroan telah melakukan penarikan dana sebesar US$22 juta dengan bungan 7,35% per tahun.

Dari pinjaman tersebut perseroan mampu meningkatkan pendapatan sebesar Rp164 miliar. Selain itu perseroan juga dapat menghemat Rp3,75 miliar, dibandingkan jika meminjam dari lembaga keuangan lainnya.

Berdasarkan laporan keuangan semester pertama 2011, aset perusahaan tumbuh sebesar 18,69% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp11,6 triliun. Total ekuitas juga meningkat sebesar 9,45% menjadi Rp3,49 triliun. Begitu juga dengan laba bersih perseroan naik sebesar 16,84% menjadi Rp2,07 triliun. Dengan pertumbuhan tersebut mendorong tingkat ROE naik menjadi 91,37% dan ROA menjadi 35,67%.

Memiliki trend cukup volatil sepanjang tahun 2011, hari ini UNVR berada pada level 15.700 (19/10). Indikator stochastic menggambarkan bahwa trend berada pada kondisi bearish, dimana %K bergerak dibawah %D. Sedangkan indikator MACD memberikan sinyal flat dengan volume yang sedikit. Dalam jangka panjang trend masih bullish dimana EMA 50 masih bergerak diatas EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Akuisisi 60 Persen Saham Duta Sejahtera, Cermati Saham UNTR

Rabu, 19 Oktober 2011 11.10 WIB

 
PT United Tractors Tbk (UNTR) berhasil mengakuisisi 60% kepemilikan di PT Duta Sejahtera melalui anak usahanya PT Tuah Turangga Agung. Tuah Turangga menggelontorkan dana investasi sebesar US$11,5 juta untuk membeli saham Duta Sejahtera. Duta Sejahtera sendiri adalah perusahaan batubara di Kalimantan Tengah yang memiliki area pertambangan seluas 4.912 hektare.


Berdasarkan laporan keuangan semester pertama 2011, aset perusahaan tumbuh signifikan sebesar 47,23% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp40,78 triliun. Total ekuitas juga meningkat sebesar 69.76% menjadi Rp24,84 triliun. Begitu juga dengan laba bersih perseroan naik sebesar 34,56% menjadi Rp2,54 triliun. Pertumbuhan tersebut tidak sebesar pertumbuhan tahun lalu, sehingga menyebabkan tingkat ROE turun menjadi 19,46% dan ROA menjadi 12,46%.

Memiliki trend mendatar pada beberapa hari terahir, membuat UNTR tidak bergerak di level 23.150 (19/10). Indikator stochastic menggambarkan bahwa trend rawan akan koreksi. Hal tersebut disebabkan trend sudah berada pada titik jenuh beli. Begitu juga dengan MACD, dimana uptrend tertahan oleh histogram positim yang cenderung memendek. Sedangkan dalam jangka panjang trend masih bullish namun rawan adanya death cross.

Lihat Analisis Vibiz Research

Akuisisi 46 Persen Kepemilikan Bukit Enim Energy, ADRO Coba Penetrasi Resistance

Rabu, 19 Oktober 2011 10.37 WIB


PT Alam Tri Abadi (ATA) selaku anak perusahaan dari PT Adaro Energy Tbk (ADRO) telah mengakuisisi 46% atau senilai US$46 juta kepemilikan PT Bukit Enim Energy (BEE). Dengan terlaksananya akuisisi tersebut maka ADRO telah memiliki 61,4%  saham di BEE sedangkan 20% dimiliki oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA), 13,92% oleh PT Triputra Utama Sekaras dan sebesar 5,04% oleh PT Bumi Alam Sejahtera (BAS).

Investasi tersebut adalah bentuk perseroan untuk membangun sebuah pondasi kuat dan membuka potensi batubara di Sumatera Selatan. Saat ini BEE sendiri sedang melakukan penambangan batubara di Muara Enim, Sumatera Selatan.

Melihat kinerja perseroan pada paruh pertama 2011, aset ADRO mengalami pertumbuhan sebesar 7,9% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp42,87 triliun. Total ekuitas juga mengalami peningkatan sebesar 7,1% menjadi Rp19,18 triliun. Begitu juga dengan laba bersih ADRO, naik 99,68% menjadi Rp2,3 triliun. Pertumbuhan tersebut mendorong tingkat ROE naik menjadi 22,65% dan ROA menjadi 10,74%.

Mengalami penguatan pada dua minggu terahir, saat ini ADRO ditransaksikan pada harga Rp1.940 per lembar (19/10). Indikator stochastic menggambarkan ADRo rentan terhadap koreksi. Terlihat dari trend yang berada pada area overbought. Begitu juga pada uptrend indikator MACD yang tertahan oleh histogram positif yang flat. Sedangkan dalam jangka panjang, trend masih bearish dimana EMA 50 bergerak dibawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Beredarnya Sentimen Positif Bursa Global, IHSG Berpotensi Menguat

Rabu, 19 Oktober 2011 09.00 WIB


Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia kemarin, IHSG ditutup anjlok 2,87% ke level 3622,03 (19/10).  Sentimen negatif yang diberikan oleh krisis Eropa setelah Jerman memberikan statement pesimis akan penyelesaian hutang Eropa, membuat bursa-bursa regional terseret.

Tadi malam bursa Amerika Serikat ditutup  menguat Dow Jones 180,05 (1,6%), S&P 24,52 (2%) dan Nasdaq 42,51 (1,6%). Pelonjakan tersebut merespons perkembangan positif dari penanganan krisis Eropa..

Sedangkan bursa Asia pagi ini terdongkrak oleh penguatan bursa Amerika Serikat dimana Indeks Nikkei naik 58,45 poin (0,67%), bursa Kospi Korea Selatan menguat 32,01 poin (-1,72%) dan indeks Hang Seng 268,45 poin (1,49%).

Lihat Analisis Vibiz Research

Asing Dominasi Aksi Jual Hari Ini

(Vibiznews – Stocks) Pada perdagangan hari ini IHSG tertekan oleh sentimen negatif mengenai kehawatiran tentang penanganan krisis hutang Eropa (18/10). Dengan total volume transaksi sebesar 12,1 juta lot, asing mendominasi aksi jual pada perdagangan hari ini. Tercatat asing membukukan net sell sebesar -31,6 miliar dengan total transaksi 25,3% dari total keseluruhan transaksi pada perdagangan hari ini. Berikut adalah tiga perusahaan sekuritas yang paling banyak membukukan net sell:

Macquarie Capital Securities Indonesia (RX) tercatat net sell sebesar Rp59,25 miliar dengan total beli sebesar Rp27,3 miliar dan total jual Rp86,55 miliar. Saham-saham yang paling banyak dijual oleh RX adalah PT Bank Mandiri (BMRI) dengan net sell Rp20,7 miliar, PT Astra International (ASII) dengan net sell Rp13 miliar dan PT Salim Invomas Pratama (SIMP) dengan net sell Rp9 miliar.

Deutsche Securities Indonesia (DB) tercatat net sell sebesar Rp52,86 miliar dengan total beli sebesar Rp90,61 miliar dan total jual Rp143,47 miliar. Saham-saham yang paling banyak dijual oleh DB adalah PT Astra International (ASII) dengan net sell Rp17,4 miliar, PT Bank Mandiri (BMRI) dengan net sell Rp15,3 miliar dan PT Bank Rakyat Indonesia (BBRI) dengan net sell Rp10 miliar.

CIMB Securities Indonesia (YU) tercatat net sell sebesar Rp43,18 miliar dengan total jual sebesar Rp170,56 miliar dan total jual Rp213,74 miliar. Saham-saham yang paling banyak dijual oleh YU adalah PT Astra International (ASII) dengan net sell Rp14,8 miliar, PT Bank Bukopin (BBKP) dengan net sell Rp9,4 miliar dan PT Indofood Sukses Makmur (INDF) dengan net sell Rp9,3 miliar.

