Sunday, August 28, 2011

Tiga SRO Pasar Modal Dituntut Maksimalkan Fungsinya

Senin, 29 Agustus 2011 01:50 WIB

Tiga Self Regulatory Organization (SRO), PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dituntut terus memaksimalkan fungsinya sebagai perantara likuiditas ataupun memacu peningkatan partisipasi investor.

Tuntutan itu bukan hanya prestasi pendapatan akibat naiknya transaksi rata-rata harian sepanjang 2011 ini.

"Jadi bagaimana Bursa menjadi jembatan yang baik. Dengan likuiditas yang terus terjaga penambahannya. Dan makin banyak investor yang berpartisipasi," ungkap Analis PT Finan Corpindo Nusa, Edwin Sinaga di Jakarta, Minggu (28/8/2011).

Peningkatan pendapatan ketiga SRO, bagi Edwin bukan sesuatu yang menggembirakan. Ha ini dinilai lumrah mengingat pasar modal Indonesia terus tumbuh, meski dalam beberapa pekan kemarin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak volatile

Acuan sederhana adalah naiknya transaksi rata-rata harian di Bursa, dan telah menyentuh level Rp 5,06 triliun di 10 Agustrus lalu. Angka ini naik 21,42% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia, secara otomatis juga terapresiasi. Per Juli lalu nilai kapitalisasi pasar telah mencapai Rp 3.722 triliun, naik 46,56% dibandingkan periode sebelumnya, Rp 2.539 triliun.

"Saya pikir ini berkaitan antara pendapatan yang Bursa hasilkan, dengan besarnya efisiensi. Pendapatan makin besar karena dukungan transaksi harian yang besar. Dan saya pikir situasi pasar masih sangat menarik," kata Edwin.

Seperti diketahui, pendapatan BEI,KSEI,KPEI di semester I ini menegalami kenaikan signifikan. BEI mencatat pendapatan terbesar Rp 345,88 miliar sepanjang Januari-Juni 2011, meningkat 16% dari sebelumnya Rp 298,16 miliar.

Pendapatan transaksi efek menjadi porsi terbesar dengan nilai sebesar Rp 216,89 miliar. Jasa kliring Rp 107,8 miliar dan jasa pencatatan Rp 31,19 miliar. BEI juga mencatat penghasilan dari denda-denda yang mereka putuskan, baik kepada anggota bursa atau emiten, sebesat Rp 2,715 miliar.

Sementara pendapatan KSEI naik 31,21% menjadi Rp 104,093 miliar dari periode sebelumnya RP 79,33 miliar. KPEI, SRO jasa kliring ini juga berhasil meraih pendapatan usaha Rp 99,87 miliar, meningkat signifikan dari sebelumnya Rp 86,41 miliar.

Indika Energy Ajukan Permohonan Perpanjangan Refloating Pada Bapepam-LK

Senin, 29 Agustus 2011 01:40 WIB


PT Indika Energy Tbk (INDY) memohon Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) untuk memperpanjang masa pelepasan kembali saham PT Petrosea Tbk (PTRO) ke publik atau refloating (pelepasan kembali saham ke publik), menjadi awal Januari 2012, dari target awal 28 Agustus 2011.

Menurut Corporate Secretary INDY, Dedy Happy Hardi, permohonan perpanjangan refloating karena kondisi pasar uang dunia tengah dilanda ketidakpastian dan diselimuti sentimen negatif.

"Sentimen negatif pasar keuangan atau finansial global yang membawa pengaruh penurunan seluruh indeks pasar modal di seluruh dunia," katanya dalam keterangan terbuka, Minggu (28/8/2011).

Direktur Utama INDY, M Arsjad Rasjid, kala itu mengungkapkan akan membuka penawaran, setelah keputusan skema refloat ditetapkan manajemen.

Perseroan sendiri telah menyampaikan permohonan perpanjangan masa refloating secara tertulis kepada Bapepam-LK di 25 Agustus 2011. Namun belum ada tanggapan dari wasit pasar modal tersebut, termasuk dari Kepala Biro PKP Sektor Jasa, Gonthor R. Aziz.

Indika Energy masih memiliki 98,55% saham PTRO. 1,45% lain mikik publik. Perseroan telah mebeli saham Petrosea di Februari 2009, dengan mengambil alih 81,95% saham Petrosea dari Clough International.

Pada September 2009, INDY melaksanakan tender offer 16,6 persen saham publik pada harga Rp 10.402 per saham. Total saham yang dilepas setara 16.743.720 lembar.

Dimana Indika selaku pengendali baru wajib melakukan refloating saham Petrosea dalam jangka waktu dua tahun setelah penyelesaian tender offer.

Rata-Rata Peningkatan Pendapatan Tiga SRO Pasar Modal 20,92%

Senin, 29 Agustus 2011 01:30 WIB


Tiga Self Regulatory Organization (SRO) pasar modal, PT Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) mengalami peningkatan pendapatan rata-rata 20,92%. Kenaikan pendapatan tidak lepas dari tren apresiasi transaksi rata-rata harian di pasar modal.

Menurut laporan keuangan ketiga SRO, Minggu (28/8/2011), BEI masih meraih pendapatan terbesar yang mencapai Rp 345,88 miliar sepanjang Januari-Juni 2011, meningkat 16% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp 298,16 miliar.

Pendapatan transaksi efek menjadi porsi terbesar dengan nilai sebesar Rp 216,89 miliar. Jasa kliring Rp 107,8 miliar dan jasa pencatatan Rp 31,19 miliar. BEI juga mencatat penghasilan dari denda-denda yang mereka putuskan, baik kepada anggota bursa atau emiten, sebesat Rp 2,715 miliar.

Dengan beban usaha yang mencapai Rp 218,115 miliar menjadikan laba sebelum pos keuangan lain-lain mencapai Rp 127,76 miliar. Dan akhirnya BEI mencatat laba bersih Rp 156,42 miliar, naik 6,75% dari periode yang sama tahun lalu Rp 146,52 miliar, dengan laba bersih per saham Rp 1,25 miliar per lembar, naik dari periode sebelumnya Rp 1,17 miliar per lembar.

Di lain pihak, porsi peningkatan pendapatan KSEI terpantau paling tinggi, 31,21%. Pendapatan perseroan periode Januari-Juni mencapai Rp 104,093 miliar dari periode sebelumnya RP 79,33 miliar.

Beban usaha perseroan yang menurun semakin menegaskan peningkatan kinerja KSEI sepanjang Januari-Juni 2011. Dimana beban usaha turun dari Rp 48,66 miliar menjadi Rp 41,03 miliar. Penurunan terbesar terjadi pada pas gaji dan tunjangan yang mencapai Rp 12,9 miliar.

