Friday, September 30, 2011

Indofarma Sukses Turunkan Kerugian Bersih Konsolidasi Jadi Rp 23,329 Miliar

Jumat, 30 September 2011 14:16 WIB


PT Indofarma Tbk (INAF) berhasil menurunkan kerugian bersih konsolidasi dalam enam bulan pertama 2011 sekitar 43,62 persen menjadi Rp23,329 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp41,397 miliar.

Menurut Direktur Utama Indofarma Djakfaruddin Junus di Jakarta, Jumat, penurunan kerugian itu ditunjang oleh keberhasilan perseroan mengantongi pertumbuhan penjualan bersih sekitar 32,47 persen dari Rp244,484 miliar menjadi Rp323,858 miliar.

Seiring dengan adanya naiknya penjualan, maka beban pokok penjualan pun ikut naik sebesar 32,62 persen menjadi Rp209,394 miliar, dari sebelumnya hanya Rp157,890 miliar. Beban penjualan tersebut secara langsung membuat beban usahanya naik dari Rp123,780 miliar menjadi Rp131,490 miliar.

"Menurunnya rugi bersih perseroan ini juga didukung oleh keberhasilan meraih pendapatan bunga dan laba kurs mata uang asing masing-masing sebesar Rp708,638 juta dan Rp634,875 juta," ujar Djakfaruddin.

Keberhasilan ini pun membuat total aset perseroan pada semester I-2011 naik tipis 4,11 persen menjadi Rp764,154 miliar dari Rp733,958 miliar.

Pada semester yang sama, perseoran mencatat peningkatan utang bank menjadi Rp160,192 miliar, dari periode yang sama tahun sebelumnya hanya Rp78,837 miliar. Namun utang usaha berhasil diturunkan dari Rp232,162 miliar kini menjadi Rp214,741 miliar.

Saat ini, pemerintah melalui Kementerian BUMN tengah mengkaji pembentukan induk usaha (holding) farmasi. Rencananya, PT Kimia Farma dan Indofarma akan dilebur menjadi satu, sedangkan PT Biofarma Persero dikhususkan menjadi "stand loan".

"Kemungkinan holding farmasi ini baru akan tuntas pada kuartal I-2012," ujar Deputi Menteri BUMN bidang Industri Strategis dan Manufaktur Irnanda Laksanawan beberapa waktu lalu.

Pembentukan holding pada dasarnya untuk meningkatkan daya saing dan "value creation" untuk BUMN Farmasi sehingga mampu bersaing dengan perusahaan sejenisnya, tidak hanya di lingkup nasional, melainkan juga di lingkup global.

BEI Mencabut Suspensi Alfa Retailindo

Jumat, 30 September 2011 13:35 WIB


PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencabut penghentian sementara perdagangan saham (suspensi) PT Alfa Retailindo Tbk (ALFA).

Kepala Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Jasa Umi Kulsum dan Kepala Divisi Perdagangan Saham Andre P J Toelle dalam siaran pers di Jakarta, Jumat mengatakan, pencabutan suspensi itu dalam rangka pengalihan saham hasil "tender offer" kepada PT Carrefour Indonesia.

Hal itu terkait dengan pelaksanaan "go private" dan "voluntary delisting" (penghapusan sukarela) efek perusahaan yang akan dilaksanakan pihak yang ditunjuk oleh ALFA.

Dipaparkan, pencabutan suspensi dilakukan merujuk pada surat PT Alfa Retailindo Tbk No.ARI-BEI/Leg-LTR/IX/2011/030 tanggal 27 September 2011 perihal permohonan crossing saham hasil penawaran tender sukarela dan permohonan delisting saham PT Alfa Retailindo.

"Bursa mencabut penghentian sementara Perdagangan Efek ALFA hanya di Pasar Negosiasi sejak pukul 15.45 WIB pada Sesi II Perdagangan Efek hari Jumat, 30 September 2011," paparnya.

Bursa akan kembali melakukan suspensi efek Perseroan di semua Pasar mulai Sesi pertama Perdagangan Efek pada 3 Oktober 2011.

Sementara dalam laporan keuangan ALFA tercatat pendapatan Rp776,79 miliar di semester pertama 2011, stagnan jika dibandingkan penjualan pertengahan tahun lalu Rp775.61 miliar. Harga saham ALFA Jumat berada pada posisi Rp2.400.

Di saat yang sama, pihak Bursa juga membuka kembali penghentian sementara perdagangan saham PT Nusantara Inti Corpora Tbk (UNIT).

Pjs Kepala Divisi Pengawasan Transaksi, Irvan Susandy mengemukakan, suspensi atas perdagangan saham PT Nusantara Inti Corpora dibuka kembali di pasar reguler dan pasar tunai mulai sesi satu perdagangan pada 30 September 2011.

"Pembukaan suspensi itu menunjuk pengumuman bursa No: Peng-SPT-019/BEI WAS/05-2011 pada 20 Mei 2011 perihal penghentian sementara perdagangan saham perseroan," katanya.

Tambah Jumlah Direksi, EXCL Akan Mengetes Resistance

Jumat, 30 September 2011 11.00 WIB


PT XL Axiata Tbk (EXCL) menambah personal pada anggota direksi dan komisaris. Penambahan penting seiring dengan pengembangan usaha di bidang telekomunikasi agar lebih maju. Dari hasil RUPS luar biasa yang telah terlaksana hari ini, perseroan menambah dua direksi baru yakni Ongki Kurniawan dan Mohamed Adlan bib Ahmad Tajudin. Semantara itu satu komisaris tambahan adalah James Carl Grinwis Maclaurin.

"Ada penambahan direksi dan komisaris ini sejalan dengan komitmen XL agar lebih fokus kepada kebutuhan pelanggan dan akan meningkatkan kinerja usaha," ungkap Presiden Direktur EXCL, Hasnul Suhaimi.

Mohamed Adlan didapuk sebagai Chief Financial Officer, sedangkan Ongki berfungsi sebagai Chief Service Management Officer. "Lalu Ibu Dian Siswarini akan menjabat sebagai Direktur/Chief Technology, Content and New Business Officer, yang dulu dikenal dengan nama Direktur/Chief Services and Technology Officer," paparnya.

Diperdagangkan pada harga Rp4.975 per lembarnya, hari ini EXCL melemah 25 poin sejak pembukaan (30/9). Indikator stochastic memberikan sinyal bullish yang cukup dimana garis %k beradap diatas garis %D. Sedangkan pada MACD, trend cenderung fluktuatif beberapa minggu terahir. Namun dalam trend tahunannya, EXCL cenderung melemah dimana EMA 50 bergerak dibawah EMA 200.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting berpendapat bahwa dalam trend jangka panjang, EXCL akan melemah seiring dengan ketatnya persaingan di industri telekomunikasi Indonesia. Sentimen negatif dari bursa global juga dapat memberikan tekanan yang cukup dalam terhadap EXCL. Dengan support pada level 4.480 dan resistance 4.350 disarankan untuk wait and see.

Lakukan Ekspansi Bisnis, BRPT Masih Belum Bertenaga

Jumat, 30 September 2011 10.28 WIB


PT barito Pacific Tbk (BRPT) telah menyiapkan dana sebesar US$50 juta yang dipergunakan untuk ekspansi bisnis di industri pertambangan dan perkebunan kelapa sawit. Dana investasi tersebut akan diperoleh dari hasil penjualan 7,13% saham BRPT kepada PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Perseroan sendiri menerima pendapatan hasil penjualan saham sebesar Rp893,31 miliar atau setara dengan US$100 juta.

Hingga paruh pertama tahun 2011, BRPT memiliki aset sebesar Rp16,28 triliun dengan total equity sbesar Rp7,73 triliun. Sedangkan pada laba bersih, pada semester pertama 2011 meningkat darstis menjadi Rp226,4 miliar dari periode yang sama tahun lalu hanya Rp24,9 miliar. Kenaikan laba bersih mendorong tingkat ROE naik menjadi 2,97% dan ROA menjadi 1,39%.

Sepanjang tahun ini, BRPT cenderung bergerak flat dengan volatilitas tinggi di kisaran 790 – 1190. Turun 10 poin dari pembukaan, hari ini BRPT ditransaksikan pada level 860 (30/9). Indikator stochstic memberikan sinyal bullish namun belum terlalu kuat. Begitu juga dengan MACD yang melemah setelah sempat menguat pada seminggu yang lalu. Namun secara jangka panjang, BRPT memiliki trend bearish dimana EMA 50 masih berada dibawah EMA 200.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting berpendapat bahwa dalam jangka panjang BRPT masih akan melemah mengikuti trend majornya. Penguatan dalam beberapa hari kedepan merupakan sebuah koreksi dari trend bearishnya. Dengan support pada level 740 dan resistance di 905 disarankan untuk sell on high.

Thursday, September 29, 2011

Didowngrade Sekuritas Asing, BUMI Tertekan Aksi Jual

Kamis, 29 September 2011 15.28 WIB


PT Bumi Resources Tbk (BUMI) anjlok setelah didowngrade oleh salah satu sekuritas asing. CLSA Asia-Pasifik adalah sekuritas asing yang dimaksud telah menurunkan rekomendasi saham milik grup Bakrie ini dari buy menjadi underperform. Keputusan ini disebabkan oleh kemajuan deleveraging perseroan lebih lambat dari yang diharapkan. Dengan tekanan sentimen negatif tersebut, kemungkinan saham-saham Bakrie lainnya juga ikut terseret mengingat BUMI adalah leading indikator bagi grupnya.

Melihat kinerja BUMI sepanjang tahun 2011, dibandingkan tahun 2010 aset perseroan naik hanya Rp800 miliar pada semester pertama 2011 menjadi Rp99,8 triliun. Laba bersih pun kembali turun menjadi Rp5,94  dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp6 triliun. Dengan penurunan tersebut berdampak kepada berkurangnya tingkat ROE dari 15,06% menjadi 10,74% dan ROA dari 6,06% menjadi 5,95%.

Turun 105 poin sejak pembukaan pagi ini, BUMI dijual pada harga Rp1.920 per lembarnya (29/9). Terus mengalami penurunan sejak pertengahan tahun 2011, BUMI saat ini berada di level terendahnya sepanjang tahun ini. Baik indikator stochastic maupun MACD memberikan sinyal bearis, dimana trend terus turun walaupu sudah berada pada area oversoldnya.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting berpendapa bahwa BUMI akan terus tertekan karena aksi jual pasca penurunan grade tersebut. Melihat kinerja keuangan selama beberapa tahun terahir pun menggambarkan bahwa kinerja BUMI underperform. Dengan support berada pada level 1.800 dan resistance di 2.250 disarankan untuk sell.

Lakukan Ekspansi Gerai, RALS Optimis Penjualan Tumbuh 20%

Kamis, 29 September 2011 14.45 WIB


PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) optimis pada tahun 2012 nanti penjualan perseroan akan naik hingga 20%. Pasalnya saat ini RALS terus melakukan ekspansi gerai agar dapat mendongkrak penjualan. Seperti diungkap oleh Direktur RALS Setyadi Surya dimana perseroan yakin tahun ini penjualan RALS mencapai Rp6,85 triliun atau naik 14,2% dari tahun lalu yang hanya Rp6 triliun.