(Gani Prasetyo Aji/GPA/VBN)

Kembali Muncul Kehawatiran Krisis Hutang Eropa, IHSG Anjlok 2,87 Persen

(Vibiznews – Stocks) Terperosoknya bursa-bursa global padaperdagangan hari ini membuat IHSG jatuh 106,99 poin (2,87%) ke level 3.622,03. Sentimen negatif yang diberikan oleh krisis Eropa setelah Jerman memberikan statement pesimis akan penyelesaian hutang Eropa, membuat bursa-bursa regional terseret. Dengan transaksi sebanyak 12,1 juta lot atau senilai Rp4,12 triliun, tercatat asing melakukan nett sell sebesar Rp31,6 miliar.

Pada perdagangan hari ini semua sektor mengalami pelemahan, dimana Pertanian -4,03%, Industri Dasar -3,93%, Konsumsi -1,08%, Keuangan -4,45%, infrastruktur -1,79%, Manufaktur -2,24%, Pertambangan -5,27%, Aneka Industri -2,35% dan Properti -4,46%. Indeks LQ45 terperosok ke level 641,24 (-3,01%) dimana saham-saham top losers nya adalah ELTY, BUMI, UNSP, INDY, DOID, INCO, ENRG, HRUM, BORN dan KRAS.

Terdapat 24 saham yang menguat sedangkan 202 saham stagnan dan 248 saham yang melemah. Saham saham yang menjadi top gainers hari ini adalah MREI, GSMF, PTIS, PTSN, SOBI, TRIM, UNIT, FPNI dan CNTX. Serta yang berada pada urutan terbawah adalah BCAP, MFMI, TFCO, RUIS, INDR, JIHD, dan EKAD.

Pelemahan bursa Amerika Serikat semalam dimana S&P -23,72 (-1,9%), DJIA -247,49 (-2,1%) dan NASDAQ -52,93 (-2,0%) serta anjloknya bursa Eropa dimana FTSE -46,66 (-0,9%), DAX -31,54 (-0,5%) dan CAC40 -36,99 (-1,2%) membuat bursa Asia anjlok dimana Kospi 29,78 (1,62%), Hang Seng -797,53 (-4,2%), Straits -61,48 (-2,21%) dan Nikkei -137,69 (-1,6%).

Analis Vibiz Research berpendapat bahwa dengan tingkat inflasi yang terkontrol, pertumbuhan ekonomi yang baik serta kinerja emiten yang meningkat, major trend yang bullish dapat bertahan. Namun yang perlu dikhawatirkan adalah adanya sentiment negatif bursa Eropa dan Amerika yang mampu menekan laju pertumbuhan IHSG menjadi faktor krusial bagi bursa regional khususnya IHSG.

(Gani Prasetyo Aji/GPA/VBN)

Pendapatan Naik 4%, JSPT Masih Jarang Transaksi

(Vibiznews – Stocks) PT jakarta Setiabudi International Tbk (JSPT) menargetkan pendapatan perseroan hingga September kemarin mencapai Rp750 miliar. Pendapatan tersebut didapat dari kontribusi hotel sebesar 70%, kemudian sisanya dari residental, perkantoran dan ritel. Dengan peningkatan sebesar 3-4%, perseroan yakin pada ahir tahun 2011 pendapatan mencapai Rp1 triliun.

Target tersebut dirasakan dapat dicapai karena perseroan sedang membangun beberapa proyek seperti apartemen, hotel di Jakarta, Bali dan Yogya serta ada ritel dan residental. Selain itu dalam waktu dekat, JSPT akan membangun hotel di Semarang. Memebeli lahan seluas 1.200 m2, perseroan rencananya akan membangun hotel dengan kapasitas 129 unit kamar dengan dana investasi sekitar US$25.000.

Melihat laporan keuangan pada semester pertama 2011, aset JSPT mengalami penurunan sebesar 0,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp2,51 triliun. Sedangkan total ekuitas meningkat sebesar 39,66% menjadi Rp1,53 triliun. Begitu juga dengan laba bersih, naik sebesar 30,89% menjadi Rp67,8 miliar. Dengan pertumbuhan tersebut maka tingkat ROA naik menjadi 5,04%. Sedangkan ROE turun menjadi 8,67%.

Hanya beberapa kali terjadi transaksi pada tahun 2011, saat ini JSPT berada pada level 700 (18/10). Semua indikator menunjukan trend yang flat. Minimnya transaksi JSPT tahun ini membuat trend cenderung tidak bergerak. Dengan kondisi saham yang tidak liquid disarankan untuk mencari saham lain yang memiliki pergerakan trend cukup volatile.

(Gani Prasetyo Aji/GPA/VBN)

Memiliki Nilai Transsaksi Terbesar, BUMI Anjlok 200 poin

(Vibiznews – Stocks) PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pada perdagangan hari mengalami tekanan jual yang cukup besar. Memiliki nilai transaksi tertinggi pada perdagangan hari ini, yaitu sebesar Rp274,36 miliar. Turun 200 poin dari penutupan kemarin, saat ini BUMi berada pada level 2.000 (pukul 14.22 waktu JATS). Ditransaksikan sebanyak 133,66 juta lembar dengan total frekuensi 3.041, Bumi menempati urutan teratas dalam kelompok top losers di indeks LQ45 diatas UNSP (18/10).

Hingga bulan keenam tahun 2011, tercatat aset perseroan mencapai Rp65,46 triliun atau turun 11,01% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Begitu juga dengan ekuitas yang turun sebesar 11,16% menjadi hanya Rp11,82 triliun pada semester I-2011. Namun pada laba bersih BUMI meningkat signifikan sebesar 92,96% menjadi Rp2,36 triliun. Dengan kenaikan laba bersih maka tingkat ROE naik menjadi 36,29% dan ROA menjadi 7,21%.

Indikator stochastic memberikan sinyal reversal di area overbought, dimana kemarin garis %K dan %D membentuk death cross. Begitu juga dengan indikator MACD dimana uptrend tertahan oleh histogram positif yang mulai memendek. Begitu juga trend jangka panjang, trend masih pada keadaan bearis dimana EMA 50 bergerak turun dibawah EMA 200.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting berpendapat bahwa dalam jangka panjang, trend masih bearish seiring dengan kinerja yang masih underperform. Begitu juga dalam beberapa hari kedepan dimana akan ada peleahan seiring dengan teknikal yang sudah overbought. Dengan titik support fibonacci 0,00% pada level 1.600 dan resistance fibonacci 38,2% di level 2.383 disarankan untuk sell.

(Gani Prasetyo Aji/GPA/VBN)

Kredit KPR Melonjak Hingga 5 Trilliun, BBCA Terkoreksi Sementara

(Vibiznews – Stocks) PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mengungkapkan terjadi lonjakan permintaan Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) hingga Rp 5 triliun per September 2011. BCA tengah memproses Rp 3 triliun dari permintaan KPR tersebut.

Demikian disampaikan oleh Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaadmadja di sela CWMA Conference di Hotel Shangrila, Jakarta, Selasa (18/10/2011).

"Kan bunga murah 7,5% jadi menarik akhirnya kita perpanjang hingga Desember 2011. Ternyata banyak permintaan hingga Rp 5 triliun, kita tengah proses Rp 3 triliun," ungkap Jahja.

Menurut Jahja, outstanding alias total kredit KPR di kuartal II-2011 telah mencapai Rp 15 triliun. Ke depan, di kuartal III-2011 bisa Rp 15 triliun.

Lebih jauh Jahja mengatakan untuk terus meningkatkan ekspansinya BCA dalam memberikan kredit fokus kepada lokasi rumah. Jahja menuturkan BCA berani memberikan 80% pendanaan jika lokasinya strategis.
"Di kota bagus tempatnya, pasti kita berikan nasabah down payment hingga 20 persen minimal," kata Jahja.


Lebih jauh Jahja mengatakan Rasio Pendanaan Terhadap Kredit alias (Loan To Deposit Ratio/LDR) meningkat dari 56% di kuartal II-2011 menjadi 58% di kuartal III-2011. Hal ini dikontribusi oleh realisasi ekspansi KPR tersebut.
Hingga pertengahan tahun ini, tercatat aset perseroan tumbuh hingga 13,8% dari periode yang sama tahun 2010 menjadi Rp339,79 triliun. Total ekuitas perusahaan meningkat sebesar 25,84% menjadi Rp38 triliun. Sedangkan laba bersih perseroan naik 20,4% menjadi Rp4,79 triliun. Namun tingkat ROE perseroan menurun menjadi 23,73% sedangkan ROA naik menjadi 2,82%.