Laba kotor sebelum pos keuangan lain pun akhirnya berada pada posisi Rp 63,05 miliar, naik lebih dari dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun lalu Rp 30,66 miliar. Dengan beban pajak Rp 17,55 miliar membawa laba periode berjalan KSEI sebesar Rp 76,309 miliar, atau naik dari posisi sebelumnya Rp 47,29 miliar.

KPEI, SRO jasa kliring ini berhasil meraih pendapatan usaha Rp 99,87 miliar, meningkat signifikan dari sebelumnya Rp 86,41 miliar. Namun KPEI akhirnya meraih pertumbuhan negatif, menjadi Rp 43,86 miliar, dari tahun lalu Rp 53,97 miliar.

Penurunan laba periode berjalan tidak lepas dari besarnya beban akibat investasi yang dilakukan KPEI di enam bulan awal 2011. Tercatat pengembangan usaha yang perseroan lakukan menghaiskan dana Rp 10,63 miliar, dari periode yang sama tahun lalu Rp 6,49 miliar. Total beban usaha pun akhirnya naik dari Rp 41,73 miliar di tahun lalu menjadi Rp 56,79 miliar.

Friday, August 26, 2011

Laba Bersih Naik 41%, BATA Masih Minim Transaksi


Jumat, 26 Agustus 2011 14.41 WIB
PT Sepatu Bata Tbk (BATA) pada semester pertama 2011 ini mencatatkan kenaikan laba bersih sebesar 41,79% menjadi Rp21,61 miliar dari hanya Rp15,24 miliar periode yang sama tahun 2010. Pertumbuhan laba bersih tersebut didorong oleh kenaikan penjualan  sebesar Rp305,21 miliar, naik 10,06% dibanding periode yang sama sebesar Rp277,3 miliar.

Dengan peningkatan performa keuangan perseroan, sekarang BATA memiliki aset sebesar Rp512,83 miliar, naik 5,9% dari periode sebelumnya sebesar Rp484,25 miliar. Peningkatan performa keuangan juga terjadi pada beberapa pos seperti ROE yang naik menjadi 6,39% dari periode sebelumnya sebesar 5,04%. Begitu juga ROA yang naik menjadi 4,22% dari 2,67% pada periode yang sama tahun 2010. Jika dilihat dari harga sahamnya, BATA memiliki PER sebesar 19,54x yang berarti harga sahamnya termasuk mahal jika dibandingkan dengan saham sejenis.

Ditransaksikan pada harga Rp65.000 per lembarnya, turun 1000 poin dari penutupan kemarin (26/8). Dengan volume perdagangan yang kecil, saham BATA tidak terlalu liquid di pasar. Dengan transaksi harian tidak lebih dari 80.000 lembar, frekuensi harian BATA sangatlah jarang. Indikator teknikal pun cenderung flat setiap harinya, tanpa ada pergerakan yang berarti setiap harinya.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksikan bahwa BATA akan tetap minim transaksi selama performa keuangan seperti ROE dan ROA ditingkatkan serta PER yang dikecilkan. Untuk saham BATA disarankan untuk sell dan cermati saham-saham yang lebih liquid lainnya.

Selesaikan Akuisisi 6 Perusahaan, BYAN Potensi Rebound


Jumat, 26 Agustus 2011 13:43 WIB
PT Bayan Resources Tbk (BYAN), salah satu perusahaan pertambangan batu bara, telah memiliki saham kepemilikan hingga 99% di 6 perusahaan yang diakuisisi dari 9 perusahaan yang menjadi target akuisisi.

Hal ini dikutip dari keterbukaan informasi yang diterbitkan BEI, Kamis kemarin(25/8/2011). Kepemilikan tersebut didapatkan setelah BYAN dan keenam perusahaan pemilik kuasa pertambangan atau ijin usaha pertambangan di Kaltim melakukan perjanjian jual beli pada 24 Agustus 2011.

Keenam perusahaan ittu adalah PT Tiwa Abadi (TA), PT Dermaga Energi (DE), PT Orkida Makmur (OM), PT Silau Kencana (SK), PT Sumber Api (SA) dan PT Tanur Jaya (TJ). Dengan kesepakatan itu maka dilakukan pengailan aset seperti bangunan, tanah dan fasilitas penunjuang lainnya oleh perseroan dan anak usaha yaitu PT Bayan Energy dan PT Sumber Aset Utama selaku pembeli dengan PT Ilthabi Bara Utama, Prime Mine Resources Limited dan Romo Nitiyudo Achjo selaku penjual.

Sedangkan pengambilalihan 3 perusahaan lagi paling lambat akan dilakukan dalam jangka waktu 12 bulan. Ketiga perusahaan itu adlah PT Cahaya Alam, PT Bara Sejati dan PT Apira Utama. Pada RUPSLB perseroan 7 Juni 2011 lalu, perusahaan telah membidik 9 perusahaan yang memiliki kuasa pertambangan di Kalimantan Timur.

BYAN sendiri secara fundamental, sampai semester 1 2011 ini memiliki kinerja yang cukup memuaskan. BYAN telah membukukan laba bersih pada Quarter 2 2011 sebesar 971,9 miliar, naik sebesar 474,41% dari periode tahun sebelumnya yang hanya 161,1 miliar. Jika dibandingkan head to head dengan perusahaan di industry sejenis, ROA dan ROE BYAN masih tergelong cukup baik, dimana masing-masing adalah sebesar 10.49% dan 26.01% berbanding ROA dan ROE ADRO yang masing-masing sebesar 5.37%, 12.01%. Sayangnya, PER BYAN jauh lebih tinggi dari pesaingnya yakni 78,42x berbanding ADRO yang hanya 32.97x.


Dari analisa teknikal, indikator stochastic menunjukkan bahwa BYAN telah memasuki masa bullishnya, namun dapat dilihat pula bahwa saham ini sudah berada di daerah oversoldnya, sehingga dengan membaiknya bursa-bursa regional, BYAN akan mampu untuk rebound kembali. Support dan resistancenya berada di kisaran Rp. 21.450,00- Rp. 22.450,00.

Walaupun kinerja nya yang meningkat serta adanya kabar akuisis ini, analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan pergerakan BYAN akan terhambat dan relatif flat untuk hari ini dikarenakan pelaku pasar yang masih menunggu kepastian dari Fed, serta adanya libur lebaran mulai senin hingga jumat esok yang membuat pelaku pasar masih belum berani mengambil risiko. Namun, untuk investor yang melakukan investasi jangka panjang, BYAN cukup menjanjikan, dan direkomendasikan untuk melakukan buy on weakness di daerah supportnya.