Setyadi juga menyampaikan bahwa hingga bulan Agustus 2011, penjualan RALS sudah mencapai Rp4,88 triliun. Untuk bulan Agustus saja penjualannya mencapai Rp1,53 triliun atau berkontribusi sebesar 31,35%. Menurut kabar yang beredar, RALS juga akan membuka delapan gerai departemen store pada semester kedua 2012 yang akan tersebar di Jawa, Sumatera, dan di sebagian wilayah timur. Pembangunan tersebut ditaksir bernilai Rp25 – Rp35 miliar yang akan diperoleh dari dana intermal.

Ditransaksikan pada level 690, RALS turun 10 poin dari pembukaan hari ini (29/9). Indikator stochastic memberikan sinyal bearish yang cukup kuat, dimana garis %K masih berada dibawah garis %D dan belum ada tanda-tanda rebound. Begitu pula dengan indikator MACD dimana downtrend garis MACD didukung oleh histogram negatif yang memanjang. Sedangkan dalam jangkan panjang, trend bearish masih kuat dimana EMA 50 masih bergerak menjauhi EMA 200 dibawah.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting berpendapat bahwa RALS masih akan flat dengan kecenderungan downtrend. Kinerja keuangan yang underperform membuat pertumbuhan RALS tidak agresif. Dengan support pada level 620 dan resistance 800 disarankan untuk sell on high.

PTBA Targetkan Laba Tembus Rp 3 Triliun di 2011

Kamis, 29 September 2011 14:03 WIB


PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) targetkan laba perusahaan tembus Rp 3 triliun pada tahun ini. Sementara itu, pendapatan perusahaan tambang tersebut berada pada kisaran Rp 11 triliun.

Demikian disampaikan Dirut PTBA Sukrisno saat ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Kamis (29/9/2011).

"Kalau saya lihat target profit, kepala 3 itu Insya Allah tercapai Rp 3 triliun. Itu berdasarkan perkembangan sampai Agustus. Dari hitung-hitungan saya. Kedua, revenue Rp 10-11 triliun, dari perkembangan Agustus, bisa tercapai," ujarnya.

Menurut Sukrisno, pencapaian tersebut karena ditentukan 3 hal yaitu produksi meningkat, penjualan meningkat, dan pengangkutan kereta api yang meningkat. Untuk produksi batu bara, dia menyampaikan bisa mencapai melebihi 14 juta ton.

"Produksi bisa lebih dari target 7-10 persen dari volume, 14 koma sekian. Jadi melebihi target yang kita rencanakan pada awal tahun," ungkapnya.

Untuk proyek pembangunan jalur kereta api, Bukit Asam Transpacific Railway (BATR), Sukrisno mengharapkan pada Oktober mendatang sudah dilakukan penandatangan antara pihaknya dengan 4 bank China untuk pendanaannya.

"Total proyeknya kan US$ 1,8 miliar nanti kan tinggal kemampuan, mereka gak masalah, PTBA juga gak masalah. BATR pendanaannya dari China, kan besar, ada 4 bank dan kita sudah komit, Oktober mudah-mudahan sudah signing, sekarang kan lagi begini (krisis), tapi ini proyek prospek, kok mundur," pungkasnya.

Pada perdagangan hari ini, hingga pukul 13.42 waktu JATS, harga saham PTBA naik 150 poin (+0,93%) ke level Rp 16.250 per lembar. Sahamnya diperdagangkan 351 kali dengan volume 1.172 lot senilai Rp 9,463 miliar.

Kapitalisasi Pasar Saham BEI Mulai Merata Dalam 2 Tahun Terakhir

Kamis, 29 September 2011 14:00 WIB


Kapitalisasi pasar saham emiten di Bursa Efek Indonesia (bei) dalam dua tahun terakhir sudah mulai merata, terlihat dari adanya 11 emiten yang memiliki kapitalisasi pasar di atas dua persen hingga September 2011.

Hal itu dikatakan Direktur Utama BEI Ito Warsito di Jakarta, Kamis, terkait dengan semakin meningkatnya kapitalisasi pasar emiten yang tercatat di lantai bursa nasional.

Menurut Ito, banyaknya emiten yang mampu meningkatkan kapitalisasi pasarnya terjadi karena kinerja emiten yang semakin membaik dan berbagai ekspansi yang dilakukan.

"Saat ini dominasi kapitalisasi pasar sudah tidak terlihat di BEI. Terakhir kali pada 2008, emiten yang mendominasi pasar modal adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang kapitalisasi pasarnya mencapai 10 persen dan bahkan sempat 20 persen," ujarnya.

Ito menambahkan majunya pasar modal Indonesia juga bisa dilihat dari semakin banyaknya calon emiten perusahaan yang melakukan penawaran umum saham perdana (Initial Public Offering /IPO).

Hingga akhir Juli 2011, nilai kapitalisasi pasar saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat sebesar Rp3.722 triliun atau mengalami pertumbuhan 14,63 persen jika dibanding dengan akhir Desember 2010 senilai Rp3.247 triliun.

Untuk rata-rata nilai transaksi harian saham periode Januari- Juli 2011 tercatat senilai Rp5,06 triliun atau naik 21,42 persen dibanding periode yang sama 2010 sebesar Rp4,17 triliun.

Sedangkan rata-rata frekuensi transaksi harian saham hingga akhir Juli 2011 mencapai 107.961 kali atau tumbuh 13,89 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya sebesar 94.794 kali transaksi.

Sementara rata-rata volume transaksi saham harian hingga akhir Juli 2011 mencapai 4,80 miliar saham atau mengalami penurunan 0,36 persen dibanding periode yang sama 2010 sebanyak 4,82 miliar saham.

Wednesday, September 28, 2011

Perbaiki Pipa Gas, Produksi MEDC Tetap Berjalan

Rabu, 28 September 2011 11.31 WIB


PT Medco Energi International Tbk (MEDC) menjelaskan bahwa perbaikan aliran gas di Sumur Lagan Deep-1, Muara Enim, Sumatera Selatan sudah dalam tahap penyelesaian. Pipa gas yang mengeluarkan gas tidak terduga pada 13 September 2011 itu terjadi ketika proses pengeboran sumur Lagan baru mencapai kedalaman 800 meter (2.678 kaki) dengan target kedalaman 3.500 meter (11.500 kaki). Dijelaskan bahwa dalam insiden tersebut tidak menimbulkan korban jiwa, korban luka maupun korban kerusakan fasilitas.

Tercatat hingga saat ini aset perusahaan mencapai Rp20,03 triliun dengan total equity didalamnya sebesar Rp7,08 triliun. Seadangkan pada pos laba bersih, MEDC berhasil mengantongi laba sebesar Rp171,2 pada semester pertama 2011 atau naik Rp62 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Dengan begitu maka tingkat ROE naik menjadi 2,45% dan ROA menjadi 0,85%. Jika dilihat dari harga saham, MEDC memiliki nilai PER sebesar 18,82x.

Naik 100 poin pada perdagangan saat ini (11.23 waktu JATS), MEDC dijual pada harga Rp2.250 per lembarnya. Indikator stochastic memberikan sinyal rebound dimana garis %K tengah memotong garis %D dari bawah. Kemudian pada indikator MACD, trend bearish selama dua pekan terahir terangkat oleh histogram negatif yang memendek. Namun jika dilihat dari trend major, MEDC memiliki trend bearish dimana EMA 50 masih bergerak menjauhi EMA 200 di bawah.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksika bahwa dalam sementara waktu MEDC akan menguat seiring dengan sentimen global yang membaik. Namun hal tersebut (krisis Eropa) masih menjadi kehawatiran investor karena dapat memberikan tekanan buruk bagi penguatan IHSG. Dengan support pada level 1.980 dan resistance di 2.350 disarankan untuk sell on high.

Hanson International Siap Terbitkan surat Utang Rp 400 Miliar

Rabu, 28 September 2011 11:27 WIB


PT Hanson International Tbk (MYRX) berencana menerbitkan surat utang (promissory note) senilai Rp 400 miliar. Surat utang itu diterbitkan dalam rangka akuisisi saham Benny Tjokrosaputro di PT Binadaya Wiramaju.

Seperti dikutip dari prospektus ringkas perseroan, Rabu (28/9/2011), surat utang itu akan ditawarkan kepada pemegang saham Binadaya dalam rangka akuisisi.

Surat utang itu akan jatuh tempo dalam 36 bulan sejak tanggal penerbitan. Perseroan dikenakan bunga tahunan sebesar 2% sudah termasuk pajak.

Akuisisi akan dilakukan dengan mengambil 398.000 lembar (99,5%) saham Binadaya dengan harga Rp 1,005 juta per lembar. Total nilai akuisisi tersebut sebesar Rp 400 miliar.

Saham-saham tersebut sebelumnya dimiliki Benny Tjokrosaputro sebanyak 388.000 lembar dan sisanya sebanyak 10.000 lembar milik Franky Tjokrosaputro. Nilai transaksi ini lebih rendah dari nilai wajar oleh penilai independen senilai Rp 423,741 miliar.

HITS Bangun Kapal US$25,92 Juta

Rabu, 28 September 2011 10:40 WIB


PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS) akan membangun kapal senilai US$ 25,92 juta atau sekitar Rp 220,32 miliar. Kapal ini akan dibangun oleh anak usaha perseroan, PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK).

Menurut Corporate Secretary HITS M. Yayak Iskandar, nilai transaksi tersebut setara 38,4% dari ekuitas perseroan secara konsolidasi yang bernilai sekitar Rp 589,025 miliar.

"Pembangunan kapal tersebut merupakan implementasi dari kegiatan usaha utama perseroan," ujarnya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (28/9/2011).

Humpuss Transportasi Kimia merupakan anak usaha yang 100% sahamnya dikuasai emiten berkode HITS tersebut. Transaksi ini termasuk transaksi material.

Pada perdagangan hari ini, hingga pukul 10.18 waktu JATS, harga saham HITS stagnan di Rp 285 per saham tanpa ditransaksikan sama sekali.

Hingga semester pertama 2011, aset perseroan mencapai Rp1,56 triliun dengan total equity sebesar Rp476,2 miliar. Sedangkan pada laba bersih, perseroan mengalami rugi bersih sebesar Rp61 miliar atau naik dari periode yang sama tahun lalu yang hanya minus Rp21,4 miliar. Maka dari itu, tingkat ROE perusahaan menurun drastis dari hanya -1,78% menjadi -12,03% sedangkan tingkat ROA juga turun dari -1,03% menjadi -3,92%.

Dengan transaksi yang sangat sedikit bakan lebih sering tidak ditransaksikan, saham HITS stagnan di level 285 per lembarnya. Dengan kondisi fundamental dan teknikal yang underperform disarankan untuk mencari saham lain yang lebih dapat memberikan tingkat return investasi yang tinggi.