Melemah sejak awal Agustus lalu, saat ini BBCA ditransaksikan pada level 7.700 (18/10). Indikator stochastic memberikan sinyal reversal akibat pelemahan pada empat hari terahir. Begitu juga dengan indikator MACD,  uptrend BBCA tertahan oleh histogram negatif yang mulai memendek. Sedangkan dalam jangka panjang, BBCA masih memiliki trend bullish dimana EMA 50 masih berada di atas EMA 200.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting berpendapat bahwa seiring dengan kinerja perseroan yang semakin tumbuh dari tahun tahun, BBCA akan kembali kedalam trend bullishnya. Begitu juga dengan teknikal yang menguat, beberapa waktu kedepan BBCA berpotensi menguat. Dengan support fibonacci 61,8% di level 7.493 dan resistance fibonacci 76,40% di level 8.012 disarankan untuk buy on high.

(Gani Prasetyo Aji/GPA/VBN)

Monday, October 17, 2011

Akuisisi PT Tiara Metropolitan Indah, APLN Mencoba Menembus Reistance

Selasa, 18 Oktober 2011 10.51 WIB


PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) berhasil melakukan akuisisi 99,93% saham PT Tiara metropolitan Indah (TMI). TMI merupakan pemilik sekitar 1 hektare lahan di Jakarta Barat. Perseroan berniat menggunakan dana hasil penawaran umum obligasi I Agung Podomoro Land 2011 untuk mengembangkannya sebagai proyek komersial.

Pada bulan Agustus kemarin, APLN telah mengeluarkan obligasi bernilai Rp1,2 triliun. Sebelum mengakuisisi TMI, perseroan telah menggunakan dana obligasi mencapai Rp657,1 yang digunakan untuk mengakuisisi tiga perusahaan. PT karya Gemilang Perkasa (KGp0, PT Alam Hijau Teduh (AHT) dan PT Putra Adhi Prima.

Berdasarkan laporan keuangan semester pertama 2011, aset APLN meningkat sebesar 53,35% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp8,03 triliun. Total ekuitas juga meningkat drastis sebesar 197,65% menjadi Rp4,73 triliun. Laba bersih APLN naik 115,71% menjadi Rp337,8 miliar. Pertumbuhan tersebut mendorong tingkat ROE naik menjadi 13,8% dan ROA menjadi 8,42%.

Menguat sepanjang dua minggu terahir, hari ini APLN ditransaksikan pada level 325 (18/10). Indikator stochastic memberikan peringatan akan adanya koreksi pada area overbought. Sedangkan uptrend pada indikator MACD tertahan oleh histogram positif yang memendek. Begitu juga dengan trend jangka panjang yang mengalami penurunan selama dua tahun terahir dmana EMA 50 bergerak dibawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Luncurkan Dua Cluster Baru, SMRA Terkoreksi Sementara

Selasa, 18 Oktober 2011 10.20 WIB


PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) segera meluncurkan dua cluster baru di kawasan Summarecon Bejasi pada ahir Oktober nanti. Dengan total investasi hingga Rp100 miliar tersebut, perseroan menargetkan penjualan mencapai Rp550.

Tercatat pada laporan keuangan paruh pertama tahun 2011, aset perseroan meningkat 36,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp6,99 triliun. Total ekuitas juga mengalami peningkatan sebesar 12,34% menjadi Rp2,25 triliun. Laba bersih perseroan naik 52,66% menjadi Rp155,1 miliar. Dengan pertumbuhan tersebut tingkat ROE naik menjadi 13,31% dan ROA menjadi 4,44% (yoy).

Menguat dalam dua minggu terahir, hari ini SMRA dibuka pada level 1.100 (18/10). Indikator stochastic memberikan sinyal reversal pada area overbought, dimana garis %K bergerak kebawah garis %D. Penguatan trend MACD dalam beberapa hari terahir tertahan oleh histogram positif yang memendek. Sedangkan dalam jangka panjang trend masih bullish dimana EMA 50 bergerak diatas EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Berencana Masuk Industri Batubara, MYOH Masih Akan Terpuruk

Selasa, 18 Oktober 2011 09.43 WIB


PT Myoh Technology Tbk (MYOH) menurut kabar yang beredar berencana akan masuk kedalam industri pertambangan batubara. Kabar tersebut juga menyebutkan bahwa perseroan akan mengakuisisi perusahaan tambang dan jasa batubara di Kalimantan. Dengan kabar tersebut, tersebar rumor bahwa beberapa Fund Manager sedang memburu saham MYOH. Sehingga aksi tersebut dapat mendorong MYOH hinga level 200.

Melihat kinerja perseroan sepanjang semester pertama 2011, aset MYOH semakin berkurang dari tahun-tahun sebelumnya. Turun hingga 56,72% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi tinggal Rp2,9 miliar. Total ekuitas pun mengalami penurunan drastis dari Rp1 miliar menjadi minus Rp988,8 juta. Sedangkan laba bersih perseroan dari tahun lalu minus Rp16,8 juta menjadi minus Rp1,7 juta.

Saham baru mulai aktif ditransaksikan di Bursa Efek Indonesia pada ahir Agustus kemarin. Bergerak stagnan di level 50 pada awal tahun, saat ini MYOH berada pada hargaRp85 per lembarnya (18/10). Indikator stochastic menunjukan sinyal rebound sejak penguatannya seminggu lalu. Namun pada indikator MACD, trend masih melemah.

Lihat Analisis Vibiz Research

Besarnya Sentimen Negatif Dari Jerman, IHSG Cenderung Melemah

Selasa, 18 Oktober 2011 08.52 WIB


Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia kemarin, IHSG ditutup menguat 0,29% ke level 3664,68 (18/10).  Penguatan tersebut didorong oleh sentimen positif bursa regional, akibat adanya kesepakatan mengenai penyelamatan ekonomi Eropa dimana Uni Eropa dan IMF untuk menghimpun dana bantuan bersama.

Bursa Amerika Serikat ditutup  melemah pagi tadi dimana Dow Jones -247.49 (-2,1%), S&P -23,72 (-1,9%) dan Nasdaq -52,93 (-2,0%). Pelemahan tersebut terjadi setelah Jerman menyatakan untuk tidak terlalu berharap bahwa penyelesaian krisis kredit Eropa akan segera tercapai.

Sedangkan bursa Asia pagi ini tertekan oleh penurunan bursa Amerika Serikat dimana Indeks Nikkei turun 127,13 poin (-1,4%), bursa Kospi Korea Selatan menguat 32,01 poin (-1,72%) dan indeks Hang Seng melemah 462,59 poin (-2,5%).

Lihat Analisis Vibiz Research

Sunday, October 16, 2011

Bagi Dividen Interim, INCO Mencoba Kokoh di Atas Level Support

Senin, 17 Oktober 2011 11.12 WIB


PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) telah memutuskan untuk membagikan dividen interim sebesar US$100 juta atau sekitar US$0,01 per saham (2,9% yield). Dividen akan dibayarkan dalam rupiah dengan nilai setara  pada pemegang saham Indonesia dan dolar pada pemegang saham asing. Pembagian dividen saham tersebut merupakan rencana perseroan untuk meningkatkan produksi nikel menjadi 120.000 ton.

Melihat kinerja keuangan INCO sepanjang semester pertama tahun 2011, aset perseroan mengalami pertumbuhan sebesar 5,14% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp20.61 triliun. Total ekuitas perseroan juga meningkat sebesar 1,09% menjadi Rp15,24 triliun. Begitu juga dengan laba perseroan, naik 3,01% menjadi Rp2,05 triliun. Namun pertumbuhan laba bersih  tersebut belum mampu mengimbangi laju pertumbuhan aset dan ekuitas, sehingga tingkat ROE turun menjadi 25,17% dan ROA menjadi 19,87%.

Mengalami penguatan pada duma minggu terahir, hari ini INCO berada pada level 3.200 (17/10). Indikator stochastic memberikan sinyal bullish dimana %K masih bergerak diatas %D. Sedangkan penguatan trend pada indikator MACD tertahan oleh histogram positif yang stagnan.  Sedangkan pada trend tahunannya, INCO berada pada kondisi bearish dimana EMA 50 terus menjauh dibawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research.