Laba Bersih Melesat 362%, UNSP Belum Beri Sinyal Buy


Jumat, 26 Agustus 2011 10.27 WIB
PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) mencatat laba Rp 218,62 miliar di semester I-2011. Laba melesat 362,58% dari periode yang sama tahun lalu Rp 47,26 miliar. Menurut laporan keuangan UNSP yang dipublikasikan (26/8), peningkatan kinerja perseroan terdorong oleh kenaikan pendapatan dari Rp 1,134 triliun di semester I-2010 menjadi Rp 2,303 triliun di semester I-2011.

Usai terpangkas beban penjualan Rp 1,46 triliun, laba kotor UNSP hingga Juni 2011 mencapai Rp 840,262 miliar. Laba ini naik 85,27% dari periode yang sama tahun lalu, Rp 453,52 miliar.Adanya kenaikan pendapatan selisih kurs Rp 123,51 miliar dan nihilnya amortisasi goodwill pada semester ini, menjadikan kinerja perseroan makin apik. Posisi laba usaha mencapai Rp 654,103 miliar atau naik tinggi 101,18% dari periode sebelumnya Rp 325,13 miliar.

Perdagangan hari ini, saham UNSP ditransaksikan pada harga Rp375 per lembar (26/8). Indikator stochastic cenderung melemah walaupun ada penguatan pada perdagangan dua minggu lalu. Begitu juga dengan indikator MACD dimana garis MACD masih berada di bawah trigger line-nya dan masih meneruskan pelemahannya. Dengan colume yang mengecil, EMA 5 belum menandakan adanya rebound terhadap EMA 20.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa UNSP masih akan melemah seiring dengan sentiment negatif yang diberikan oleh bursa global. Namun dengan performa keuangan pada semester pertama 2011, potensi reboun sangatlah besar, melihat UNSP yang terus turun ke level terendahnya. Dengan support  pada level 350 dan resistance 390, disarankan untuk wait and see hingga adanya sinyal rebound.

Bakrie Sumatera Plantation Catat Laba Bersih Rp 218,62 Miliar


Jumat, 26 Agustus 2011 10:17 WIB
PT Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP) mencatat laba Rp 218,62 miliar di semester I-2011. Laba melesat 362,58% dari periode yang sama tahun lalu Rp 47,26 miliar.

Menurut laporan keuangan UNSP yang dipublikasikan, Jumat (26/8/2011), peningkatan kinerja perseroan terdorong oleh kenaikan pendapatan dari Rp 1,134 triliun di semester I-2010 menjadi Rp 2,303 triliun di semester I-2011.

Usai terpangkas beban penjualan Rp 1,46 triliun, laba kotor UNSP hingga Juni 2011 mencapai Rp 840,262 miliar. Laba ini naik 85,27% dari periode yang sama tahun lalu, Rp 453,52 miliar.

Adanya kenaikan pendapatan selisih kurs Rp 123,51 miliar dan nihilnya amortisasi goodwill pada semester ini, menjadikan kinerja perseroan makin apik. Posisi laba usaha mencapai Rp 654,103 miliar atau naik tinggi 101,18% dari periode sebelumnya Rp 325,13 miliar.

Laba bersih periode berjalan perseroan juga melesat dari Rp 47,26 miliar menjadi Rp 406,101 miliar. Namun terdapat negatif pendapatan komprehentif lain Rp 189,48 miliar. Dengan demikian laba bersih atau pendapatan komprehensif periode berjalan berada pada posisi Rp 218,62 miliar.

Posisi laba bersih per saham dasar mencapai Rp 60,32 per lembar, naik dari posisi sebelumnya Rp 8,5 per lembar.

Aset perseroan pun hingga Juni 2011 mencapai Rp 18,761 triliun, naik dari posisi akhir tahun lalu Rp 18,502 triliun. Sementara total kewajiban UNSP mencapai Rp 10,134 triliun, naik dibandingkan posisi akhir tahun lalu Rp 9,954 triliun.

Wednesday, August 24, 2011

BEI Kembali Lakukan Suspensi Perdagangan Saham Central Omega Resources

Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali melakukan penghentian sementara alias suspensi perdagangan saham PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) karena lonjakan harga saham yang tidak wajar.

Pjs Kadiv Pengawasan Transaksi Irvan Susandy mengatakan, suspensi dilakukan karena saham Central Omega mengalami kenaikan luar biasa yakni sebesar Rp 1.800 atau 378,95% dari harga penutupan Rp 475 di 9 Agustus 2011 menjadi Rp 2.275 di 24 Agustus 2011 kemarin.

"Karena itu BEI perlu melakukan penghentian sementara perdagangan saham PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) dalam rangka cooling down pada perdagangan 25 Agustus 2011," jelas Irvan.

Suspensi dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai dengan tujuan untuk memberikan waktu yang memadai bagi pelaku pasar untuk mempertimbangkan secara matang berdasarkan informasi yang ada dalam setiap pengambilan keputusan investasinya di saham DKFT.

Sebelumnya, saham DFKT juga sudah terkena suspensi pada perdagangan Senin 22 Agustus 2011 akibat lonjakan harga sebanyak 209,47%. Suspensi sahamnya tidak lama, BEI langsung mencabut suspensi tersebut keesokan harinya.

Akuisisi BRI ingin Remittance, BRI Siapkan Tenaga Menuju 7250

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) telah mengakuisisi PT BRI ingin Remittance, perusahaan penyedia jasa pengiriman uang yang berpusat di Hong Kong. Nilai akuisisi ini mencapai Rp3 miliar dimana sebelumnya PT BRI ingin Remittance dimiliki oleh dana pensiun BRI yang tidak terkonsolidasi dengan BRI.

Direktur Keuangan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Achmad Baiquini menjelaskan bahwa Remittance terbesar berasal dari Malaysia, kemudian Timur Tengah dan Hong Kong.  Total Remittance itu sendiri telah mencapai US$7,5 miliar, naik 23% dari bulan Juli tahun 2010. Terkait denganremittance ini, BRI belum berencana untuk membuka di luar negeri.

Pada perdagangan hari ini BRI ditransaksikan pada harga Rp6.500 per lembarnya (25/8). Indikator stochastic memberikan sinyal bullish setelah garis %K memotong garis %D dari bawah (golden cross). Pada indikator MACD, trend bearish terdorong naik oleh histogram negatif yang memendek. Sedangkan pada boilinger band, trend bergerak dari lower band menuju centre line.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa BBRI akan menguat dengan target harga 7.250. Dengan support pada level 6.200 dan resistance di level 6.680, disarankan untuk wait and see hingga level reisistance dapat ditembus.

Trikomsel Cetak Laba Bersih Rp 120,9 Miliar

PT Trikomsel Oke Tbk telah membukukan laba bersih pada Quarter 2 2011 sebesar Rp 120,9 miliar, dimana terjadi peningkatan sebesar 45,4% dari Rp 83,20 miliar pada semester pertama 2010.