Bangun Serat Optik di Papua-Maluku, TLKM Mulai Merangkak Naik

Rabu, 28 September 2011 10.40 WIB


PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) akan segera membangun infrastruktur jaringan serat optik bawah laut yang menghubungkan Manado-Papua-Timika pada Desember 2011. Perseroan telah menyelesaikan proposal proyek tersebut. Proposal tersebut meliputi teknik pekerjaan, panjang wilayah, dan serat optik maupun wilayah yang dilalui.

Pembangunan jaringan ini menurut perhitungan sepanjang 8.254 km yang termasuk dalam Ring Kepulauan Maluku dan Papua. Perseroan menargetkan pembangunan jaringan kabel serat optik tersebut akan selesar pada ahir 2013. Dengan total belanja modal hinga Rp21,79 triliun, perseroan meningkatkan kapasitas dam jangkauan serat optik Papua-Maluku menjadi 129 Gbps di tahun 2015.

Naik 100 poin (10.31 wakt JATS), TLKM ditransaksikan pada harga Rp7.350 per lembarnya (28/9). Indikator stochastic memberikan sinyal rebound setelah beberapa minggu mengalami pelemahan hingga area oversoldnya. Sedangkan pada indikator MACD garis MACD belum memotong garis sinyalnya (golden cross) namun penguatan didorong oleh histogram yang memanjang.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa TLKM cenderung menguat pada trend minornya, namun pada trend major diperkirakan masih bergerak volatil dengan kecendrungan flat. Jika TLKM berhasil menembus resitancenya di level 7.490 yang merupakan batas fibonacci 61,80% maka kemungkinan penguatan TLKM akan kuat. Namun denga batas bawah di level 7.100 disarankan untuk buy on high.

Tuesday, September 27, 2011

Optimis Target Produksi Tercapai, INCO Belum Mampu Bangkit

Selasa, 27 September 2011 14.29 WIB


PT International Nickel Indonesia tbk (INCO) optimis akan target produksi dan penjualannya akan tercapai walaupun harga nikel turun. Perseroan memiliki target produksi sebesar 71 ribu ton pada tahun ini dari sebelumnya dia menargetkan sebesar 73 ribu ton. Penurunan target tersebut lebih dikarenakan faktor cuaca yangmenghambat jalannya produksi. Ditambah lagi perseroan akan melakukan ekspansi produk dari 73 ribu menjadi 90 ribu ton per tahun.

Setelah menyelesaikan pembangunan satu unit PLTA Karabe, pada Oktober nanti INCO akan membangun lagi satu unit PLTA Karabe agar perseroan bisa mengefisienkan biaya produksi. Pada awalnya INCO menganggarkan dana hingga US1,5 miliar untuk ekspansi hingga tahun 2016. Selain itu perseroan juga berencana akan membangun pabrik pemurnian nikel. Dana invesasi sebesar US$1,5 miliar berasal dari dana internal perusahaan.

Memiliki trend yang turun sejak awal tahun 2011, hari ini INCO tidak bergerak di level 3.000 (27/9). Indikator stochastic menggambarkan trend masih bearish dimana garis %K masih berada dibawah %D. Begitu juga dengan indikator MACD dimana pelemahan trend terus ditekan oleh histogram negatif yang memanjang. Pelemahan INCO diperburuk dengan trend major yang bearish dengan EMA 50 terus bergerak menjauh dibawah EMA 200.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi bahwa dalam jangka panjang INCO masih akan bearish dimana terdapat penguatan terhadap trend minornya. Kurangnya kinerja perseroan membuat performa keuangan hanya tumbuh tipis. Dengan support pada level 2.800 dan resistance di 3.400 disarankan untuk sell on high.

Optimis Penjualan Meningkat, UNTR Siap Meluncur

Selasa, 27 September 2011 11.43 WIB


PT United Tractors Tbk (UNTR) optimis bahwa produksi batubaranya dapat mencapai 84 juta ton pada tahun 2011 ini. Hal tersebut disampaikan oleh Sara K. Loebis selaku Sekretaris UNTR bahwa perseroan selalu menargetkan pertumbuhan batubara sebesar 15% dari tahun sebelumnya. Sementara itu tahun ini perseroan juga menargetkan penjualan batubara naik 22% dari tahun lalu.

Walupun tengah beroperasi di bisnis batubara, UNTR masih tetap menjadikan penjualan alat besar sebagai bisnis utamanya. Dimana perseroan menargetkan tahun ini UNTR dapat menjual alat beratnya hingga 8.000 unit atau naik 60% dibanding tahun lalu. Hingga ahir Agustus kemarin saja UNTR mampu menjual hingga 6.650 alat berat dimana 5.650 unit bermerek Komatsu dan 1.000 unit bermerek UD Trucks.

Menguat 500 poin sejak pembukaan perdagangan hari ini, UNTR ditransaksikan pada level 20.700 (27/9). Indikator stochastic memberikan sinyal rebound setelah Jumat kemarin menguat dari pelemahannya satu bulan terahir. Garis %K memotong garis %D dari bawah (golden cross) di area oversoldnya. Sedangkan pada MACD, downtrend garis MACD tertahan oleh histogram negatif yang mulai memendek.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi bahwa selama IHSG mampu menguat dari tekanan sentimen asing, maka peluang penguatan UNTR semakin besar. Sebab secara fundamental keuangan, UNTR memiliki kinerja yang cukup cemerlang. Dengan support pada level 18.500 dan resistance di 23.400 disarankan untuk membeli bertahap saham UNTR.

Membagikan Dividen Interim, ASII Berpotensi Bullish Kembali

Selasa, 27 September 2011 10.42 WIB


PT Astra International Tbk (ASII) telah memutuskan akan membagikan diiden interim sebesar Rp600 per lembar saham. Dimana jadwal pelaksanaan adalah cum dividen interim di pasar reguler dan negosiasi pada 26 oktober, dan ex dividen interim di pasar reguler dan negosiasi pada 27 oktober. Sedangkan recording date akan dilakukan pada 31 Oktober dengan pelaksanaan pembayaran pada 14 november.

Pada pelaksanaan pengambilan dividennya, ASII mewajibkan pencantuman Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Wajib Pajak Badan. Tanpa menyertai NPWp, maka dividen yang dibayarkan akan dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 30%. Sementara untuk wajib pajak luar negeri, perseroan mewajibkan pelampiran Surat Keterangan Domisili (SKD). Tanpa disertai SKD maka dividen akan dikenakan PPh sebesar 20%.

Ditransaksikan pada level 59.900, ASII hari ini menguat 2.900 poin (27/9). Indikator stochastic memberikan sinyal rebound setelah lebih dari dua bulan melemah. Garis %K tengah memotong garis %D dari bawah untuk meninggalkan area oversoldnya. Sedangkan pada indikator MACD, trend negatif mulai terangkat oleh histogram negatif yang memendek. Namun sinyal bullish masih belum kuat, mengingat kondisi global belum stabil.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi bahwa ASII masih bergerak volatil akibat pasar masih menunggu keputusan apa yang diberikan pemerintah Uni Eropa dan Amerika Serikat mengenai penyelesaian krisis di negaranya. Dengan support pada level 52.000 dan resistance di 62.000 disarankan untuk wait and see.

Nicolaas D Kanter, Presiden Direktur Baru INCO

Selasa, 27 September 2011 14:06 WIB


PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) menunjuk Presiden Direktur baru, setelah Tony Wenas menyatakan mundur dari kursi nomor satu perseroan. Adalah Nicolaas D Kanter yang menjadi Presiden Direktur INCO. Nicolaas sebelumnya menjabat sebagai wakil komisaris.

Terpilihnya Nicolaas sebagai Presiden Direktur telah mendapat restu dari pemegang saham dalam RUPS Luar Biasa yang terselenggara di Jakarta, Selasa (27/9/2011).

"Mulai hari ini, Nico resmi menjadi Presdir di INCO" jelas Vice President Direktur INCO, Bernardus Irmanto.

Dalam RUPSLB juga disahkan pergantian nama dari PT International Nickel Indonesia Tbk menjadi PT Vale Indonesia Tbk. INCO memang merupakan anak usaha dari Vale Canada Limited.

Selain pengangkatan Nico, pemegang saham juga merestui Michael O'Sullivan sebagai Project Direktor, dan Josimar Pires sebagai Chief Operating Officer.

Tony Wenas, hanya menjabat sebagai Presdir INCO selama 16 bulan, sebelum akhirnya menyatakan pengunduran diri dengan alasan pribadi dan lembaga.

Tony adalah mantan Direktur dan Executive Vice President PT Freeport Indonesia. Pemilihan dirinya didasarkan atas pengalaman praktis yang luas, keterampilan manajemen dan pengetahuan industri yang akan melengkapi keterampilan yang sudah ada di INCO.

Monday, September 26, 2011

Laba Bersih Naik 98%, LPPS Masih Terpuruk

Senin, 26 September 2011 14.00 WIB


PT Matahari Departemen Store Tbk (LPPF) berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp258 niliar atau naik 98% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang hanya Rp130 miliar (26/9). Pertumbuhan laba bersih tersebut didorong oleh tingkat penjualan yang naik 12,6% dari Rp1,65 triliun menjadi Rp1,85 triliun. Menurut catatan pada laporan keuangan LPPS, 55% pendapatan perseroan berasal dari penjualan eceran sementara sisanya didapat dari konsinyasi (komisi penjualan titipan).

Tercatat hingga ahir semester pertama 2011, aset LPPS mencapai Rp5,19 triliun atau naik tipis dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp5,02 triliun. Dari total aset tersebut terdapat equity sebesar Rp1,2 triliun, atau naik drastis dari periode sama tahun lalu sebesar Rp579,8 miliar. Dengan begitu maka tingkat ROE  turun dari 58,14% di semester pertama tahun 2010 menjadi sekarang hanya 39,01%. Kemudian ROA turun menjadi 9,98% dari tahun lalu sebesar 11,54%.

Ditransaksikan pada level 71 per lembarnya, LPPS terus melemah sepanjang tahun 2011. Indikator stochastic menunjukan penurunan dimana garis %K bergerak dibawah garis %D setelah beberapa hari lalu sempat rebound keluar area oversold. Begitupula dengan indikator MACD yang memiliki trend turun yang didorong histogram negatif yang memanjang. Begitu juga dengan trend jangka panjang dimana EMA 50 masih berada jauh dibawah MA 200 nya.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi bahwa melihat indikator teknikalnya LPPS masih akan melemah. Dengan nilai PER sebesar 13,48x, sebetulnya LPPS memiliki harga yang cukup murah dibandingkan dengan saham sejenis. Dengan support pada level 50 dan resistance di 111 disarankan untuk sell sementara.

Jalin Kerjasama dengan Exxon Mobil, ELSA Terus Turun

Senin, 26 September 2011 11.30 WIB

PT Elnusa Tbk (ELSA) dikabarkan akan segera mendapatkan proyek besar, dimana salah satunya adalah kerjasama dengan salah satu anak perusahaan Pertamina dalah pengeboran. Selain proyek tersebut, ELSA juga akan bekerjasama dengan Exxon mobil Amerika dalam bidang kilang minyak. Disebutkan bahwa kerjasama dengan Exxon Mobil tersebut memiliki nilai kontrak sebesar US$15 juta. Hingga ahir September 2011 ini, ELSA sudah mengantongi kontrak sebesar US$110 juta atau senilai Rp980 miliar.