Mendapat Pinjaman Rp200 Miliar, ROTI Masih Berpotensi Menguat

Senin, 17 Oktober 2011 20.37 WIB


PT Nippon Indosari Corporindo Tbk berhasil mendapatkan komitmen stanby loan dengan dana sebesar Rp200 miliar dari Bank Mandiri dan Bank BCA. Pinjaman tersebut rencananya akan digunakan perseroan untuk membiayai ekspansi produksi dimana ROTI akan membangun tiga pabrik baru. Dengan penambahan tiga pabrik baru tersebut, produksi perseroan akan meningkat sebesar 800.000 potong per hari.

Berdasarkan laporan keuangan ROTI pada paruh pertama 2011, aset perseroan tumbuh sebesar 11,65% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp601,1 miliar. Total ekuitas perseroan juga meningkat sebesar 21,55% menjadi Rp482.2 miliar. Begitu juga dengan laba bersih ROTI, naik 26,1% menjadi Rp51,7 miliar. Dengan pertumbuhan tersebut maka tingkat ROE naik menjadi 20,34% dan ROA menjadi 17,19% pada tahun ini.

Mengalami penguatan sepanjang dua minggu terahir, hari ini ROTI dibuka pada level 3.200 (17/10). Indikator stochastic menunjukan uptrend yang kuat dimana %K bergerak tajam diatas %D. Begitu juga dengan indikator MACD yang telah golden cross, mendorong histogram positif semakin memanjang. Ditambah lagi trend jangka panjang masih berada dalam kondisi bullish, dimana EMA 50 bergerak diatas EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Refinancing Utang Akibat Krisis Eropa, BNBR Akan Menguat Terbatas

Senin, 17 Oktober 2011 09.22 WIB


PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) ikut terimbas krisis Eropa. Jatuhnya pasar saham Eropa turut menyeret saham Bumi Plc sehingga berpengaruh pada nilai saham yang sedang dijadikan jaminan atas pinjaman ke Credit Suisse tersebut.

Direktur Media Relation BNBR, Siddharta Moersjid mengatakan, pasar modal dunia tengah menghadapi ancaman krisis keuangan Eropa. Ini menjadikan harga saham-saham di seluruh Bursa terkoreksi cukup dalam. Tidak hanya Bursa Efek Indonesia (BEI), juga Bursa Efek London, dimana saham Bumi Plc (terafiliasi) berada.

Menurutnya, karena turunnya harga saham-saham di Bursa London juga mempengaruhi saham Bumi Plc yang merupakan jaminan atas pinjaman Credit Suisse, BNBR mengambil langkah-langkah yang diperlukan, antara lain, mengupayakan fasilitas pinjaman baru kini tengah difinalisasi.

"Perseroan akan menyampaikan tambahan ketika seluruh pembahasan dan dokumentasi terkiat pinjaman CS telah selesai," ucapnya di Jakarta, Minggu (17/10/2011) malam.

Namun Siddharta masih menutup rapat nama-nama lembaga pemberi pinjaman baru, atas rencana perseroan membiayai ulang (refinacing) sebagian utang US$ 597 juta dari Credit Suisse. Namun perseroan menargetkan refinancing ini tuntas di akhir Oktober 2011.

Ia hanya menyatakan fasilitas pinjaman US$ 597 juta akan segera ditutup oleh utang baru dari suatu lembaga keuangan.

"Perseroan telah memasuki tahap akhir pembahasan dan dokumentasi sebuah fasilitas pembiayaan baru guna memenuhi komitmennya kepda para kreditur di tas, yang diharapkan rampung sebelum atau sekitar 31 Oktober 2011," ungkap Siddharta

Kabar kesepakatan refinacing sebagian utang BNBR sudah santer terdengar di kalangan terbatas. Seorang sumber, seperti dikutip dari Financial Times, awalnya menyatakan, bahwa utang Credit Suisse ini akan dipindahtangankan kepada salah satu dari Glencore International plc dan Vitol. Total utang perseroan kepada Credit Suisse sendiri mencapai US$ 1,35 miliar.

Namun, seorang eksekutif lain menyebut, Glencore-lah yang akhirnya dipilih sebagai sumber utang BNBR yang baru. Terpilihnya Glencore berdasarkan kesepakatan antara CS dengan BNBR.

Seperti diketahui, pada November 2010 terjadi kesepakatan antara Vallar, BUMI, dan Berau. Di mana Bakrie & Brothers (BNBR) selaku pengendali BUMI akan melepaskan 5,2 miliar (25%) saham BUMI.

Vallar akan melakukan swap dengan 90,1 juta saham baru Vallar seharga 10 poundsterling per saham kepada BNBR. Dengan demikian BNBR akan menguasai 43% saham Vallar Plc, sedangkan Vallar Plc akan memiliki 25% saham BUMI. Vallar Plc ini kemudian berganti nama menjadi Bumi Plc.

Melihat performa keuangan BNBR pada semester pertama 2011, aset perseroan mengalami penurunan sebesar 13,4% menjadi Rp34,17 triliun dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010. Sedangkan total ekuitas BNBR meningkat drastis hingga 204,82% menjadi Rp14,56 triliun. Begitu juga dengan laba bersih perseroan naik dari tahu lalu hanya minus Rp302,8 miliar menjadi Rp81,7 miliar. Naiknya performa perseroan pada paruh pertama 2011, membuat tingkat ROE naik menjadi 1,12% dan ROA menjadi 0,48% (yoy).

Mengalami penguatan dalam seminggu terahir, membuat BNBR berada pada level 54 (17/10). Indikator stochastic menunjukan trend bullish cukup kuat dimana %K bergerak naik diatas %D yang menuju area overbought. Begitu juga dengan indikator MACD dimana uptrend didorong oleh histogram positif yang terus memanjang. Sedangkan dalam jangka panjang, trend masih pada keadaan bearis dimana EMA 50 bergerak turun dibawah EMA200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Laba Bersih Naik Hingga 66%, BTPN Cenderung Terkoreksi Dari Trend Bullish

Senin, 17 Oktober 2011 09.19 WIB


PT Bank Tabungan Pensiun Nasional Tbk (BTPN) mengungkapkan bahwa pada kurtal ketiga 2011, perseroan berhasil mencatatkan kenaikan laba bersih menjadi Rp958,7 miliar atau naik 66% dibanding periode yang sama tahun lalu. Kenaikan tersebut didorong oleh kenaikan jumlah penyaluran kredit maupun penghimpunan dana pihak ketiga.

Selama periode tersebut penyaluran kredit BTPN tumbuh hingga 31% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, atau sebesar Rp28,5 triliun . Sedangkan Non Performing Loan (NPL) per September 2011 berada pada kisaran 0,45%.

Total Dana Pihak Ketiga (DPK) BTPN juga meningkat sebesar 34% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 menjadi Rp32,8 triliun. Sedangkan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio – CAR) mencapai 20,9%. Wakil Direktur BTPN, Djeremy Suhendra  pun mengungkapkan bahwa perseroan telah meraih hingga 900.000 nasabah pensiunan.

Melihat performa tersebut, tercatat aset BTPN tumbuh sebesar 41% dibandingkan periode yang sama 2011 menjadi Rp43,4 triliun. Dengan pertumbuhan pada kuartal ketiga tahun 2011 maka tingkat ROE tahun ini diperkirakan menigkat menjadi 22,96% dari 12,18% pada tahun lalu. Begitu juga dengan tingkat ROA meningkat menjadi 2,94% (yoy).

Menguat pada dua minggu terahir, hari ini BTPN dibuka pada level 3.700 (17/10). Indikator stochastic memberikan sinyal reversal di area overbought akibat pelemahan pada dua hari terahir hari transaksi bursa saham. Begitu juga dengan indikator MACD, dimana penguatan trend tertahan oleh histogram positif yang memendek. Sedangkan dalam trend tahunannya, BTPN masih memiliki trend bullish dimana EMA 50 masih kokoh berada diatas EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Optimisme Bursa Regional Meningkat, IHSG Berpotensi Menguat

Senin, 17 Oktober 2011 09.00 WIB


Perdagangan minggu kemarin IHSG ditutup turun 0,29% ke level 3664,68 (17/10).  Pelemahan pada penutupan minggu lalu diakibatkan oleh aksi profit taking sebagian pelaku pasar, untuk mengambil keuntungan setelah selama satu minggu IHSG mengalami penguatan. Namun Optimisme pasar saham Indonesia kian meningkat terhadap krisis hutang Eropa.