Masih belum puas dengan hal tersebut, dimana selama ini TRIO sudah cukup kuat dalam bisnis penjualan telepon seluler, TRIO memperlebar cakupan bisnisnya. Pemilik jaringan gerai Okeshop ini resmi menjadi distributor produk-produk Hewlett-Packard (HP) di seluruh Indonesia. Perseroan dan HP sudah meneken perjanjian kerjasama tersebut, kemarin (23/8).

Presiden Direktur TRIO, Sugiono Wiyono Sugialam, optimis produk-produk HP akan menjadi bagian penting dalam penjualan perseroan. Menurutnya, penjualan produk-produk HP ini pada akhirnya diharapkan dapat memberikan pertumbuhan penjualan dan pelayanan yang baik kepada pelanggan Trikomsel.

"Sesuai visi kami, penjualan produk HP ini sebagai langkah untuk terus melakukan ekspansi bisnis dalam penjualan produk-produk teknologi," ujar Sugiono, dalam keterbukaan informasi BEI, kemarin (24/8/2011). "Dengan ekspansi bisnis yang terus dilakukan dalam hal diversifikasi produk yang dijual diharapkan bisa memberikan pertumbuhan yang terus berlanjut di tahun-tahun mendatang," imbuh Sugiono.  “Kita proyeksikan sampai akhir tahun ini Rp6,3 triliun. Sampi bulan Juli akhir diketahui bertambah Rp600 miliar, jadi dari 1 Juli hingga Agustus optimistis bisa kita tutup Rp1,3 triliun,” paparnya lebih lanjut.

Pada kesempatan itu pula, Direktur Corporate Service & Treasury, Juliana Samudro, mengatakan Trikomsel akan membuka gerai di luar Jakarta. “Kami akan membuka gerai baru di luar Jakarta, yang tidak crowded. Daerah Pulau Jawa masih memberikan potensi cukup baik. Juga di luar Jawa tentunya,” kata Juliana.

Dari sisi fundamental. Hampir semua indikator yang didapatkan dari laporan keuangan paruh pertama 2011 ini memberikan tanda positif terhadap kinerja TRIO daripada pesaing-pesaingnya di industry perdagangan retail. Dari sisi ROA dan ROE, TRIO masih unggul dengan  3.82% dan 13.35% berbanding RALS  yang memiliki ROA 1.96% dan ROE 2.90% serta ALFA dengan ROA1.44%, ROE 3.53%. Begitupula dengan nilai PER dari perusahaan-perusahaan ini. Dimana PER TRIO adalah sebesar 34.44x, jauh lebih kecil dibandingkan RALS 83.73x dan ALFA 113.21x

Dari analisa teknikal, indicator Ichimoku menunjukkan TRIO masih berada pada trend bullishnya. Indikator RSI smoothed menunjukkan bahwa TRIO mulai menuju daeah over sold, sehingga dalam jangka pendek terdapat potensi untuk melakukan rebound.Support dan resistancenya sendiri berada pada Rp. 790,00-Rp.840,00

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi TRIO akan semakin menguat dan memiliki prospek yang baik untuk investasi jangka panjang seiring dengan diversifikasi dan kinerjanya yang semakin baik. Direkomendasikan untuk buy on weakness pada daerah supportnya.

Tuesday, August 23, 2011

Laba Bersih Naik 12%, INDF Belum Bertenaga Untuk Naik

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp1,58 triliun pada semester pertama 2011 atau naik 12% dar periode sebelumnya. Laba bersih tersebut didorong oleh naiknya penjualan perseroan menjadi Rp21,84 triliun dimana sebelumnya hanya mencatat penjualan sebesar Rp18,12 triliun.

Kinerja perseroan yang terus tumbuh terlihat dari laba bersih yang terus naik dari tahun ke tahunnya. Namun pertumbuhan tersebut kurang agresif dibandingkan dengan perusahaan sejenis lainnya. Dimana ROE sebesar 11,07% dan ROA sebesar 6,03%, INDF tidak dapat memberikan return yang tinggi dibandingkan dengan kompetitornya. Namun jika dilihat dari harga saham, INDF masih memiliki harga yang murah dibandingkan dengan saham sejenis lainnya.

Selama tahun 2011 ini, perdagangan saham INDF di BEI cenderung mix. Naik 100 poin, INDF hari ini diperdagangkan pada level Rp7.400 per lembarnya (24/8). Indikator stochastic menunjukan bahwa trend INDF cenderung menurun, dimana garis %K memotong garis %D dari atas (death cross). Namun indikator MACD memberikan sinyal akan adanya reboun dimana pelemahan sejak awal Agustus kemarin tertahan oleh histogram negatif yang mulai memendek.

Analis Vibiz Research dari vibiz Consulting memprediksikan bahwa INDF masih akan mix dikisaran 7.000 – 7.800 dengan volume transaksi yang kecil. Namun dengan rilisnya data keuangan semester pertama, potensi penguatan besar. Untuk saham INDF disarkan wait and see hingga volume transaksi membesar.baca selengkapnya..

Krakatau Steel Terbitkan Rights Issue dan IPO Awal 2012

PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) memiliki segudang rencana dalam rangka pengembangan bisnis dan ekspansi usahanya. Diantaranya, penerbitan saham baru (rights issue) serta Initial Public Offering (IPO) yang dikhususkan untuk anak usahanya PT Krakatau Wajatama.

KRAS menargetkan aksi ini akan dilakukan pada awal tahun 2012, dengan mempertimbangkan kondisi momentum yang tepat.

Demikian disampaikan Vice President Corporate Communication KRAS, Wawan Hernawan, di Jakarta, Selasa malam (23/8/2011).

"Kita ingin saat dilakukan kondisi pasar lagi bagus. Menunggu momentum yang tepat, harganya tentu akan tinggi," jelasnya.

Sedangkan IPO anak usaha, PT Krakatau Wajatama prosesnya tengah dipersiapkan perseroan. Rencananya, pada triwulan I-2011 menjadi waktu yang tepat untuk penerbitan saham perdana Krakatau Wajatama.

"Sedang dalam persiapan. Kami sedang beres-beres dan di awal tahun depan," kata Wawan.

Dana hasil IPO digunakan untuk pengembangan usaha perusahaan, khususnya produksi baja olahan. Krakatau Wajatama telah berdiri sejak 1992, dengan produksi andalan seperti INP, IWF, H-Beam, U-Channel, L-angels, Reinforcing Bars (Deformed & Plain Bars).baca selengkapnya..

PTBA Setor Dana US$162 Juta Kuasai 30% Saham Proyek Pembangunan Jalur Rel Adani

PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) bersiap masuk menjadi salah satu pemegang saham baru pada proyek pembangunan jalur kereta api dan terminal batubara milik PT Adani Global. Perseroan siap menyetorkan dana US$ 162 juta dan diharapkan teralisasi tahun ini.