Tercatat hingga ahir Juni 2011, aset ELSA mencapai Rp4,1 triliun dengan total equity sebesar Rp2,04 triliun. Sedangkan laba bersih ELSA pada semester pertama 2011 ini naik dari Rp27,1 miliar menjadi sekarang Rp43,1 miliar. Kenaikan laba bersih tersebut mendorong tingkat ROE dan ROA juga naik, masing masing menjadi 4,22% dan 2,1% YoY. Jika dilihat dari nilai PER sebesar 16,3x, ELSA memiliki harga saham yang cukup murah dibandingkan dengan saham sejenisnya.

Ditransaksikan pada level 195, ELSA memiliki trend major yang melemah dalam beberapa tahun belakangan (26/9). Indikator stochastic memberikan sinyal bearish dimana %K berada dibawah %D yang bergerak di area oversold. Selain itu indikator MACD juga menggambarkan hal yang sama, dimana pelemahan trend didorong oleh histogram negatif yang memanjang. Sedangkan pada trend jangka panjang, EMA 50 masih berada dibawah EMA 200 sejak dua tahun terahir.


Abalis Vibiz Research dari Vibiz Consulting berpendapat bahwa trend cenderung menurun dengan tingkat volatile mingguan dikisaran 180 – 220. Namun dengan proyek-proyek barunya tersebut dapat berpotensi penguatan pada ELSA. Dengan support pada level 114 dam resistance di 140 disarankan untuk sell on high.

CPIN Dapat Fasilitas Pinjaman Baru US$250 Juta

Senin, 26 September 2011 11:24 WIB


PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), perusahaan pengolah makanan dengan merek dagang Fiesta mendapat fasilitas pinjaman baru US$ 250 juta dari sindikasi perbankan. Pinjaman ini untuk menutup utang perseroan di 2007.

Menurut Presiden Direktur CPIN T. Thomas Effendy, utang US$ 250 juta selain untuk refinancing, juga sebagai belanja modal dan kebutuhan modal kerja.


Adapun 13 bank yang terlibat dalam fasilitas pinjaman adalah Citi Indonesia (selaku koordinator), PT Bank Central Asia Tbk, DBS Bank Ltd, PT Bank Mandiri Tbk, Sumitomo Mitsui Banking Corporation cabang Singapura, PT Bank ICBC Indonesia, PT Bank Mizuho Indonesia, PT ANZ Panin Bank, PT Bank Rabobank International Indonesia, PT Bank Commonwealth, Chang Hwa Commmercial Bank Ltd, Mega International Commercial Bank Co Ltd, dan Cathay United Bank.

Dalam pinjaman kali ini, Citi bertindak sebagai koordinator pinjaman. Kemudian BCA, DBS, serta Bank Mandiri sebagai joint Mandated Lead Arrangers dan Bookrunners.

Status dari fasilitas pinjaman ini adalah tanpa penjaminan aset perseroan atau unsecured basis. Pinjaman terdiri dari amortizing term loan facility senilai US$ 100 juta dalam mata uang rupiah dan dolar AS. Amortizing term loan facility memiliki jangka waktu lima tahun.

Kemudian sisanya, merupakan revolving credit facility US$ 150 juta. Tingkat pengembalian tiga tahun, dan atau opsi dua tahun perpanjangan dengan diskresi dari kreditur.

"CPIN memutuskan untuk memperbesar jumalah fasilitas dari jumlah awal setara US$ 200 juta menjadi US$ 250 juta," ucap Head of Global Banking Citi Indonesia Kunardy Lie.

Targetkan Raup 1,35 Triliun, CFIN Jual Saham dan Obligasi

Senin, 26 September 2011 11.03 WIB


PT Clipan Finance Tbk (CFIN) menargetkan dapat meraup dana sebesar Rp1,35 triliun dari hasil penawaran saham terbatas dan obligasi. Dana tersebut nantinya akan digunakan untuk pembiayaan perseroan hingga ahir 2011. Perseroan telah menerbitkan kurang lebih 1,7 miliar lembar saham baru senilai Rp400 dengan nominal Rp250 melalui right issue. Selain itu perseroan juga menawarkan 911,15 juta waran dengan harga eksekusi Rp450 dalam periode 9 April 2012 hingga 6 Oktober 2014.

Hingga ahir semester pertama 2011, CFIN memiliki total aset sebanyak Rp3,58 miliar dimana terdiri dari total equity sebesar Rp1,64. Sementara itu laba bersih perseroan terus tumbuh dalam beberapa tahun terahir ini. Pada semester pertama 2011 saja laba CFIN naik menjadi Rp134,5 milar dari sebelumnya yang hanya Rp100,2 miliar. Tingkat ROE juga meningkat dari 7,30% pada semester pertama 2010, menjadi sekarang 8,51%.

Ditransaksikan pada level Rp370 per lembarnya, CFIN memiliki downtrend yang kuat (26/9). Indikator stochastik masih memberikan sinyal bearish dimana trend bergerak didalam area oversold. Begitu pula dengan indikator MACD dimana pergerakan garis %K dibawah garais sinyalnya didorong oleh histogram negatif yang memanjang. Dalam jangka panjang, CPIN juga berpotensi bearish dimana EMA 50 telah memotong EMA 200 dari atas (death cross).

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting berpendapat bahwa sementara waktu harga akan mengikuti teknikalnya, namun jika performa keuanganya  tidak tumbuh signifikan maka dalam jangka panjang CFIN sudah memasuki misim penurunannya. Dengan support pada level 450 dan resistance di 550 disarankan untuk wait and see.

Friday, September 23, 2011

BEI: Hari Ini Investor Asing Lebih Tenang

Jumat, 23 September 2011 16:28 WIB


Pelemahan drastis Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak lagi terjadi pada perdagangan hari ini, Jumat (23/9/2011). Kegusaran investor, utamanya asing dinilai sudah mereda. Tidak seperti perdagangan satu hari sebelumnya.

Menurut Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito, investor asing hari ini masih berpartisipasi dalam perdagangan saham. Ini terkait dengan situasi pasar yang mereda dengan adanya intervensi dari Bank Sentral akan rupiah.

"Hari ini asing masih ada yang jualan. Asing kan terus melihat situasi. (kemarin) ikut panik karena melihat situasi yang semakin tidak terkendali. Investor, tentu lebih liat investasi yang lebih besar di Eropa. Jadi lepas saja dulu sementara disini," ungkap Ito di kantornya, SCBD, Jakarta, Kamis (23/9/2011).

Ito menambahkan, kepanikan investor asing yang terjadi harus dimanfaatkan investor dalam negeri. Yakni, melakukan aksi beli untuk saham-saham big cap yang tergolong murah. Dalam jangka panjang tentu akan menguntungkan, ditengah fundamental ekonomi Indonesia yang masih terjaga.

"Investor dalam negeri harus semakin dewasa, justru beli disaat asing banyak lepas. Dan saat mereka (asing) mau masuk lagi karena kondisi sudah pulih, harganya sudah meningkat. Kondisi market itu didukung oleh tiga pilar, yakni fundamental ekonomi, kinerja emiten dan pasar keuangan yang stabil," tutur Ito.

"BI hari ini sudah bagus dengan menjaga pasar uang. Namun kemarin pasar uang volatilitasnya tinggi di kisaran Rp 9.000 - Rp 9.300 dan membuat investor nervous, hingga harga tinggi. Memang (kemarin) agak terlambat untuk tenangkan pasar," ucapnya.
   

Emiten BUMN Sulit Buyback Saham Karena Terganjal RUPS

Jumat, 23 September 2011 15:46 WIB

 
Emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sulit merealisasikan rencana pembelian kembali atau buyback sahamnya yang sudah murah. Pasalnya, belum ada restu dari pemegang saham.

Dua BUMN yang belum bisa merencanakan aksi buyback, adalah PT Perusahaan Tambang Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP).


"Tidak ada rencana buyback, karena tidak punya izin dari pemegang saham," jelas Direktur Utama PTBA, Soekrisno, kepada detikFinance, di Jakarta, Jumat (23/9/2011).

Hal yang sama disampaikan PTPP, seperti disampaikan Corporate Secretarynya Betty Ari. Menurutnya, belum ada aksi tersebut.

Opsi buy back sempat disuarakan mantan Sekretaris Kementerian BUMN M. Said Didu. Dengan anjloknya IHSG kemarin sekitar 8,88%, perseroan mendapat keuntungan karena harga lebih murah. Pembelian juga membantu bangkitnya pasar.

"Sudah saatnya pemerintah dan BUMN mempertimbangkan cara penyelesaian anjloknya harga saham, seperti pada tahun 2008 lalu," ucap Said.

Saat intervensi dari emiten BUMN yang rata-rata sahamnya blue chip, maka pemulihan pasar bisa lebih cepat. Selain itu, perusahaan plat merah yang membeli kembali sahamnya bisa mendapatkan keuntungan di kemudian hari.


Selain PTBA dan PTPP, PT Jasa Marga Tbk (JSMR) juga tidak merencanakan aksi pembelian saham milik publik. JSMR mengaku, tidak menganggarkan dana untuk buyback.

"Kita tidak alokasikan dana untuk buyback, semua dana yang ada akan dipakai untuk pengembangan usaha," imbuhnya.

Prasidha Aneka Niaga Berniat Kuasi Reorganisasi

Jumat, 23 September 2011 13:32 WIB


PT Prasidha Aneka Niaga Tbk (PSDN) siap melaksanakan kuasi reoraganisasi untuk menghapus sisa defisit sebesar Rp 568,13 miliar. Perseroan siap menyelenggarakan RUPS luar biasa pada 26 Oktober 2011 untuk meminta persetujuan pemegang saham.

Demikian disampaikan perseroan dalam prospektus ringkas yang dipublikasikan di Jakarta, Jumat (23/9/2011).

Adanya sakdi defisit dikarenakan krisis ekonomi pada pertengahan 1997 silam. Dengan kerugian tersebut perseroan, perseroan tidak dapat memberikan dividen kepada pemegang saham.

"Kuasi reorganisasi agar laporan posisi keuangan konsolidasian perseroan dapat menunjukkan posisi keuangan yang lebih baik," ungkapnya. Aksi ini sesuai standar akuntanasi, khususnya dalam eliminasi atas saldo defisit terhadap akun-akun ekuitas menurut PSAK 51.

Untuk itu perseroan akan melaksanakan RUPS luar biasa di 26 Oktober untuk meminta persetujuan pemegang saham sebagai mana tercatat dalam daftar pemegang saham pada tanggal 10 Oktober mendatang.

"Melalui kuasi reorganisasi dapat memulai awal yang baik (fresh start) dengan laporan posisi keuangan. Menambahkan saldo selisih nilai transaksi restrukturisasi entitas sepengendali ke saldo defisit, dan penilian kembali aset dan kewajiban sesuai nilai wajar," tuturnya.

Dengan posisi setelah kuasi reorganisasi, akan terjadi penurunan modal ditempatkan dan disetor dan set off antara desifit perseroan dengan tambahan modal disetor," imbuh perseroan.