Pada ahir minggu lalu bursa Amerika Serikat ditutup  menguat dimana Dow Jones 166,36 (1,45%), S&P 20,92 (1,74%) dan Nasdaq 47,61 (1,82%). Penguatan tersebut didorong oleh kepercayaan pelaku pasar terhadap krisis hutang Eropa menjelang pertemuan G20 di Paris.

Sedangkan bursa Asia pagi ini terdorong oleh sentimen positif bursa Amerika Serikat dimana Indeks Nikkei terdongkrak 115,52 poin (1,53%), bursa Kospi Korea Selatan menguat 13,1 poin (0,71%) dan indeks Hang Seng melonjak 283,52 poin (1,53%).

Lihat Analisis Vibiz Research

Thursday, October 13, 2011

Laba Usaha Meningkat 305%, BRAU Uji Level Resistance

Jumat, 14 Oktober 2011 09.37 WIB


Beredar kabar bahwa laba usaha PT Berau Coral Energy Tbk (BRAU) mengalami peningkatan drastis sebesar 305% pada kuartal ketiga-2011 menjadi US$135 juta. Kenaikan laba tersebut didorong oleh peningkatan volume penjualan dan ditemukannya cadangan baru. Ditambah lagi bahwa BRAU akan berencana membagikan dividen sebesar Rp25 per lembar sahamnya yang akan diumumkan pada 21 Oktober mendatang.

Tercatat pada laporan keuangan semester pertama 2011, aset perseroan mengalami penurunan sebesar 2,63% menjadi Rp16,21 triliun dibandingkan dengan ahir periode 2010. Sedangkan total ekuitas meningkat sebesar 21,52% menjadi Rp3,88 triliun. Begitu juga dengan laba bersih perseroan dimana pada tahun buku 2010, BRAU memperoleh laba bersih sebesar Rp619,8 miliar. Sedangkan pada paruh pertama tahun 2011, perseroan berhasil meraih laba bersih sebesa Rp657,3 miliar. Dengan begitu tingkat ROE naik menjadi 31,2% dan ROA menjadi 8,11%.

Mengalami pelemahan sejak bulan Agustus lalu, hari Brau dibuka pada harga Rp465 per lembar (14/10). Indikator stochastic memberikan sinyal bullish cukup kuat sepanjang bulan Oktober ini. Begitu juga dengan indikator MACD dimana uptrend naik tajam dengan dorongan oleh histogram positif yang memanjang. Namun pada jangka panjang trend sedang berada pada kondisi bearish. EMA 50 bergerak dibawah EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Dominasi Negatif Bursa Regional, IHSG Rawan Koreksi

Jumat, 14 Oktober 2011 08.58 WIB


Perdagangan kemarin IHSG ditutup menguat 2,95% ke level 3635,91 (14/10). Penguatan IHSG kemarin didorong oleh sentimen positif dari bursa Wall Street karena adanya ekspektasi positif terhadap perekonomian Amerika Serikat. Namun penguatan tersebut masih belum stabil melihat kondisi keuangan Eropa yang belum pulih. Para pelaku pasar lebih memilih investasi jangka pendek dengan time frame harian.

Tadi malam bursa Amerika Serikat cenderung melemah dimana Dow Jones -40,72 (-0,4%), S&P -3,59 (0,3%) dan Nasdaq 15,51 (0,6%). Pelemahan beberapa indeks Wall Street diakibatkan adanya tekanan jual terhadap sektor perbankan yang bberapa hari kebelakang mengalami penguatan yang cukup tajam.

Sedangkan bursa Asia pagi ini terseret pelemahan bursa Amerika Serikat dimana Indeks Nikkei anjlok -71,23 (0,81%), bursa Kospi Korea Selatan turun 11,27 (-0,62%) dan indeks Hang Seng melemah  -118,38 (-0,63%).

Lihat Analisis Vibiz Research

JFX Targetkan Transaksi Harian Rp 50 Miliar Pada Perdagangan Komoditas Prinsip Syariah

Jumat, 14 Oktober 2011 04:27 WIB

 
Jakarta Futures Exchange (JFX) atau Bursa Berjangka (BBJ) menargetkan transaksi harian Rp 50 miliar pada perdagangan komoditas berdasarkan prinsip syariah, yang baru saja diresmikan. Tiga bulan kedepan, menjadi tahap evaluasi dari manajemen, terkait minat dari para perbankan syariah dalam memanfaatkan instrumen komoditas baru.

Hal ini disampaikan Direktur JFX, M. Bihar Sakti Wibowo, di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (13/10/2011). "Target, tidak besar. Transaksi Rp 50 miliar per hari," katanya.

Bihar menambahkan, pada tahap awal komoditi yang dapat ditransaksikan hanya tiga. Yaitu, Kopi, Cokelat dan Mete. Namun ke depan akan bertambah menjadi lima komoditi, dengan masuknya CPO, batu bara.

Minat akan perbankan syariah nasional pun diharapkan akan lebih besar. Pasalnya perdagangan berbasis syariah di JFX ini harus disertai fisik. Bukan lagi berjangka. Pada tahap awal, diharapkan ada 10 bank syariah yang berpartisipasi.

"Juga akan dimanfaatkan oleh 10 bank syariah, dengan transaksi 5 komoditi. Sambil berjalan, bisa ke bank lain (konvensional," tegas Bihar.

Ia percaya, sebagai negara terbesar produsen komoditi dunia, Indonesia berpotensi menjadi salah satu negara dengan bursa berjangka berbasis syariah terkuat di dunia.

"Kami akan terus lakukan verifikasi dan permohonan komoditi yang ditransaksikan. Aspek bank juga penting dalam partisipasi, dan sampai saat ini sudah ada respon yang baik dari Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat, dan HSBC Amanah. Akan ada lagi, bisa BJB Syariah, BNI Syariah, Permata Syariah," imbuhnya.

Pihak DSN MUI juga siap melakukan monitoring random kepada pedagang komoditi yang bertransaksi di JFX. Pedangan harus siap disidak pada saat jam kerja. "Diantara mereka, menyatakan siap," tuturnya.

Seperti diketahui, Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI akan segera mengeluarkan fatwa No.82 tentang perdagangan komoditi berdasarkan prinsip syariah. Fatwa tersebut memungkinkan proses jual-beli komoditi diperkenankan selama ada wujud fisiknya.

Dengan adanya perdagangan komoditi syariah, diharapkan menambah instrumen syariah. Di mana akan terjadi akselerasi likuiditas untuk menempatkan dana ataupun pembiayaan.

Menurut JFX, produk komoditi syariah merupakan inisiatif dari perseroan, bersama DSN-MUI dan Bank Indonesia. Saat komoditi syariah beroperasi maka dapat membantu perbankan syariah dalam mengelola likuiditas.

"Sehingga pada akhirnya dapat membantu Indonesia menjadi pemimpin dalam perkembangan keuangan Islam di Asia Tenggara," terang JFX dalam rilis yang dipublikasikan.

Berikut ketentuan mengenai perdagangan komoditi syariah:

  • Komoditi yang diperdagangkan harus halal dan tidak dilarang oleh peraturan/UU.
  • Komoditi yang diperdagangkan harus jelas, jenis, kualitas dan kuantitasnya.
  • Komoditi yang diperdagangkan harus sudah ada, berwujud dan dapat diserahterimakan secara fisik.
  • Harga komoditi yang diperdagangkan harus jelas dan disepakati pada saat akad (Ijab Qabul).
  • Penjual adalah pemilik komoditi atau calon pemilik.
  • Penjual wajib menyerahkan komoditi yang dijual, dan pembeli wajib membayar komoditi yang dibeli.