PTBA akan mengambil porsi 30% saham dari proyek pembangunan rel KA dan terminal batu bara ini. sebelumnya PT Adani Global menjadi pemilik mayoritas, 97,5%. Sisanya milik Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan.

"Kita akan ambil saham dari PT Adani Global. Disarankannya ambil 30%," jelas Sekretaris Perusahaan PTBA Achmad Sudarto di Jakarta, Selasa (23/8/2011) malam.

Sebelumnya PTBA tidak memiliki saham dan hanya bertindak sebagai pemasok batu bara atau official security.

Proyek Adani berupa pembangunan jalur kereta api dan coal terminal diharapkan mulai 2011. Pembangunan memakan waktu 36-48 bulan, sehingga fasilitas baru ini akan siap beroperasi pada 2013.

Dengan total investasi mencapai US$ 1,8 miliar, jalur kereta api akan beroperasi dari Tanjung Enim hingga Tanjung Api-Api, dengan panjang mencapai 270 km. Jalur ini siap mengangkut batubara dipasok dari PTBA dengan kapasitas angkut 30-35 juta ton per tahun.baca selengkapnya..

Indofood Cetak Laba Fantastis Rp 2,5 Triliun

PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) berhasil meraup laba Rp 2,552 triliun di semester I-2011, naik signifikan 42,17% dari periode yang sama tahun lalu Rp 1,795 triliun.

Menurut laporan keuangan INDF yang dipublikasikan di Jakarta, Rabu (24/8/2011), peningkatan laba ditopang oleh apresiasi penjualan hingga 20,5%. Hingga Juni 2011, penjualan perusahaan grup Salim ini mencapai RP 21,849 triliun. Padahal tahun sebelumnya hanya Rp 18,122 triliun.

Dengan beban Rp 15,52 triliun, INDF menhghasilkan laba kotor Rp 6,32 triliun, meningkat 7,5% dibandingkan periode sebelumnya Rp 5,88 triliun. Namun marjin laba kotor turun menjadi 28,9% dari sebelumnya 32,5%, karena naiknya harga bahan baku.

Perseroan mencatat pertumbuhan laba usaha 16,8% dari 2,97 triliun menjadi Rp 3,47 triliun. Dimana laba per saham INDF hingga semester I ini mencapai Rp 180 per lembar, meningkat dari periode yang saham tahun lalu Rp 161 per lembar.

Perseroan mencatat total aset di semester I lalu mencapai Rp 52,544 triliun, naik signifikan dibandingkan akhir 2010 Rp 47,27 triliun. Total kewajiban INDF sendiri mencapai Rp 23,21 triliun, naik dari Rp 22,42 triliun di Desember 2010.

Prestasi tersebut tidak lepas dari kelompok usaha strategi konsumen bermerek dibawah payung PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Kelompok usaha ini menyumbang 42,27% dari penjualan INDF. Disusul Bogasari 24% dan Agribisnis, Distribusi 7%.

ICBP sendiri berhasil meraih laba bersih 18,39% dari Rp 861,69 miliar menjadi Rp 1,049 triliun. Laba ditopang oleh kenaikan penjualan sekitar 4,7% menjadi Rp 9,422 triliun. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, ICBP hanya meraih penjualan Rp 8,91 triliun.

Laba kotor naik tipis, dari Rp 2,39 triliun menjadi Rp 2,42 triliun. Sedangkan lab usaha meningkat 7,8% dari Rp 1,204 triliun di semester I-2010 menjadi Rp 1,38 triliun. Laba bersih per saham yang dibagikan kepada pemilik entitas induk, akhirnya ditutup pada level Rp 170 per lembar, turun dari periode sebelumnya Rp 172 per lembar.baca selengkapnya..

Memipin Industri Semen, SMCB Potensi Tembus 2000

PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 23,4% di semester pertama 2011. Kenaikan laba bersih tersebut didorong oleh peningkatan penjualan sebesar24,1%. PErtumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dalam industri semen. Meskipun pangsa pasar yang masih rendah dibandingkan dua kompetitornya yaitu PT Semen Gresik Tbk dan PT Indocement Tunggal Tbk, namun pangsa pasar SMCB tumbuh menjadi 15,5% dari 13,7%.

Pertumbuhan performa keuangan disebabkan oleh perseroan yang tidak menaikan harga jual semennya, dimana kedua kompetitornya menaikan harga semen. Memangkas margin laba demi merebut pangsa pasar semen diduga menjadi pemicu naiknya kinerja keuangan semester pertama ini. Penambahan kapasitas dapat mendorong volume penjualan yang lebih tinggi lagi. Pembangunan pabrik baru di Tuban yang diperkirakan mamiliki kapasitas 1,7 juta ton per tahun, mampu meningkatkan penjualan.

Pada perdagangan hari ini, SMCB ditransaksikan pada level Rp1.960 per lembarnya (24/8). Indikator stochastic menunjukan adanya rebound dari pelemahan seminggu kebelakang. Munculnya doji star serta garis %k yang memotong garis %D dari bawah (golden cross) memberikan sinyal penguatan. Ditambah lagi trend MACD yang didorong naik oleh histogram positif yang memanjang.

Meskipun performa keuangan SMCB belum sebaik kedua kompetitornya, namun pertumbuhan SMCB kedepannya dinilai dapat bersaing. Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan saham SMCB akan terus naik dalam jangka panjang seiring dengan performa perseroan yang terus tumbuh. Dengan support pada level 1917 dan resistance di level 2000, disarankan untuk buy saham SMCB.baca selengkapnya..

Berhasil Jual 688,89 Rb Ton CPO, AALI potensi menguat.

PT Astra Agro Lestari Tbk telah berhasil membukukan laba bersih pada paruh pertama 2011 ini sebesar 1,27 triliun. Hal ini lebih baik bila di bandingkan dengan periode yang sama di tahun 2010 sebesar 636,5 miliar. Peningkatan laba ini  utamanya didorong oleh adanya peningkatan penjualan.

Volume penjualan CPO PT Astra Agro Lestari Tbk sampai dengan Juli 2011 mencapai 688.888 ton.Dalam keterangannya ke BEI, Selasa (23/8) disampaikan angka tersebut lebih besar 20,1% dibandingkan volume penjulalan CPO tahun lalu sebesar 573.608 ton. Volume penjualan ini terdiri dari 659.340 ton penjualan lokal dan 25.548 ton penjualan ekspor, masing-masing menyerap sebesar 95,7% dan 4,3% dari total penjualan CPO AALI, dengan harga rata-rata penjualannya naik sebesar 19,9% menjadi Rp7.868. Selain dari peningkatan volume penjualan CPO, volume penjualan kernel juga naik sebesar 40% dari 57.991 ton menjadi 81.159 ton, dengan harga rata-rata menjadi Rp5.818/kg.