Laba Bersih Naik, Cermati Saham AALI

Jumat, 23 September 2011 11.15 WIB


PT Atra Agro Lestari Tbk (AALI) berhasil mengantongi pendapatan hinga Rp6,15 triliun pada Ahustus kemarin (22/9). Kenaikan tersebut didapat dari hasil penjualan minyak sawit mentah (crude palm oil). Pendapatan tersebut didorong oleh peningkatan volume penjualan dan harga rata-trata CPO. Sepanjang delapan bulan pertama saja, perseroan mengalami peningkatan penjualan sebesar 14,3%. Mayoritas penjualan hingga ahir bulan lalu berasal dari penjualan dalam negeri yang mencapai 95% sebesar 749.578 ton. Harga jual CPO perseroan pada periode ang sama mengalami peingkatan 17,7% menjadi Rp7.906.

Produksi CPO perseroan mengalami pertumbuhan sebesar 19,7% menjadi 807/720 ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu hanya 674.856 ton. Sementara itu kontribusi terbesar produksi CPO berada pada wilayah Sumatera yang mencapai 41,9% kemudian wilayah Kalimanatan sebesar 37,9% dan Sulawesi sebesar 20,2%. Dilain sisi, tingkat konsumsi CPO diprediksi akan cenderung menguat tipis. Pada semester pertama saja laba bersih perseroan naik 98% menjadi Rp1,31 triliun.

Dijual pada harga 20.600, hari ini AALI cenderung menguat setelah kemarin turun (23/9) indikator stochastic memberikan sinyal bearish dan masih berpotensi untuk turun lebih dalam lagi. Sedangkan pada indikator MACD, pergerakan garis MACD dibawah garis sinyalnya ditekan oleh histogram negatif yang memanjang. Dalam jangka panjang AALI beraad pada trend bearis dimana EMA 50 memotong EMA 200 dari atas.

Analis Vibiz Consulting dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa trand major AALI sudah memasuki fase bearish. Begitu juga pada jangka pendek yang erus tertekan oleh bursa global membuat AALI terkoreksi. Dengan support pada level 18.800 dan resistance di 23.500 disarankan untuk sell seentara waktu.

Hentikan Eksplorasi Sumber Daya, PTBA Terus Tersungkur

Jumat, 23 September 2011 10.20 WIB


Sekretaris Perusahaan PT Tambang batu Bara Bukit Asam Tbk (PTBA) Achmad Sudarto menjelaskan bahwa perseroan tidak akan melakukan aktivitas eksplorasi pencarian sumber daya untuk jangka waktu enam bulan kedepan. Hingga tahun ini perseroan menargetkan produksi dan pembelian batu bara naik menjadi 17,57 juta ton atau 23% dibanding tahun lalu yang hanya 13,02 juta ton. Angka tersebut berasal dari kontribusi produksi PTBA dan anak buahnya sebesar 16,63 juta ton dan sisanya berasal dari pembelian pihak ketiga.

Untuk mencapai target penjualan di tahun ini yaitu hingga 16,88 juta ton atau naik 23% dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 12,95 juta ton, perseroan akan mengoptimalnkan volume produksi anak perusahaan PT IPC dan volume trading batubara. Tahun ini produksi IPC ditargetkan mencapai 0,9 juta ton dari tahun lalu hanya 0,5 juta ton. Sedangkan volume trading batubara diperkirakan naik hingga 1,2 juta ton dari tahun lalu hanya 0,5 juta ton.

Ditransaksikan pada level 15.000, PTBA mengalami penurunan yang tajam sejak awal September ini (23/9). Indikator stochastic penunjukan PTBA anjlok dimana garis %K bergerak dibawah garis %D yang telah berada di area oversoldnya. Begitu juga denga indikator MACD dimana pelemahan trend garis MACD didorong oleh histogram negatif yang memanjang. Dalam trend jangka panjang, PTBA sudah memasuki fase bearish dimana EMA 50 telah memotong EMA 200 dari atas.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi bahwa PTBA cenderung melemah menyesuaikan harga pasar denga harga sebenarnya. Dengan support pada level 11.000 dan resistance di 21.000 disarankan untuk sell.

Wednesday, September 21, 2011

Dibeli Mitra Asing, KBLI Mencari Arah Trend

Kamis, 22 September 2011 09.56 WIB


Menurut berita yang beredar terdeapat investor asing yang telah menjadi pemilik saham PT kmi Wire & Cable (KBLI). Kabar tersebut juga menjelaskan bahwa mitra strategis asing tersebut telah melakukan penawaran untuk menjadi pemegang mayoritas KLBI. Kabar tersebut memunculkan spekulasi bahwa KBLI berpotensi untuk menembus level Rp150-200 per lembarnya.

Dilihat melalui performa perseroan pada semester pertama 2011, dengan aset yang tumbuh 13,92% menjadi Rp673,6 miliar, laba bersih KBLI naik sebesar 15,7% menjadi Rp33,9 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2010. Namun kenaikan tersebut tertekan oleh total equity yang naik menjadi Rp324,6 miliar sehingga tingkat ROE turun dari 11,43% menjadi 10,45%. Sedangkan untuk ROA naik dari 5,01% menjadi 5,03% pada semester pertama 2011.

Sempat menembus level tertingginya pada pertengahan Mei lalu, sampai saat ini KBLI cenderung flat di kisaran 100 – 120 dengan volume yang sedikit (22/9). Indikator stochastic menunjukan adanya penguatan setelah awal minggu ini rebound di area oversoldnya. Begitu juga dengan indikator MACD yang mengeuat namun masih terbatas dimana MACD-line bergerak keatas trigger-line namun masih lemah.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa KBLI akan menguat terbatas secara teknikal. Namun diproyeksikan bahwa pergerakan masih cenderung sepi di level 100 – 120. Demgan level support-resistance tersebut disarankan untuk wait and see hingga KBLI kembali menemukan trend nya.

Bapepam-LK Siap Lakukan Penyidikan Kepada BPFS

Kamis, 22 September 2011 08:23 WIB


Batavia Prosperindo Financial Services (BPFS) bukan lembaga di bawah kewenangan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Namun pihaknya siap melakukan penyidikan lebih lanjut jika terbukti BPFS, melalui perusahaan terafiliasi, melakukan kegiatan di bidang pasar modal.

Demikian disampaikan Kepala Biro Penyidikan dan Penindakan Bapepam-LK, Sardjito di gedung DPR, Jakarta, Rabu (21/9/2011). "Kita lakukan analisa awal. Dan jika ada temuan mereka melakukan kegiatan securities maka kita akan segara buatkan BAP (Berita Acara Pemeriksaan)," tegasnya.

Memang, BPFS dalam menjalankan usahanya tidak mendapat izin dari otoritas pasar modal, seperti disampaikan Ketua Bapepam-LK, Nurhaida. Namun jika tidak menjadi tanggung jawab Bapepam-LK, Nurhaida menyerahkan proses selanjutnya kepada pihak kepolisian.

"Batavia tidak dapat izin dari kita, karna investasi tidak termasuk. Sekarang dalam tahap melihat lebih lanjut, dan perlu diteruskan atau tidak. Kalau bukan, mungkin ke Polisi," terangnya.

Memang, penempatan dana investasi ilegal PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) sejatinya dilakukan ke tiga lembaga keuangan, Reliance Asset Management, Jakarta Investment, Harvestindo Asset Manajemen. Nilainya mencapai Rp 439 miliar. Nilai ini belum termasuk penempatan di BPFS dan Jakarta Securities.

"Jadi kalau ada rugi Askrindo yang Rp 439 miliar, belum termasuk yang dua itu. Karena dua itu broker dan perusahaan financial services," tuturnya.

Seperti diketahui, Bapepam-LK pada 19 Agustus lalu telah memberi sanksi maksimal kepada PT Reliance Asset Management dan PT Jakarta Investment karena terbukti melanggar peraturan Undang-Undang (UU) pasar modal, terkait kontrak kerja pengelolaan dana PT Askrindo.

"Reliance melakukan beberapa pelanggaran, baik dalam pengelolaan investasi untuk kepentingan nasabahnya, maupun dalam pelaksanaan tata kelola MI," ungkapnya.

Untuk PT Jakarta Investment, Nilai Aktiva Bersih produk reksa dana perseroan (Jakarta Flexi Plus), hingga 2011 tidak mencapai batas minimum yang ditetapkan Bapepam-LK, Rp 25 miliar. Jakarta Investment juga tidak melaporkan keseluruhan pengelolaan dana nasabah pada laporan keiangan bulanan MI, dan banyak rentetan pelanggaran lain.

Lalu bagaimana dengan kelanjutan pemeriksaan HAM dan JS? "Bapepam akan lakukan tindakan, sanksi harus ada dasar yang jelas. Pasal yang dilanggar apa. Bagi yang sudah ditetapkan sanksi, mereka melakukan dan ada yang tdiak lakukan pengadministrasian. Dan bukan semata-mata korban. Harus lihat lagi," tegasnya.

Saat ditanyakan kemungkinan hukuman yang sama akan dialamatkan kepada HAM dan JS, Nurhaida tidak mau berandai-andai. "HAM, JS masih pemeriksaan, dan ada ketentuan, tidak boleh diungkap," imbuh Nurhaida.

Produksi Kelapa Sawit Meningkat, CPO Tetap Flat

Rabu, 21 September 2011 14.40 WIB


PT BW Plantation Tbk (BWPT) pada Agustus 2011 sukses menghasilkan minyak kelapa sawit (CPO) sebanyak 8.127 ton atau naik hingga 13,66% dari tahun sebelumnya yang hanya 7.150 ton. Peningkatan tersebut didorong oleh curah hujan yang cukup di daerah Sumatra dan Kalimantan. Namun jika dibandingkan dengan bulan Juli, produksi pada bulan Agustus menurun sebesar 17,34% dari 9.832 ton.

Selain itu dalam produksi kernel, BWPT juga mengalami kenaikan dari 1.363 tom tahun lalu menjadi 1.370 pada Agustus kemarin atau naik tipis 0,51%. Perseroan juga mencatat kebun plasma hingga Agustus tercatat 1.362 ton dan nukleus 30.182 ton. Pada semester pertama 2011 laba bersih BWPT mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, dari Rp85,6 miliar di tahun 2010 menjadi Rp170,6 miliar tahun ini. BWPT memiliki tingkat ROE sebesar 25,30% dan ROA sebesar 12,36% YoY.

Ditransaksikan pada level 1.170 14.30 waktu JATS, trend BWPT cenderung flat (21/9).  Indikator stochastic menunjukan trend bearis namun sudah berada pada area oversold. Jika pada indikator MACD, trend bearish tidak begitu kuat, dimana garis MACD turun landai dibawah garis sinyalnya. Berbeda lagi dengan indikator PSAR dimana titik PSAR berda dibawah candle stick yang memberikan sinyal bullish.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa trend masih cenderung sideways diamana candle stick bergerak di kisaran 1.125 – 1.225. Dengan support pada titik 1.110 dan resistance di 1.250 disarankan untuk wait and see hingga BWPT trending.