Wednesday, October 12, 2011

Siap Operasikan EDC, BJBR Mencoba Tes Level Resistance

Kamis, 13 Oktober 2011 10.56 WIB


PT Bank Pembangunan Jawa Barat Tbk (BJBR) berencana untuk mengoperasiakan 1.500 – 3.000 mesin pemindai data elektronik (EDC) yang digunakan sebagai ATM mini guna mendongkrak pendapatan nonbunga. Dengan pengooperasian tersebut, perseroan menargetkan pendapatan nonbunga atau fee based income naik menjadi 20% dari total pendapatan.

Nantinya mesin pemindai data elektronik akan bersifat mobile dimana petugas bank akan berkeliling untuk melayani transaksi nasabah seperti pembayaran angsuran kredit dan rekening listrik. Perseroan rencananya akan bekerjasama dengan pihak ketiga sebagai operator alat tersebut.

 Menurut data laporan keuangan semester pertama 2011, aset perseroan tumbuh sebesar 22,58% dibandingkat periode yang sama tahun lalu menjadi Rp49,33 triliun. Begitu juga dengan total ekuitas yang meningkat sebesar 56,56% menjadi Rp4,96 triliun. Namun pada laba bersih enam bulan pertama 2011 mengalami penurunan dari Rp545,6 miliar menjadi Rp544 miliar. Penurunan laba bersih tersebut membuat tingkat ROE turun menjadi 10,96% dan ROA menjadi 1,1% di bulan Juni lalu.

Sepanjang tahun ini trend BJBR mengalami penurunan, hingga saat ini BJBR berada pada level 970 (13/10). Indikator stochastic memberikan sinyal bullish yang cukup kuat setelah dua hari ini mengalami pelonjakan tajam. Begitu juga indikator MACD memberikan sinyal rebound terdorong oleh histogram positif yang mulai memanjang. Sedangkan dalam trend jangka panjang, BJBR berada pada kondisi bearish dimana EMA 50 terus bergerak dibawah EMA 200.

 Lihat Analisis Vibiz Research

Tambah Satu Mesin Produksi, GGRM Berpotensi Capai Harga Tertinggi

Kamis, 13 Oktober 2011 10.05 WIB


PT Gudang Garam Tbk (GGRM) telah menyiapkan dana belanja modal (capital expenditure) tahun 2012 sebesar US$100 juta atau setara dengan Rp895 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk membeli mesin baru berkapasitas 7.000-10.000 batang per menit. Dengan begitu GGRM akan memiliki empat mesin dimana tiga mesih sudah beroperasi.

Melihat pertumbuhan keuangan semester pertama 2011, aset perseroan meningkat 12,6% dibandingkan periode yang sama tahun 2011 menjadi Rp30,74 triliun. Total ekuitas juga meningkat sebesar 16,57% menjadi Rp21,95 triliun. Begitu juga dengan laba bersih yang meningkat sebesar 25,36% menjadi Rp2,29 triliun pada paruh pertama 2011. Pertumbuhan tersebut mendorong tingkat ROE naik menjadi 19,86% dan ROA naik menjadi 14,93%.

Memiliki penguatan trend yang stabil sepanjang tahun ini, sekarang GGRM bertengger pada level 58.400 (13/10). Indikator stochastic memberikan sinyal bullish namun sudah berada pada area oversold. Sedangkan indikator MACD masih menguat dengan dorongan dari histogram positif yang memanjang. Trend bullish masih kuat untuk jangka panjang dimana EMA 50 bergerak kokoh diatas EMA 200.

Lihat Analisis Vibiz Research

Besarnya Sentimen Positif Bursa Regional, IHSG Berpotensi Menguat

Kamis, 13 Oktober 2011 9.03 WIB


Perdagangan kemarin IHSG ditutup melesat 2,95% ke level 3635,91 (13/10). Penguatan IHSG kemarin didorong oleh sentimen positif dalam negeri, dimana Bank Indonesia selaku bank sentral memotong BI Rate menjadi 6,5%. Namun penguatan tersebut masih belum stabil melihat kondisi keuangan Eropa yang belum pulih. Para pelaku pasar lebih memilih investasi jangka pendek dengan time frame harian.

Tadi malam bursa Amerika Serikat ditutup menguat dimana Dow Jones 102,55 (0,9%), S&P 11,71 (0,98%) dan Nasdaq 21,7 (0,84%). Wall Street menerima kabar gembira dari para petinggi Eropa mengenai solusi konkret untuk menangani krisis hutang Eropa.

Sedangkan bursa Asia pagi ini terdorong naik dimana Indeks Nikkei menguat 84,53 (0,97%), bursa Kospi Korea Selatan yang naik 18,59 (1,03%) dan indeks Hang Seng melejit 192,54 (1,05%).

Lihat Analisis Vibiz Research

Tuesday, October 11, 2011

Sambut Baik Penurunan BI Rate, BBCA Optimis Tingkatkan Performa

Rabu, 12 Oktober 2011 09.47 WIB


PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menyambut baik hasil dari Bank Indonesia mengenai penurunan BI Rate. Penurunan suku bunga rata-rata Bank Indonesia menjadi 6,5% dapat meningkatkan pertumbuhan kredit dan kestabilan ekonomi. Namun Direktur Utama BBCA Jahja Setiadmadja mengungkapkan bahwa perseroan belum akan menurunkan bunga kreditnya. Hal tersebut tergantung dari kualitas funding perbankan itu sendiri.

Selain itu BBCA optimis bahwa bisnisnya akan tumbuh hingga 25% pada tahun 2012. Pertumbuhan tersebut dapat dicapai melihat tingkat inflasi yang terus terkendali. Sementara itu hingga September 2011, krdit BBCA tumbuh mencapai 23,5% menjadi Rp11,54 triliun.

Hingga pertengahan tahun ini, tercatat aset perseroan tumbuh hingga 13,8% dari periode yang sama tahun 2010 menjadi Rp339,79 triliun. Total ekuitas perusahaan meningkat sebesar 25,84% menjadi Rp38 triliun. Sedangkan laba bersih perseroan naik 20,4% menjadi Rp4,79 triliun. Namun tingkat ROE perseroan menurun menjadi 23,73% sedangkan ROA naik menjadi 2,82%.

Melemah sejak awal Agustus lalu, hari ini BBCA dibuka pada level 7.800 (12/10). Indikator stochastic memberikan trend bullish yang cukup kuat dimana garis %K terus bergerak naik diatas garis %D. Begitu juga dengan indikator MACD,  uptrend BBCA didorong oleh histogram positif yang memanjang. Sedangkan dalam jangka panjang, BBCA masih memiliki trend bullish dimana EMA 50 masih berada di atas EMA 200.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting berpendapat bahwa seiring dengan kinerja perseroan yang semakin tumbuh dari tahun tahun, BBCA akan kembali kedalam trend bullishnya. Begitu juga dengan teknikal yang menguat, beberapa waktu kedepan BBCA berpotensi menguat. Dengan support fibonacci 50,00% di level 7.075 dan resistance fibonacci 76,40% di level 8.012 disarankan untuk buy on high.

Bursa Asia Tertekan, IHSG Akan Terkoreksi

Rabu, 12 Oktober 2011 09.02 WIB


Perdagangan kemarin IHSG ditutup melesat 2,34% ke level 3531,75 (12/10). Penguatan IHSG kemarin didorong oleh sentiment bursa regional baik Amerika Serikat maupun Asia yang mengalami penguatan. Namun penguatan tersebut masih belum stabil melihat kondisi keuangan Eropa yang belum pulih. Para pelaku pasar lebih memilih investasi jangka pendek dengan time frame harian.

Tadi malam bursa Amerika Serikat ditutup mixed dimana Dow Jones -16,88 (-0,20%), S&P 0,65 (0,1%) dan Nasdaq 16,98 (0,7%) (12/10). Wall Street masih belum sepenuhnya menguat, pertumbuhan performa emiten yang cemerlang belum mampu menghilangkan kehawatiran akan krisis hutang Eropa.

Sedangkan bursa Asia pagi ini merosot dimana Indeks Nikkei turun 59,39 (-0,68%), bursa Kospi Korea Selatan yang terseret turun 11,52 (0,64%), indeks Straits turun 14,48 (-0,54) dan indeks Hang Seng jatuh 249,92 (-1,38%).