Dari sisi fundamental, berdasarkan laporan semesteran Juni 2011, AALI masih cukup baik dibanding pesaingnya BWPT, jika dilihat dari nilai ROA maupun ROE nya, dimana  ROA dan ROE AALi masing-masing adalah sebesar 13.10% dan 16.46% berbanding BWPT yang hanya sebesar 6.18% dan 13.50%. Namun sayangnya, jika dilihat dari PERnya , PER AALI berada sedikit lebih besar disbanding BWPt yakni 29.08x dimana BWPT hanya sebesar 28.08x.

Dari analisa teknikal, AALI masih berada pada trend bearishnya. Indicator stochastic menunjukan harga akan terus melemah dikarenakan kemarin garis %K memotong garis %D dari atas (death cross). Kemarin AALI ditutup melemah 50 poin menjadi Rp21.550 per lembarnya. Diperdagangkan dengan frekuensi 691 kali, dengan colume sebesar 2464 lot dan total value 26,426 juta.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi bahwa AALI pada perdagangan hari ini akan menguat seiring dengan sentimen positif bursa global dan regional bergerak dalam kisaran support dan resistancenya pada Rp. 21.300,00 - Rp. 22.100,00. Direkomendasikan untuk buy on weakness terhadap saham ini.baca selengkapnya..

Monday, August 22, 2011

BEI Buka Suspensi Perdagangan Saham Central Omega Resources


Selasa, 23 Agustus 2011 11:19 WIB
(Vibiznews-Stocks), Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka penghentian sementara (suspensi) perdagangan saham PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) setelah kemarin disuspensi akibat kenaikan harga saham 209,47%.

Hal ini disampaikan oleh Pjs Kadiv Pengawasan Transaksi Irvan Susandy dalam keterbukaan, Selasa (23/8/2011).

"Suspensi atas perdagangan saham PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) dibuka kembali di pasar reguler dan pasar tunai mulai sesi I perdagangan 23 Agustus 2011," jelas Irvan.

Kemarin, suspensi saham Central Omega dilakukan karena sahamnya mengalami kenaikan luar biasa yakni sebesar Rp 995 atau 209,47% dari harga penutupan Rp 475 di 9 Agustus 2011 menjadi Rp 1.470 pada 19 Agustus 2011.Baca Selengkapnya..

Laba Naik 112%, Potensi Dongkrak LSIP Naik


Selasa, 23 Agustus 2011 11.11 WIB
(Vibiznews – Stock) PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) pada semester pertama 2011 berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp886,3 miliar, naik 112% dari periode sama tahun 2010. Pertumbuhan tersebut didorong oleh kenaikan penjualan sebesar 52% menjadi Rp2,3 triliun. Kenaikan tersebut disebabkan oleh naiknya harga komoditas terutama karet dan sawit.

Kontribusi penjualan semester pertama 2011 terdiri dari produk sawit sebesar 80,4%, karet 13,7%, bibit 5,3% dan lainnya 0,7%. Produksi minyak sawit pada semester pertama 2011 pun naik menjadi 199,4 ribu ton atau naik 25,2% sedangkan inti sawit naik 17,2% menjadi 47,4 ribu ton.

Pada perdagangan hari ini, LSIP ditransaksikan pada level Rp2.375 per lembarnya (23/8). Indikator stochastic menunjukan adnya reversal pada daerah overbought setelah garis %k memotong garis %D dari atas (death cross). Sedangkan indikator MACD bergerak labil dengan volume yang mengecil. Selain itu, Moving Average yang menguat terbatas dimana EMA 5 berada diatas EMA 20 setelah kemarin menguat tajam.

Menilai kinerja keuangan yang baik dimana ROE sebesar 32,42% dan ROA sebesar 27,52, LSIP mampu memberikan return yang tinggi. Namun dengan PER sebesar 9,13x, LSIP memiliki harga yang sedikit mahal dibandingkan dengan saham sejenis. Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksikan bahwa LSIP cenderung flat dikisaran 2.425 – 2.475. Dengan support 2250 dan resistance 2450, disarankan untuk wait and see hingga menembus batas tersebut.Baca Selengkapnya..

Siapkan Dana Buyback, Amati Saham BUMI


Selasa, 23 Agustus 2011 10.44 WIB
(Vibiznews – Stock) PT Bumi Resources (BUMI) berniat untuk membeli kembali saham (buy back) senilai 3,75% dari modal atau senanyak 780 juta lembar. Dana yang disiapkan perseroan mengenai buy back ini diperkirakan mencapai Rp3,9 triliun, berkisar Rp5.000 per lembarnya. Dari hasil buyback akan dimasukan ke dalam treasury stock, sehingga mengurangi jumlah saham yang bererdar. Setelah buyback berjalan maka komposisi shareholder menjadi 32,42% dimiliki oleh Vallar dan 67,58% oleh public.

Pembelian kembali saham yang dananya berasal dari saldo laba, akan meningkatkan ROE menjadi 30,24% dari sebelumnya 20,26%. Sementara itu EPS akan naik menjadi Rp122 per lembarnya setelah sebelumnya Rp117 dikarenakan berkurangnya jumlah saham yang beredar. Pertumbuhan keuangan yang mulai membaik sejak tahun buku 2009, membuat BUMI menguat pada awal tahun 2011.

Hari ini BUMI diperdagangkan pada level Rp2.600 per lembarnya, turun 10 pin dari pembukaan kemarin (23/8). Indikator stochastic menunjukan BUMI sedang mengalami koreksi minor dimana %K baru saja memotong %D di daerah oversold. Begitu juga dengan MACD yang masih bearish dengan histogram negatif yang memendek. Dengan PER sebesar 11x, harga saham BUMI termasuk murah dibandingkan dengan saham sejenis lainnya.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksikan bahwa aka nada penguatan merespon aksi koorporasi ini. Namun sentimen negatif dari bursa global serta indikator teknikal yang belim memberikan sinyal reboun akan menghambat laju BUMI untuk naik. Dengan support 2500 dan resistance 2730, disarankan untuk wait and see hingga adanya sinyal rebound diatas batas resistance.


sumber : www.vibiznews.com

Naikan Kapasitas Produksi, GJTL Siap Tembus Resistance


Selasa, 23 Agustus 2011 09.43 WIB
(Vibiznews – Stock) PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) menyuntikan dana ke dalam ekspansi produksinya yang telah berjalan dari tahun 2005. Penambahan belanja modal tahun 2011 sekitar US$20 juta sebagai capex ekstra. Dengan suntikan dana tersebut ditargetkan GJTL mampu memproduksi ban radial sebanyak 45.000 unit per hari dari biasanya yang hanya 30.000 unit per hari.