Thursday, September 15, 2011

EXCL Mencari Pinjaman Maksimal Rp 10 Triliun


Kamis, 15 September 2011 13:50 WIB

PT XL Axiata Tbk (EXCL) berniat mencari pinjaman maksimal Rp 10 triliun. Pinjaman ini akan dicari dalam jangka waktu tiga tahun ke depan.

"Perseroan berencana memperoleh pinjaman baru selama kurun waktu tiga tahun dalam jumlah keseluruhan yang tidak melebihi Rp 10 triliun," kata GM Financial Accounting & Taxation Lila Nirmandari dalam keterangan tertulisnya, Kamis (15/9/2011).

Menurutnya, pinjaman itu akan dicari melalui kredit bilateral dari lembaga keuangan perbankan atau melalui pengeluaran obligasi dan instrumen-instrumen utang lainnya. Pinjaman tersebut juga bisa berupa mata uang asing (valas) maupun rupiah.

Ia mengatakan, perseroan juga akan mempertimbangkan kondisi pasar, nilai tukar dan nilai suku bunga dalam rencana pencarian pinjaman ini. Rencana ini sudah mendapat persetujuan Dewan Komisaris perseroan pada 13 September 2011 lalu.

"Pelimpahan lebih lanjut kepada Direksi Perseroan untuk mengambil tindakan yang diperlukan sehubungan dengan pelaksanaan rencana transaksi tersebut," tambahnya.

Pinjaman baru dalam rangka tersebut rencananya akan digunakan untuk mendukung kegiatan usaha perseroan seiring dengan semakin berkembangnya industri telekomunikasi.

Pada perdagangan hari ini, hingga pukul 13.40 waktu JATS, harga saham EXCL naik 100 poin (+2%) ke level Rp 5.100 per lembar. Sahamnya ditransaksikan 448 kali dengan lot 3.239 lot senilai Rp 8,085 miliar.

APLN Resmi Akuisisi 80% Saham Alam Hijau Teduh


Kamis, 15 September 2011 13:45 WIB

Pengembangan terus dilakukan PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN). Perseroan secara resmi telah mengakuisisi 80% saham PT Alam Hijau Teduh (AHT) dengan nilai Rp 56,25 miliar.

"Akusisi ini bernilai Rp 56,25 miliar. Lahan dimiliki oleh AHT dan berlokasi di daerah Kebun Jeruk, Jakarta Barat," terang Corporate Secretary APLN, Justini F. Omar di Jakarta, Kamis (15/9/2011).

Ia menjelaskan, usai pengambilalihan ini, perseroan akan membangun unit apartemen dan cormercial area. Dana akuisisi diambil dari penerbitan obligasi APLN yang telah terbit beberapa saat lalu.

"Pengambilalihan saham dalam perusahaan tersebut merupakan bentuk realisasi terhadap rencana penggunaan dana Obligasi I APLN," tutur Wakil Direktur I perseroan, Ariesman Widjaja. Perjanjian akuisisi ini telah terlaksana pada 12 September lalu.

UNTR Akuisisi 60% Saham Duta Sejahtera di Akhir Tahun 2011


Kamis, 15 September 2011 13:04 WIB

PT United Tractors Tbk (UNTR) memundurkan target penyelesaian akusisi 60% saham PT Duta Sejahtera, dari Juli menjadi akhir tahun 2011.

"Masih ada beberapa kondisi yang harus diselesaikan keduanya, jadi sebelum akhir tahun bisa selesai. Tinggal closing," kata Corporate Secratery UNTR, Sara Loebis, di Jakarta, Rabu (14/9/2011) malam.

Sebelumnya Direktur Keuangan perseroan, Gidion Hasan menargetkan proses transaksi diperkirakan rampung pada akhir Juli kemarin.

Perseroan pada pertengahan tahun telah menandatangani sale and purchase agreement dalam pembelian 60% saham PT Duta Sejahtera. Dengan cadangan mencapai 50 juta ton batu bara, kalori yang terkandung pada tambang batubara ini sekitar 5000 kkal.

Atas perjanjian jual beli tersebut, perseroan memiliki opsi untuk mendapatkan 60% kepemilikan saham di PT Duta Nurcahya, yang juga berlokasi di Kalimantan Tengah.

Dana akuisisi tambang tersebut diambil dari sebagian rights issue yang mencapai Rp 6,06 triliun. "Empat puluh lima persen dari rights issue kan untuk akuisisi, nah sebagian itu untuk tambang ini," tegas Sara.

Pada tahap awal perseroan menargetkan produksi 500 ribu ton. Tambang ini berstatus greenfield dan butuh waktu 10 bulan bagi perseroan untuk memulai produksi.

SCTV Bagikan Dividen Interim Rp 205 Per Lembar


Kamis, 15 September 2011 10:40 WIB

PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), induk usaha dari SCTV, berniat membagikan dividen interim sebesar Rp 205 per lembar. Dividen tunai ini akan dibagikan pada 18 Oktober 2011.

Seperti dikutip dari keterangan tertulis perseroan, Kamis (15/9/2011), rencana pembagian dividen interim ini berdasarkan keputusan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan pada tanggal 13 September 2011 lalu.

Dividen ini akan dibagikan kepada para pemegang saham perseroan untuk periode bulan Januari sampa dengan Juli tahun 2011. Untuk cum dividen di pasar reguler dan negosiasi pada 3 Oktober, sementara ex dividen di keesokan harinya.

Sedangkan cum dividen di pasar tunai pada 6 Oktober 2011, dan ex dividen juga di keesokan harinya. Pembayaran dividen tunai ini akan dilakukan pada 18 Oktober.

Pada perdagangan hari ini, hingga pukul 10.35 waktu JATS, harga saham SCMA naik 50 poin (+0,92%) ke level Rp 5.450 per lembar. Sebanyak 42 lot sahamnya ditransaksikan 12 kali senilai Rp 114,45 juta.

Akuisisi Superblok, ASRI Masih Mencari Arah Trend


Kamis, 15 September 2011 10.24 WIB

PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) berencana untuk mengakuisisi superblok di Jakarta dan Bali. Dengan dilakukannya akuisisi ini, perseroan menargetkan reccuiring income bakal bertambah. ASRI sendiri menargetkan pendapatan berulang akan mencapai Rp200 miliar per tahun pada tahap pertama ini. Superblok tahap pertama tersebut adalah Mall Alam Sutera, gedung perkantoran Alam Sutera Office Tower serta komplek apartemen Silkwood Residence. Untuk mendanai akuisisi tersebut ASRI berencana menerbitkan obligasi yang akan terbit pada November hingga Desember.

Dengan akuisisi ini diharapkan dapat meningkatkan laba bersih perusahaan dimana pada semester pertama 2011 laba bersih ASRI menurun tipis menjadi Rp5,94 triliun. Penurunan tersebut mengakibatkan tingakat ROE turun hingga 5% menjadi 20,39%. Jika dilihat dari nilai PER sebesar 12,25x, ASRI memiliki harga saham yang cukup murah dibandingkan dengan saham sejenis.

Diperdagangkan pada harga Rp420 per lembarnya, trend ASRI cenderung flat (15/9). Indikator stochastic menunjukan pergerakan yang masih labil. Kndisi IHSG yang juga masih diombang ambing bursa global nampaknya berpengaruh besar terhadap ASRI. Sedangkan pada indikator MACD, trend sedang bearish. Penurunan garis MACD ditekan oleh histogram negatif yang memanjang. Begitu juga dengan Moving Average dimana EMA 5 bergerak turun menuju perpotongan dengan EMA 20.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa ASRI asih akan mencari momentumnya untuk naik. Bergerak dikisaran 395 – 450, cenderung terkoreksi dalam waktu dekat ini. Dengan support pada level 385 dan resistance di 450 sebaiknya wait and see kemana harga akan bergerak.

Harga Saham PTIS Turun ke Level Rp 850 Per Saham


Rabu, 14 September 2011 17:03 WIB

PT Indo Straits Tbk (PTIS) akan mengangkut batubara milik PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebanyak 2,4 juta ton. Pengangkutan akan dilakukan selama enam bulan.

Menurut Presiden Director PTIS Hui Mun Leong, perseroan sudah mendapatkan letter of intent dari salah satu anak usaha BUMI, yaitu PT Arutmin Indonesia untuk menyewa floating crane perseroan.

"Rencana pengangkutan tersebut akan dimulai mulai bulan September 2011 ini di tempat produksi batubara Arutmin di Satui, Kalimantan Selatan," katanya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (14/9/2011).

Kerjasama ini juga memungkinkan untuk perpanjangan selama enam bulan lagi jika masa kerjasama telah berakhir. Menurutnya, Arutmin sudah sejak lama menjadi klien perseroan, dan kerjasama ini akan memberi nilai tambah kepada perseroan.

Pada perdagangan hari ini, harga saham PTIS turun 40 poin (-4,49%) ke level Rp 850 per lembar. Sahamnya ditransaksikan sembilan kali dengan volume 133 lot senilai Rp 56,365 juta.

Wednesday, September 14, 2011

Saham Industri Perbankan di BEI Didominasi Aksi Lepas Saham


Rabu, 14 September 2011 13:41 WIB

Saham industri perbankan di Bursa Efek Indonesia, Rabu siang didominasi aksi lepas saham, karena pelaku pasar khususnya asing khawatir dengan krisis ekonomi global yang masih belum menunjukkan kepastian.

Analis PT First Asia Capital, Ifan Kurniawan di Jakarta, Rabu mengatakan, pelaku pasar asing cenderung melepas saham perbankan yang akan ditukarkan dengan dolar AS karena mata uang asing itu dinilai lebih aman ketimbang mata uang utama lainnya.

Akibatnya dolar AS menguat terhadap mata uang regional, meski Amerika Serikat sendiri menginginkan mata uangnya itu melemah.

Kenaikan dolar AS itu menunjukkan adanya sentimen pasar akibat kekhawatiran krisis ekonomi global, katanya.

Ifan mengatakan, saham Bank Mandiri misalnya terjual sebanyak 35,18 juta unit dengan nilai Rp233,76 miliar pada kurs turun Rp250 menjadi Rp6.600, kemudian saham Bank BRI berpindahtangan sebanyak 35,79 juta lembar senilai Rp223,90 miliar pada kurs akhir Rp6.300 atau turun Rp100.

Selain itu, saham Bank BCA berhasil dipindahtangankan sebanyak 4,49 juta unit senilai Rp35,81 miliar pada kurs akhir Rp7.900 atau turun Rp200. Aksi lepas saham itu mengakibatkan pasar negatif sehingga indeks BEI makin merosot menjauhi level 4.000 poin.

"Kami optimis indeks akan makin jauh dari posisi pskologis 4.000," ujarnya.

Meski saham-saham itu terkoreksi, namun peluang indeks untuk kembali menguat masih cukup besar. Penarikan dana oleh pelaku asing hanya sementara, karena pasar Eropa dan Amerika Serikat saat ini sedang kekeringan dolar, katanya.

Pelaku asing, menurut dia akan kembali memasuki pasar domestik melakukan aksi beli karena potensi pasar domestik itu masih menarik.