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) cenderung melemah terbatas akibat tekanan bursa Asia yang mengalami pelemahan. Saham-saham bluechips masih menjadi prioritas utama para trader untuk sedikit mengambil keuntungan harian

Bagikan Dividen Interim, AUTO Berpotensi Menguat

Selasa, 11 Oktober 2011 14.26 WIB


PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) berencana untuk melakukan pembagian dividen interim dengan rasio dividen interim tersebut adalah setiap satu lembar akan memperoleh dividen sebesar Rp30. Dimana jadwal pembagian dividen interim tersebut adalah:


>Tanggal perdagangan bursa yang memuat dividen interim (Cum Dividen) diPpasar Reguler dan Pasar Negosiasi pada tanggal 27 Oktober 2011
>Tanggal perdaangan bursa tidak memuat divideninterim (Ex Dividen) di Pasar Reguler dan Pasar Negosiasi pada tanggal 28 Oktober 2011.
>Tanggal perdagangan bursa yang memuat divideninterim (cun dividen) di pasar tunai pada 1 Oktober 2011.
>Tanggal perdagangan bursa tidak memuat dividen interim (Ex Dividen) di pasar tunai pada 2 Oktober 2011.

Melihat kinerja sepanjang paruh pertama tahun 2011, aset AUTO mengalami pertumbuhan sebesar 28,98% dari periode yang sama tahun 2010 menjadi Rp6,42 triliun. Total ekuitas juga meningkat sebesar 24,91% menjadi Rp4,26 triliun. Namun laba bersih perseroan pada semester pertama 2011 mengalami penurunan sebesar 15,55% menjadi hanya Rp480,2 miliar. Turunnya laba bersih semester lalu membuat tingkat ROE turun menjadi 21,35% dan ROA menjadi 14,97%.

Mengalami pelemahan sejak awal semester II-2011, membuat AUTO berada pada level 3.050 (11/10). Indikator stochastic memberikan sinyal rebound setelah seminggu terahir mengalami penguatan. Begitu juga dengan indikator MACD yang membentuk golden cross dengan histogram positif yang mulai memanjang. Dalam jangka panjang, AUTO masih berada pada keadaan bullish dimana EMA 50 masih bergerak diatas EMA 200.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting berpendapat bahwa dalam jangka panjang AUTO masing memiliki trend bearish, seiring dengan turunnya performa perusahaan. Namun dalam jangka pendek AUTO berpotensi menguat mengikuti teknikalnya. Dengan titik support fibonacci 23,6% di level 2.890 dan resistance fibonacci di 38,2% di level 3.169 disarankan untuk buy speculative.

Monday, October 10, 2011

Indosat Meraih Peringkat AA+ Dari Pefindo

Selasa, 11 Oktober 2011 12:30 WIB


PT Indosat Tbk (ISAT) meraih peringkat 'AA+' dari Pefindo, begitu juga dengan obligasi II tahun 2001, obligasi V tahun 2007, obligasi VI tahun 2008, dan obligasi VII 2009 serta peringkat 'AA+sy' untuk sukuk ijarah.

"Prospek atas peringkat tersebut adalah stabil," ujar analis Pefindo Niken Indriarsih di Jakarta, Selasa.

Menurutnya, peringkat ini mencerminkan dukungan yang kuat dari pemegang saham utama, posisi pasar perusahaan yang sangat kuat dan membaiknya kinerja operasional.

Namun, peringkat tersebut dibatasi oleh struktur permodalan perusahaan yang agresif dan ketatnya persaingan dalam industri telekomunikasi.

Indosat merupakan salah satu penyedia layanan telekomunikasi dan informasi yang terkemuka di Indonesia, mencakup layanan bisnis seluler, multimedia, internet dan komunikasi data, serta jaringan telepon tetap.

Per 30 Juni 2011, saham ISAT dimiliki oleh Qatar Telecom Pte Ltd sebesar 65 persen, pemerintah Indonesia 14,3 persen, SKAGEN Funds 5,6 persen, serta publik 15,1 persen.

Tahun depan, perusahaan telekomunikasi ini akan menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) sama dengan tahun lalu sekitar Rp650 miliar.

"Rencananya, dana tersebut akan digunakan untuk pengembangan jaringan dan data yang ada di seluruh daerah," ujarnya.

Pengembangan jaringan ini, kata Niken, terus dilakukan di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan sebagian kawasan Timur Indonesia.

Indosat juga tetap fokus pada pelanggan demi tetap mempertahankan posisinya di peringkat kedua tahun ini. Hingga akhir tahun lalu, perseroan memeroleh 44,3 juta pelanggan atau naik 34,4 persen dibanding dengan 2009.

Raih Kontrak Baru Senilai Rp6,3 Triliun, PTPP Berpotensi Menguat

Selasa, 11 Oktober 2011 11.40 WIB


PT PP (Persero) Tbk (PTPP) berhasil meraih kontrak baru yang ditaksir nilainya mencapai Rp6,3 triliun dengan jangka waktu 9 bulan pertama tahun ini. Seperti dijelaskan oleh Betty Ariana selaku Sekretaris Perusahaan PT PP bahwa kontrak baru yang telah diraih sebesar Rp500 miliar seperti proyek pengurapan kali Pesanggrahan dan Dermaga Teluk Bayur.

Betty juga mengungapkan bahwa kontrak baru yang diterima perseroan hingga September naik sebesar 30% dibanding tahun lalu. Selain itu perseroan juga telah mengantongi tiga proyek pembangkit listrik yang bernilai hingga Rp1,58 triliun. Sedangkan melalui divisi properti perseroan telah meraih beberapa proyek hotel, perkantoran, dan perumahan.

Menurut laporan keuangan semester pertama tahun 2011, aset perseroan tumbuh 21,17% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu menjadi Rp5,64 triliun. Total ekuitas juga meningkat sebesar 13,34% menjadi Rp1,23 triliun. Begitu juga dengan laba bersih yang meningkat signifikan dari Rp25,2 miliar tahun lalu menjadi Rp45 miliar di paruh pertama 2011. Dengan pertumbuhan tersebut tingkat ROE pada di bulan Juni 2011 naik menjadi 3,66% dan ROA menjadi 0,80%.

Memiliki trend yang melemah sepanjang tahun 2011 ini, saat ini PTPP berada pada level 310 (11/10). Indikator stochastic memberikan sinyal rebound setelah seminggu kemarin mengalami penguatan. Begitu juga dengan indikator MACD dimana trend mengalami golden cross dan histogram positif yang semakin memanjang mendorong PTPP naik. Sedangkan dalam jangka panjang trend berada pada kondisi bearish dimana EMA 50 bergerak menjauh dibawah EMA 200.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting berpendapat bahwa dalam jangka panjang trend masih akan melemah. Melihat dari kinerja satu tahun terahir yang mengalami penurunan, kondisi bearish akan terus berlanjut. Sedangkan dalam beberapa hari kedepan, PTPP cenderung menguat mengikuti trend jangka pendeknya. Dengan support fibonacci 0,00% di level 265 dan resistance fibinacci di level 395 disarankan untuk sell on high.

Solusi Tunas Pratama Listing di BEI

Selasa, 11 Oktober 2011 11:10 WIB


Pada hari Selasa, (11/10) PT Solusi Tunas Pratama Tbk resmi mencatatkan saham perdananya (listing) di Bursa Efek Indonesia dengan kode "SUPR". Jumlah saham yang dilepas ke publik melalui penawaran perdana adalah sebanyak 100 juta lembar saham atau 16,7% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO.

Dana hasil IPO rencananya sekitar 35% akan digunakan untuk pembiayaan investasi yang berkaitan dengan pembangunan menara dan penambahan sites telekomunikasi baru yang terutama berlokasi di Jabodetabek. Sementara 50% akan digunakan untuk mengakuisisi agar dapat memperluas kegiatan usaha hingga tahun 2013. Dan 15% untuk modal kerja Perseroan, antara lain untuk biaya operasional.