Sepanjang semester pertama 2011, tercatat penjualan mobil naik 12,81% mencapai 417.687 unit dibandingkan periode yang sama sebanyak 370.243 unit. Dengan peningkatan penjualan mobil maka mendorong penjualan ban untuk naik dikarenakan naiknya permintaan. Ditambah lagi bahwa diprediksikan penjualan mobil pada ahir tahun bisa mencapai 830.000 unit atau naik 8,54%.

Pada perdagangan saham  di bursa pagi ini, GJTL dibuka pada level Rp2.925 per lembar (23/8). Indikator stochastic memberikan sinyal sideways selama satu minggu kebelakang, begitu juga dengan indikator RSI yang telah pulih dari koreksinya satu bulan lalu. Namun pada indikator MACD, GJTL masih dalam trend bearish dengan volume yang semakin mengecil dimana MACD line masih berada dibawah trigger line.

Dengan performa keuangan yang baik seperti ROE sebesar 20,46% dan ROA sebesar 10,78, GJTL memberikan retrn lebih besar dibandingkan saham sejenis. Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksikan bahwa GJTL berpotensi menguat seiring dengan munvulnya sentiment posittif bursa global terhadap IHSG. Dengan support 2680 dan resistance 3000, disarankan untuk buy on weakness.Baca Selengkapnya

Wednesday, August 10, 2011

CMNP Terus Terkoreksi, Dongkrak Dengan Tingkatkan Performa

Kamis, 11 Agustus 2011 09.35 WIB

(Vibiznews – Stock) PT Citra Marga Nursaphala Persada Tbk (CMNP) berniat untuk mengakuisisi tiga ruas tol, mendirikan proyek tol instalasi, dan mengakuisisi satu perusahaan penyedia infrastruktur tambang. Dalam akuisisi tersebut CMNP akan menggelontorkan dana sebanyak Rp5 triliun. Pendaan akan bersumber dari kas internal sebesar Rp500-700 miliar, penerbitan saham baru (right issue) CMNP dan penerbitan obligasi sebesar Rp2-4 triliun.

Untuk menjalankan proyek tersebut, CMNP akan mendirikan anak perusahaan baru dengan kepemilikan 95%. Dengan aset sebesar Rp2,9 triliun pada Maret 2011, CMNP mampu menghasilkan laba sebesar Rp51,59 miliar pada kuartal pertama sehingga nilai ROA adalah sebesar 7,11%. Total equity sebesar Rp1,89 triliun mampu memberikan tingkat pengembalian sebesar 10,92%. Nilai PER CMNP turun menjadi 8,89%, menjadikan CMNP memiliki harga yang lebih murah dibandingkan dengan saham sejenis.

Saham CMNP dibuka pagi ini pada level Rp1.380, naik 80 poin dibandingkan dengan pembukaan kemarin. Indikator stochastic sedang mengalami downtrend, dan kemungkinan masih akan berlanjut. Demikian juga MACD yang bearish dan belum mengkonfirmasi adanya rebound sejak death corss 3 hari lalu. Garis EMA 5 masih berada di atas EMA 20, namun jika hari ini CMNP terkoreksi maka akan terjadi death cross.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi bahwa CMNP masih akan terkoreksi seiring dengan anjloknya bursa global dan regional. Ditambah lagi dengan indikator teknikal yang memberikan sinyal downtrend. Dengan support pada level 1344 dan resistance pada level 1411, disarankan untuk wait and see hingga indikator memberikan sinyal rebound. read more...

Laba Perseroan Merosot Tajam, Optimisme BLTA Tertahan

Rabu, 10 Agustus 2011 16.42 WIB

(vibiznews – stock) PT Berlian Laju Tanker Tbk (BLTA) mengalami kemerosotan laba sebesar 76,6% menjadi US$ 14,352 juta di triwulan I-2011 dibandingkan perolehan laba tahun lalu pada periode yang sama US$ 61,43 juta. Laba perusahaan merosot karena pendapatan usaha yang turun dibarengi dengan beban usaha langsung serta beban umum dan administrasi yang naik signifikan.

Seperti dikutip dari laporan kinerja keuangan perseroan , Rabu (10/8/2011), dimana pendapatan usaha perseroan di tiga bulan pertama tahun ini turun tipis dari periode sebelumnya tahun lalu US$ 161,553 juta menjadi US$ 159,824 juta pada tahun ini. Perseroan juga mencatat kenaikan beban umum dan administrasi menjadi sebesar US$ 7,387 juta dibandingkan tahun lalu US$ 6,276 juta. Hal ini membuat laba perseroan kembali merosot menjadi US$ 18,04 juta dari periode yang sama tahun sebelumya US$ 24,282 juta.

Pada perdagangan sesi kedua hari ini (10/8) saham BLTA menguat 10 poin ke level Rp 255 dan telah ditransaksikan 177 kali dengan volume 14.090.000 lembar saham dan nilai dari transaksi saat ini mencapai Rp 3,62 miliar. Secara technical BLTA sedang dalam trend bearish dimana indikator stokastik menunjukkan saham BLTA mendekati area oversold menunggu saat yang tepat untuk memiliki BLTA. Garis support-resistance berada antara Rp 249-Rp 285.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting merekomendasikan untuk wait and see terhadap saham BLTA karena tercatat dari sisi fundamental BLTA ti agak kurang performed. Tingkat return BLTA per .semester 1terpantau berada dalam posisi negatif atau masih relatif paling rendah diantara saham sejenis lainnya.. BLTA memiliki -5,45% (ROA) dan -22,57% (ROE) serta tingkat PER -1,64x.read more...

Sunday, August 7, 2011

CPIN : Potensi kuat untuk meraup untung jangka panjang.


Minggu, 07 Agustus 2011 05:30 WIB
PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk , telah berhasil meraup penjualan
bersih sekitar Rp8,781 triliun dalam enam bulan pertama 2011. Angka
ini naik 26,27% dari periode yang sama tahun sebelumnya yakni dari
Rp6,926 triliun. Seiring dengan melonjaknya penjualan, beban pokok
penjualan pun naik menjadi Rp6,868 triliun dari sebelumnya Rp5,436
triliun.Namun, hal itu tidak terlalu memberikan dampak signifikan.
Telihat laba bersih masih mengalami kenaikan sebesar 33,14% dari
Rp943,948 miliar menjadi. baca selengkapnya..

Thursday, August 4, 2011

BPS: Ekonomi RI Tumbuh 6,5%

Jumat, 05 Agustus 2011 10.08 WIB
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia selama kuartal II-2011 tumbuh 6,5% (yoy). Pada periode kuartal II-2011 pertumbuhan didorong utamanya oleh sektor perdagangan.baca selengkapnya.