Karena itu peluang pelaku pasar asing untuk masuk ke pasar masih cukup besar, ujarnya.

Raih Kontrak Baru, PTPP Belum Dapat Dongkrak Sahamnya


Rabu, 14 September 2011 11.55 WIB

PT PP (Persero) Tbk (PTPP) pada Agustus 2011 berhasil meraih kontrak baru sebesar Rp803 miliar. Proyek tersebut terdiri dari proyek besar yang nilainya lebih dari Rp100 miliar seperti proyek dermaga Telukbayur Pdang, Kali Pesanggrahan Jakarta, Kali Madiun Rumah Sakit Kariadi Semarang dan Dermaga Kariangau Kalimantan. Jadi hingga Agustus ini PTPP berhasil menandatangani kontrak sebesar Rp16 triliun kontrak baru 2011.

Seperti diungkap Betty Aviana selaku Sekretaris Perusahaan, bahwa kontrak baru yang berasak dari proyek BUMN adalah sebesar 80% dan sisanya adalah swasta. Tertanggal ahir Juni 2011, aset perseroan mencapai Rp5,64 triliun atau naik satu triliun dari tahun lalu. Laba bersih perseroan pun naik dari Rp25,2 miliar pada semester pertama 2010 menjadi Rp45 miliar di periode yang sama tahun 2011. Sedangkan nilai ROE sebesar 7,18% dan ROA 1,59%, hanya naik tipis dibandingkan dengan periode lalu.

Ditransaksikan pada level 445, PTPP memiliki trend yang bearish sepanjang tahun ini (14/9). Indikator stochastic memberikan sinyal pelemahan dari awal tahun. Terus berada pada titik jenuh jual, membuat PTPP semakin terpuruk. Namun berbeda dengan MACD dimana PTPP sedang mengalami penguatan minor sejak awal bulan September 2011. Naiknya trend PTPP didorong oleh histogram positif yang memanjang.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa PTPP masih akan melemah seiring kinerja perseroan yang masih underperform. Tinkat return yang diberikan oleh perseroan nampaknya belum mampu mendorong para investor untuk mendongkrak naik saham PTPP. Dengan batas bawah di level 440 disarankan untuk sell.

BUMI Habiskan Belanja Operasional US$4,966 Juta


Rabu, 14 September 2011 11:30 WIB

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) habiskan belanja operasional atau operational expenditure (opex) sebanyak US$ 4,966 juta untuk eksplorasi hingga Agutus. Dalam satu bulan terakhir, BUMI sudah habiskan US$ 529.225.

Menurut Direktur dan Corporate Secretary BUMI Dileep Srivastava, anggaran yang ada untuk eksplorasi tahun ini sebesar US$ 7,788 juta. Sampai Agustus, tersedia anggaran yang bisa dihabiskan sebanyak US$ 5,133 juta, sementara yang sudah terpakai US$ 4,966 juta.

Sementara untuk anggaran Agustus tersedia US$ 618.807, yang sudah terpakai US$ 529.225. Eksplorasi dilakukan oleh dua anak usahanya, yaitu PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan Gallo Oil (Jersey), Ltd. (Gallo).

Kaltim Prima Coal melakukan kegiatan pengeboran di daerah Pit Melawan, Inul East, dan Pit Tania. Jumlah meter total yang telah selesai dilakukan adalah 17.542,75 meter, terdiri dari 29 lubang terbuka dan 15 lubang inti.

Sedangkan Gallo saat ini sedang melakukan persiapan pemboran satu sumur eksplorasi di Block R2 dan Blok 13 di Yaman. Sampai saat ini belum ada hasil pengujian yang dperoleh Gallo karena belum ada aktivitas eksplorasi yang dilakukan.

Pada perdagangan hari ini, hingga pukul 10.52 waktu JATS, harga saham BUMI turun 125 poin (-4,58%) ke level Rp 2.600 per lembar. Sahamnya ditransaksikan 718 kali dengan volume 52.125 lot senilai Rp 69,504 miliar.

Tuesday, September 13, 2011

Temukan 200 Juta Ton Batubara, DPNS Melejit 87%


Rabu, 14 September 2011 11.17 WIB

PT Duta Pertiwi Nusantara Tbk (DPNS) mengumumkan bahwa perseroan telah menemukan potensi cadangan batubara sebesar 150 juta hingga 200 juta ton di lahan seluas 200 hektare di Jambi. Pengumuman tersebut sontak melejitkan saham DPNS hingga 87% dalam tiga hari ini. Dari harga Rp470 pada Senin kemarin, menjadi sekarang di harga Rp880 per lembarnya (14/9).

 Melihat performa keuangan dari tahun ke tahun, DPNS tumbuh dengan lambat. Dengan aset sebesar Rp202 miliar, DPNS hanya memiliki rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 6% per tahunnya. Pada enam bulan pertama tahun 2011 saja laba bersih perseroan hanya naik Rp1,8 miliar menjadi Rp10,8. Memiliki tingkat ROE sebesar 15,57% dan ROA 10,71%, turun dari tahun lalu. Jika dilihat dari nilai PER sebesar 13,43x, DPNS memiliki harga yang cukup murah dibandingkan dengan saham sejenis.

Indikoator stochastic memberikan gambaran bahwa DPNS melejit dalam 3 hari terahir. Grafik menunjukan bahwa DPNS langsung berada pada area overbought setelah sebelumnya berada pada titik jenuh jual. Begitu juga dengan MACD dimana trend menguat drastis yang didorong oleh histogram posistif yang naik tinggi.

Analais Vibiz Research dari Vibiz Consulting memperkirakan bahwa dengan kenaikan secara cepat ini masih belum memberikan sinyal bullish yang kuat. Dihawatirkan bahwa kenaikan tersebut hanyalah spekulasi sementara. Seiring dengan pertumbuhan yang kurang agrasif, disarankan untuk wait and see apakan kenaikan tersebut stabil atau hanya sementara.

Jual Saham Kepada Arcelor Mittal, GDST Berpeluang ke 200


Rabu, 14 September 2011 09.58 WIB

PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) dikabarkan akan segera menjual sebagian saham yang dimiliki PT Jayapari Steel Tbk kepada perusahaan besi baja India yaitu Arcelor Mittal. Harga penjualan diperkirakan ada pada kisaran Rp300 per lembar. Penjualan saham ini tidak termasuk kedalam rencana perseroan, dimana sedang berada pada tahap konsorsium proyek pembangunan sarana umum yang dimotori oleh salah satu saham BUMN.

Total aset perseroan hingga ahir bulan Juni kemarin adalah sebesar Rp912,3  miliar yang terdiri dari Rp800 miliar equity. Penurunan aset sejak setahun yang lalu menyebabkan laba perusahaan terpangkas dari Rp119,1 miliar di semester pertama 2010 menjadi Rp103,3 miliar pada periode yang sama tahu ini. Penurunan tersebut juga berakibat kepada turunnya tingkat ROE menjadi 25,8% dan ROA 22,64% YoY. Namun jika dilihat dari nilai PER sebesar 7,82%, harga saham GDST termasuk murah dibandingkan dengan saham sejenis.

Dibuka menguat 20 poin dari penutupan kemarin, hari ini GDST dijual pada harga Rp191 per lembar (14/9). Indikator stochastic memberikan sinyal bullish, dimana %K berada diatas %D dan menuju titik jenuh belinya. Begitu juga dengan MACD, dimana penguatan garis MACD didorong oleh histogram positif yang memanjang. Namun setelah kemarin naik drastis, candle stick menembus upper boilinger band dimana rawan koreksi.

Analis Vibiz Research dari Vibiz consulting memprediksikan bahwa trend bullish masih berpotensi untuk menguat kembali. Selain dengan fundamental yang masih memiliki performa tinggi, teknikal pun masih berpotensi untuk naik. Dengan support pada level 150 dan resistance di 205 disarankan untuk buy on weakness.

Monday, September 12, 2011

Siapkan Dana Akuisisi, TLKM Tingkatkan Performa


Selasa, 13 September 2011 11.07 WIB

PT Telekomunikasi indonesia Tbk (TLKM) berencana untuk mengakuisisi sejumlah perusahaan yang mendukung operasional bisnis perseroan. Tidak tanggung-tanggung TLKM telah menyiapkan dana sebesar Rp1 triliun utuk akuisisi yang akan dilakukan tahun depan. Seperti yang diutarakan oleh Rinaldi Firmansyah selaku Derektur Utama TLKM bahwa akuisisi ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan perusahaan terhadap masyarakat.

Aset perseroan tumbuh stabil dari tahun ketahun dimana pada semester pertama 2011 TLKM mencatatkan pertumbuhan aset sebesar Rp800 miliar menjadi Rp99,8 triliun dari tahun sebelumnya hanya Rp99 triliun. Disayangkan pada enam bulan pertama 2011 laba bersih TLKM turun menjadi Rp5,94 triliun menjadikan tingkat ROE turun menjadi 20,39% dan ROA turun menjadi 11,9%. Namun jika dilihat dari nilai PER sebesar 12,33x, TLK memiliki harga yang cukup murah dibandingkan dengan saham sejenis.

Diperdagangkan pada level 7.450, TLKM melemah sejak beberapa hari lalu (13/9). Indikator stochastic memberikan gambaran bahwa trend sedang mengalami koreksi setelah awal September kemarin dead cross di daerah overbought. Begitu juga dengan indikator MACD dimana penurunan MACD-line tertekan oleh histogram positif yang memendek. Sedangkan EMA 5 masih berada diatas EMA 20 (bullish) namun sudah terjadi reversal pada EMA 5 sehingga potensi dead cross besar.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi bahwa dalam jangka pendek, TLKM masih akan terkoreksi. Turunnya performa pada semester kemarin membuat TLKM melemah. Dengan support pada level 7.900 dan resistance 7.000 disarankan untuk buy on weakness.

TLKM: Siap Akuisisi Perusahaan Media & Hiburan


Senin, 12 September 2011 19:00 WIB

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) siap mengakuisisi satu perusahaan lokal tahun 2012 nanti. Dana yang disiapkan mencapai Rp 1 triliun untuk memuluskan rencana perseroan tersebut.

Hal ini diutarakan Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmasyah di Pacific Place, SCBD, Jakarta, Senin (12/9/2011).

Perusahaan lokal ini bergerak di bidang informasi, media dan hiburan. Hal ini seiring visi Telkom untuk menjadi BUMN berbasis Telecommunication, Information, Media dan Edutainment (TIME).

"Perusahaan lokal, bisa akuisisi atau aliansi kerjasama. Dana Rp 1 triliun kita alokasikan. Namun yang jelas bukan perusahaan operator telekomunikasi. Yang berbasis TIME," tegasnya.

Pendekatan awal telah perseroan lakukan terhadap perusahaan incarannya ini. Sayangnya Rinaldi masih enggan menyebutkan indentitas perusahan tersebut. "Sudah ada pembicaraan," ucapnya.

Saat ditanyakan kelanjutan proses operator selular asal Kamboja, CamGSM nampaknya akan tertunda. Pasalnya belum ada kesepakatan diantara perseroan dan CamGSM. Sebelumnya Rinaldi menargetkan akusisi CamGSM rampung di triwulan III-2011, dengan kepemilikan mayoritas.