"Harga saham yang dibuka dan ditawarkan Rp 3400 per lembar saham diharapkan akan mendapatkan respons investor yang positif pada hari pertama perdagangannya," ujar Nobel Tanihaha, Direktur Utama STP dalam acara pencatatan saham perdana di BEI, Jakarta hari Selasa, (11/10).

Harga saham dibuka pada pukul 09.30 WIB hari Selasa, (11/10) untuk sesi pertama sebesar Rp 3400. Harga terendah pada posisi Rp 3400 dan harga tertinggi pada posisi Rp 3600. Total frekuensi sebanyak 7 kali dengan nilai transaksi Rp 654 juta.

Harga saham mengalami kenaikan Rp 300 dari harga saham perdana dengan nilai nominal saham Rp 100. Penjamin pelaksana emisi efek pada penawaran umum saham perdana ini adalah PT Ciptadana Securities.

Setelah IPO, komposisi pemegang saham STP menjadi 78,3% PT Kharisma Indah Ekaprima, 5% PT Titan Technology dan 16,7% Masyarakat.

"Dukungan dan sambutan yang diberikan oleh komunitas pasar modal di Indonesia hingga perseroan dapat mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia merupakan bukti kepercayaan kepada perseroan yang akan menjadi pendorong pertumbuhan dan penciptaan nilai tambah bagi seluruh stakeholder kami. Perseroan yakin dengan dukungan yang diberikan tersebut kinerja perseroan akan semakin baik di masa mendatang," ungkap Nobel Tanihaha di BEI, Jakarta pada hari Selasa, (11/10).

Bapepam-LK Melarang Garuda Lakukan Kuasi Reorganisasi

Senin, 10 Oktober 2011 13:40 WIB


Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) memastikan mundurnya jadwal kuasi reorganisasi PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA). Bapepam belum merestui aksi korporasi BUMN Aviasi ini selama perseroan belum mencatatkan laba.


"Garuda menyampaikan pemunduran rencana mereka Kuasi Reorganisasi. Mereka sebelumnya pakai buku (laporan keuangan) Juni, tapi belum karena belum cetak laba," ungkap Kepala Biro PKP sektor Jasa Bapepam-LK, Gonthor R. Aziz, di kantornya, Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat (7/10/2011).

Seperti halnya emiten lain yang berencana melakukan penghapusan saldo defisit, Gonthor menambahkan, Bapepam tetap membuka pintu bagi siapa saja yang melakukan kuasi reorganisasi. Pasalnya aksi ini menjadikan neraca keuangan emiten menjadi lebih sehat.

"Rencana kuasi dari setiap emiten itu baik untuk perseroan dan investor," tegas Gonthor.

Memang sebelumnya, penerapan PSAK 51 akan dihapus pada akhir Desember 2011. Padahal PSAK 51 menjadi tuntunan teknis bagi emiten yang ingin melakukan kuasi reorganisasi.

Atas banyaknya permintaan dari emiten untuk kuasi reorganisasi, maka pencabutan PSAK 51 pun ditunda hingga 2013. "Kami sampaikan bahwa ada beberapa (emiten) yang tetap berkeinginan untuk lakukan kuasi. Tapi karena persyaratan belum penuhi tahun ini, tapi tahun berikutnya. Untuk itu kami bersepakat bahwa (pencabutan) PSAK 51 ditunda hingga 2013," tegasnya.

Saat dikonfirmasi, Direktur Keuangan GIAA, Elisa Lumbantoruan menegaskan, kuasi reorganisasi akan dilakukan paling lambat Juni 2012. Perseroan siap menghapusbukukan saldo defisit sekitar Rp 6,8 triliun. GIAA pun siap melaksanakan RUPS luar biasa di bulan April 2011.

"Kami akan melakukan di Februari Maret tahun depan. Dan RUPS di April. Defisitnya Rp 6,8 triliun. Kami akan melakukan dengan buku full year 2011," imbuhnya.

Bapepam-LK Monitoring Proses Kuasi Reorganisasi Bakrie & Brothers

Senin, 10 Oktober 2011 13:15 WIB


Kuasi reorganisasi PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) telah mendapat restu dari pemegang saham. Proses penghapusan defist dan penilaian kembali seluruh aset pun berlanjut. Manajemen BNBR juga secara tegas mengaku, tidak akan mengalami rugi pasca kuasi reorganisasi ini.

Menurut Kepala Biro PKP Sektor Jasa Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), Gonthor R Aziz, penilaian bisnis BNBR oleh auditor independen, adalah baik. Auditor juga mengawasi rencana bisnis jangka panjang BNBR, termasuk proyeksi atas laporan keuangan Bakrie & Brothers.

Atas review dari auditor independen pula, Bapepam-LK mengizinkan kuasi reorganisasi BNBR, dan akhirnya mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS luar biasa di 6 Oktober lalu.

"Namun kami tetap melakukan pemantauan, apakah realisasi yang akan dihasilkan BNBR dengan rencana kerja mereka sesuai. Atau berbeda jauh," jelas Gonthor kepada wartawan akhir pekan ini.

Ia menambahkan, kuasi reorganisasi BNBR selanjutnya akan dibawa ke kreditur untuk meminta persetujuan. Bapepam-LK memberi batas waktu kepada kreditur BNBR yang keberatan atas proses kuasi reorganisasi, paling lambat 5 Desember 2011.

"Karena BNBR punya kreditur, maka perseroan akan minta persetujuan dulu. Kami beri tenggat waktu ke kreditur kalau kebereratan sampai 5 Desember," katanya.

(Vibiznews – Stocks)  Persetujuan dari kreditur penting, karena dengan penghapusan defisit, selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas pengendali, dan rugi investasi yang belum teralisasi sebesar Rp 34,989 triliun, menjadikan penurunan modal disetor dan nilai proporsional saham.

Penurunan modal disetor dari Rp 21,51 triliun menjadi Rp 12,26 triliun, menyebabkan rasio utang terhadap modal (Debt to Equity Rasio/DER) menjadi lebih besar. Perbesaran ini berpotensi mengecilkan peluang pembayaran utang BNBR kepada kreditur.

"Rasio Debt to Equity kan turun, akibat pengaruh dari kuasi. Maka butuh persetujuan. Kreditur yang inginkan, kalau tidak sesuai dengan pandangan kreditur tersebut?," ucap Gonthor.

Awal proses kuasi reorganisasi BNBR telah dilakukan sejak lama. Tepatnya ada 9 Mei 2011, dimana perseroan mengirimkan surat atas aksi penghapusan defisit ini. Dua hari berselang, 11 Mei terjadi pertemuan antara BNBR dengan Bapepam untuk menjelaskan tujuan kuasi ini.

Namun, Bapepam-LK di 13 Mei memutuskan bahwa kuasi reorganisasi BNBR tidak dapat dilanjutkan. Pasalnya perseroan masih mengalami rugi bersih pada laporan keuangan audit 2010, dan tidak ada kejelasan prospek usaha di masa mendatang.

Tak patah arang, BNBR pun kembali mengajukan dokumen kuasi reorganisasi yang baru pada 19 Agutus lalu, namun menggunakan laporan keuangan semester I-2011 yang mencatat untung Rp 45 miliar.

"Pada masa 19 Agustus-14 September, kami meminta BNBR untuk menjelaskan secara tertulis kelangsungan usaha pasca kuasi reorganisasi, menyampaikan business plan yang akan dilakukan dan tidak akan rugi lagi," tuturnya.

"Lalu, pernyataan tertulis prospek usaha dan penilaian kembali aset dan liabilities perseroan dan proses urutan eliminasi defisit," ucap Gonthor.

Bapepam-LK juga meminta perseroan mampu membayar utang jangka pendek dan panjang, yang akan jatuh tempo di semester II-2011 dan 2012.

"Pada 4 Oktober mereka kasih jawaban, manajemen memberi pernyataan tertulis tentang kelangsungan usaha. Proyeksi laporan keuangan yang telah direviu oleh auditor independen (KAP Tjiendradjaja & Handoko Tomo), dan rincian yang kami minta," imbuhnya.

Atas dasar permintaan yang telah BNBR penuhi, akhirnya Bapepam-LK menyatakan proses kuasi reorganisasi perseroan dilanjutkan. Termasuk persetujuan oleh pemegang saham dan kreditur maksimal 5 Desember nanti.