Tingkatkan Kapasitas Produksi, GDST Menarik Untuk Dikoleksi

Jumat, 05 Agustus 2011 09.46 WIB

PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) dengan bisnis utamanya adalah penghasil hot rolled steel plate berniat melakukan ekspansi bisnisnya dengan perluasan lahan pabrik dan peralatan produksi. Dengan ekpansi tersebut, perseroan diperkirakan akan menghasilkan tambahan kapasitas produksi sebesar 60-80%. Menurut kabar yang beredar, rencana perluasan tersebut akan dilaksanakan pada awal bulan Agustus. Namun pelaksanaan tersebut diundur hingga pertengahan Agustus dikarenakan kebutuhan sebelumnya masih baca selengkapnya.

Bapepam dan Lembaga Keuangan Periksa 1000 Kontrak Bilateral Rp 54 Triliun

Kamis, 04 Agustus 2011 17:30 WIB
Aksi yang Bapepam-LK lakukan, usai batas waktu penyelesaian kontrak bilateral antara MI dengan investor di 16 April 2011 berlalu.baca selengkapnya

Kebutuhan Infrastruktur Dalam Negeri Meningkat, ADHI Memiliki Prospek Yang Bagus Pada Tahun Ini

Kamis, 04 Agustus 2011 12.53 WIB
PT Adhi Karya Tbk (ADHI) perusahaan konstruksi yang memilki prospek bagus tahun ini seiring dengan mengucurnya proyek-proyek pemerintah disertai dengan tumbuhnya investasi asing yang didorong oleh meningkatnya permintaan akan kebutuhan infrastruktur dalam negeri. ADHI juga diuntungkan dengan peluang bisnis konstruksi setelah pemerintah mendukung percepatan prioritas pembangunan serta kebutuhan infrastruktur di bidang telekomunikasi, pertambangan dan energi.


Incar Tambang Batubara, UNTR Targetkan 500 Juta Ton Batubara

Kamis, 04 Agustus 2011 11.47 WIB
PT United Tractors Tbk (UNTR) berencana untuk mengakuisisi beberapa tambang batu bara. Dengan tambang batu bara tersebut, perusahaan menargetkan memiliki cadangan batubara sebesar 500 juta ton dalam 3 tahun kedepan. Melalui anak perusahaan PT Pama Persada Nusantara, United tractors beroprasi tidak hanya menjual alat berat namun juga pada pertambangannya. Menurut presiden direktur PT United Tractors Tbk Djoko Pranoto, dana untuk akuisisi sudah ada namun belum bisa memastikan seberapa besar akuisi


Tritunggal Buyback Saham Indomobil Rp 57 miliar

Kamis, 04 Agustus 2011 11.16 WIB
PT Tritunggal Inti Permata (TIP) membeli kembali alias buyback 4,78 juta saham PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS). Total dana yang digelontorkan dalam aksi korporasi itu sebanyak Rp 57,3 miliar. Seperti dikutip dari keterangan tertulis perseroan, Kamis (4/8/2011), pembelian kembali saham itu dilakukan di harga Rp 12.000 per lembar. Buyback itu dilakukan pada 29 Juli 2011 lalu.


Wednesday, August 3, 2011

Pemegang Saham Merestui Bukit Sentul Terbitkan Saham Baru Rp 333,91 Miliar

Rabu, 03 Agustus 2011 18:46 WIB
Menurut keterangan tertulis perseroan, sebanyak 2,854 miliar lembar saham baru dikeluarkan dan diambil dari seri C. 


Laba Terkerek Naik Berkat Penjualan Yang Meningkat Menyentuh Rp 1,27 Triliun Pada Paruh Pertama 2011

Rabu, 03 Agustus 2011 16.29 WIB
PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN), perusahaan yang memproduksi pakan ternak berhasil mencatatkan pendapatan yang meningkat hingga 40,20% sebesar Rp 1,27 triliun dibanding tahun lalu dalam periode yang sama Rp 906,86 miliar dan untuk laba bersih perseroan berhasil melesat 57,13% menjadi Rp 78,35 miliar. Dalam keterengan laporan keuangan yang dilakukan di Jakarta, Rabu (3/8), dikatakan seiring kenaikan penjualan dan laba bersih, perseroan juga mengalami pertumbuhan pada sektor laba usaha yang tercatat..


MAIN: Penjualan Tembus Rp 1 Triliun, Laba Bersih Melejit 57%

Rabu, 03 Agustus 2011 15:40 WIB
PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN), sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pakan ternak ini berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 78,35 miliar pada semester I-2011, atau melesat sekitar 57,13% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 49,86 miliar.

Pendapatan semester I-2011 dilaporkan mencapai Rp 1,27 triliun, melonjak sekitar 40,20% dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 906,86 miliar.

Tuesday, August 2, 2011

Bursa Efek Indonesia Pada 27 Agustus Hingga 5 September 2011 Libur

Selasa, 02 Agustus 2011 18:30 WIB
Jam perdagangan terakhir aktif di 26 Agustus sebelum hari raya Idul Fitri menjelang.


Pendapatan Perseroan Melonjak 145%, Saham INVS Terkerek Naik ke level Rp 9.000

Selasa, 02 Agustus 2011 16.01 WIB
PT Inovisi Infracom Tbk (INVS) membukukan lonjakan laba komprehensif periode berjalan 145% menjadi Rp 46,24 miliar pada paruh pertama tahun 2011 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang berjumlah Rp 18,844 miliar. Perseroan mempublikasikan laporan keuangan di Jakarta, Selasa (2/8) dimana perseroan mencatatkan pertumbuhan laba berka kenaikan pendapatan sebesar 204,49% menjadi Rp 189,224 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp 62,144 miliar.


Monday, August 1, 2011

BHIT Mencatatkan Pertumbuhan Laba Bersih 36% Mencapai Rp 266 Miliar Pada Semester I-2011

Selasa, 02 Agustus 2011 13.24 WIB
PT Bhakti Investama Tbk (BHIT) berhasil membukukan laba bersih yang meningkat 36% menjadi Rp 226 miliar pada paruh pertama tahun ini dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 166 miliar. Menurut Direktur Utama BHIT Harry Tanoesoedibyo pada Senin (1/8) di Jakarta, peningkatan laba bersih ini didorong oleh keberhasilan perseroan melakukan efisiensi biaya ditambah dengan naiknya pendapatan sekitar 13% dari Rp 3,2 triliun menjadi Rp 3,6 triliun.


Harga CPO Naik, Laba Bersih TBLA Melonjak Tajam

Selasa, 02 Agustus 2011 09.52 WIB
PT Tunas Baru lampung Tbk (TBLA) dimana bisnis utamanya adalah produksi minyak goreng sawit, minyak goring kelapa maupun minyak mentah sawit dan kelapa serta sabun mandi. Pada semester pertama 2011, TBLA berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp311 miliar atau melonjak 260% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya sebesar Rp86 miliar. Pertumbuhan laba bersih tersebut didorong oleh kenaikan penjualan perusahaan sebesar 72% menjadi Rp2,1 triliun.