Masuki Industri Gula, AALI Menuju Resistance


Selasa, 13 September 2011 10.02 WIB

PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dalam jangka panjang sedang merencanakan diversivikasi pada bisnisnya dimana perseroan akan masuk kedalam industry gula. Dengan rencana tersebut AALI sedang menargetkan untuk melakukan akuisisi lahan di wilayah timur Indonesia khususnya Papua. Selain itu pada ahir tahun ini AALI akan mengoperasikan dua pabrik kelapa sawit baru di Sulawesi dan Kalimantan. Pembangunan tersebut tercatat memakan biaya hingga Rp1,5 triliun. Jadi sampai saat ini pabrik yang dimiliki AALI sebanyak 26 termasuk pabrik yang akan dibangun pada awal tahun 2012.

Dengan total aset sebesar Rp9,7 triliun yang terdiri dari equity sebesar Rp8,35 triliun, AALI mampu mencetak laba bersih sebesar Rp1,27 triliun pada semester pertama tahun 2011. Dengan pertumbuhan laba bersih sebesar 99,5% dari periode yang sama tahun 2010, AALI mampu memberikan tingkat ROE sebesar 30,4% dan ROA 26,2% (YoY). Jika dilihat dari harga sahamnya, dengan PER sebesar 13,76x AALI memiliki harga cukup mahal dibanding saham sejenis.

Menguat 750 poin dibandingkan penutupan perdagangan kemarin, hari ini AALI berada pada level 22.200 (13/9). Indikator stochastic memberikan sinyal trend yang bearish dimana %K berada dibawah %D meninggalkan area overbought-nya. Sedangkan indikator MACD memberikan sinyal bullish dimana MACD-line menguat didorong oleh histogram positif yang memanjang. Sedangkan dalam jangka panjang EMA 50 masih berada dibawah EMA 200 yang berarti trend major masih bearish.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi bahwa penurunan pada indikator teknikal dapat ditahan dengan performa keuangan AALI yang cemerlang. Masuknya perseroan kedalam industry gula akan meningkatkan pangsa pasar. Dengan support pada level 20.855 dan reistance di 23.000 disarankan untuk buy speculative.

Sunday, September 11, 2011

3 Investor Akan Ambil Alih 30% Proyek Rasuna Epicentrum

Senin, 12 September 2011 08:31 WIB

 
Tiga investor asing dan lokal siap mengambil alih 30% kepemilikan saham Limitless Holdings Pte Ltd, di proyek Rasuna Epicentrum milik PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) senilai US$ 120 juta.

Menurut Presiden Direktur ELTY, Hiramsyah S Thaib, ketiga investor akan masuk dalam masing-masing proyek di komplek super blok Rasuna Epicentrum tersebut. Perseroan rencananya akan melakukan perjanjian kesepakatan di Oktober 2011.

Hal ini disampaikan Hiramsyah kepada rekan media di Jakarta, pekan lalu. "Akhir Oktober akan closing, ada investor strategis dari dalam dan luar negeri," jelasnya.

Ia menambahkan, mundurnya Limitless dalam proyek yang berlokasi di area Rasuna Said ini, karena kondisi induk usaha mereka, Dubai World, yang memburuk akibat krisis di Timur Tengah tahun lalu.

"Kemungkinan akan dipecah. Bisa masuk di bawah Rasuna Epicentrum. Masuk di masing-masing project," jelasnya.

Sebelumnya, Limitless bersepakat dengan anak usaha grup Bakrie dalam kepemilikan Rasuna Epicentrum. Limitless membawa dana segar US$ 120 juta dengan imbalan 30% kepemilikan proyek.

Salah satu investor baru asal luar negeri siap menyerap setengah dari kepemilikan Limitless sebelumnya, dengan nilai US$ 60 juta. Sisanya terbagi oleh kedua mitra strategis tersebut.

"Pecahan pertama US$ 60 juta, mereka akan masuk di proyek office. Sebelumnya memang ada masalah (pembangunan), namun sudah mulai lagi. Efektif mulai tahun depan," tegas Hiramsyah.

BKPM: Metro Group Akan Berinvestasi di Indonesia

Senin, 12 September 2011 08:17 WIB


Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Gita Wirjawan, memastikan peritel raksasa asal Jerman Metro Group akan berinvestasi Indonesia melalui bisnis swalayan grosir METRO Cash & Carry.

"Metro sudah confirm akan investasi di retail," kata Kepala BKPM, Minggu (11/9/2011)

Gita Wirjawan saat ini tengah mengundang investor Jerman untuk meningkatkan nilai investasinya di Indonesia. Kedatangan Gita untuk menghadiri acara 'Indonesian Business Day' yang diadakan di KBRI Jerman, dalam rangka meningkatkan kerjasama internasional di sektor pangan, kesehatan, dan alat berat.

Total investasi Jerman di Tanah Air pada periode 2000-2010 mencapai US$ 856,2 juta. Total proyek yang terealisasi sebanyak 224 proyek dan menempati peringkat ke-15 negara-negara yang menanamkan modalnya di Indonesia.

"Kita sedang follow up dengan beberapa perusahaan yang minat di sektor bio-mass, geothermal dan otomotif," jelas Gita

Rencananya Metro Cash & Carry akan membangun pusat gosir di Jakarta. Anak usaha grup Metro ini mencari lahan seluas 18 ribu-19 ribu m2.

Metro Grup memang pernah menyatakan akan berinvestasi 200-300 juta Euro di Indonesia dengan mendirikan 20 pusat grosir sebagai tahap awal. Lewat pengembangan lebih dari 20 pusat grosir di Indonesia dalam jangka waktu menengah, Metro menargetkan mampu menciptakan lebih dari 4.000 lapangan pekerjaan.

Metro Group adalah salah satu perusahaan ritel terbesar dan berskala internasional. Pada 2010, grup ini meraih penjualan sekitar 67 miliar Euro. Perusahaan ini memiliki 290.000 karyawan tetap dan mengoperasikan lebih dari 2.100 toko di 33 negara.

Metro Group saat ini tengah mengurus perizinan dan semua persyaratan untuk membuka gerai pertamanya di Indonesia. Menurut CEO Metro Group Eckhard Cordes, pihaknya berharap bisa membuka toko pertamanya di Indonesia pada 2012. Indonesia akan menjadi negara ke-34 yang dihadiri Metro Group dan menjadi anggota ke-31 dalam portofolio internasional METRO Cash & Carry.

Raih Banyak Proyek, WIKA Masih Akan Menguat

Jumat, 09 September 2011 15.33 WIB


PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) akan segera membangun apartemen Grand Kuningan, Jakata Selatan ahir tahun ini. Pembangunan tersebut diperkirakan menelan anggaran sebesar Rp600 miliar. Dana pembangunan tersebut berasal dari pinjaman salah satu Bank pemerintah dengan jaminan sebidang tanah. Selain itu WIKA juga telah mendapatkan kontrak kerja dengan PT Angkasa Pura I untuk membangun hotel dan property di Bali.

Hingga pertengahan tahun 2011, total aset yang dimiliki WIKA sebesar Rp6,495 triliun dengan equity sebesar Rp1,96 triliun. Pada semester pertama 2011, WIKA berhasil meraup laba bersih sebesar Rp141 miliar, naik hanya Rp200 juta dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010. Dengan laba EPS sebesar Rp48,4 WIKA dapat memberikan tingkat ROE sebesar 13,91% dan ROA sebesar 4,34%. Jika dilihat dari harga sahamnya, dengan PER sebesar 12,19x saham WIKA termasuk murah dibandingkan dengan saham sejenis.

Dijual dengan harga Rp600 per lembarnya, hari ini WIKA menguat 80 poin (9/9). Indikator stochastic memberikan sinyal rebound setelah anjlok sejak ahir Juni lalu. Memotongnya garis %K keatas garis %D, menandakan terbentuknya golden cross. Begitu juga dengan MACD, dimana penguatan trend didorong oleh histogram negatif beralih menjadi positif.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksikan bahwa WIKA masih akan menguat. Melihat kinerja perseroan yang ekspansif, membuat tingkat investasi WIKA menjadi tinggi. Dengan support pada level 560 dan resistance di 625 disarankan untung buy.

Thursday, September 8, 2011

Perkuat Bisnis Perhotelan, Performa SSIA Semakin Tumbuh

Jumat, 09 September 2011 09.35 WIB


PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) dalam perkembangannya semakin tumbuh, khususnya pada lini bisnis perhotelan. Pasalnya anak perusahaan SSIA yang beroprasi pada industry perhotelan yaitu PT Suryalaya Anindita International mendapatkan kucuran dana pinjaman sebesar US$32 juta dan Rp117 miliar dari Bank Central Asia (BCA).

Sebagai jaminan, Suralaya menjaminkan hak tanggungan atas tanah dan bangunan Gran Melia Jakarta. Selain itu Suralaya juga menggadai seluruh kepemilikan SSIA dan PT Lumbung Sumber Rejeki. Kredit dengan jangka waktu pinjaman selama 8 tahun ini akan digunakan untuk refinancing atau pelnasan utang-utang lama dan untuk membiayai renovasi hotel yang dimiliki Suralaya.

Sebagai induk perusahaan, SSIA memiliki pertumbuhan harga saham yang meningkat tajam. Selama tahun 2011 ini saja SSIA sudah tumbuh sebesar 207%, dari Rp205 pada awal tahun menjadi sekarang Rp425 per lembarnya (9/9). Sejak pertengahan Agustus kemarin, SSIA cenderung sideways. Indikator stochastic, RSI dan MACD membentuk trend minor yang mendatar.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting memprediksi bahwa SSIA masih akan terus menguat seiring dengan pertumbuhan perseroan serta lini-lini bisnis anak perusahaannya. Ditambah lagi fundamental keuangan SSIA yang terus meningkat seperti ROE yang naik menjadi 22,33%, ROA menjadi 9,86% dan harga saham yang masih murah dengan PER sebesar 1,93x membuat saham ini memiliki tingkat pengembalian yang tinggi. Dengan support pada level 370 dan resistance di 440 disarankan untuk buy saham SSIA.

HEXA Catat Pendapatan US$115 Juta di Triwulan I 2011

Kamis, 08 September 2011 23:30 WIB


PT Hexindo Adiperkasa Tbk (HEXA) mencatat pendapatan US$ 115 juta sepanjang triwulan I tahun fiskal 2011. Nilai ini meningkat 35% dibandingkan sebelumnya.

"Untuk laba bersih kita sudah mendapatkan US$ 17 juta hingga Juli kemarin," kata Direktur Keuangan HEXA Syamsu Anwar di Jakarta, Kamis (8/9/2011).

Perseroan memulai tahun buku di April dan berakhir Maret satu tahun kemudian. Ini berbeda dengan emiten pada umumnya, yang memulai periode tahun buku di Januari hingga Desember.

Dengan peningkatan kinerja di triwulan I, manajemen HEXA yakin dapat mencatat pendapatan seluruh tahun fiskal 2011 US$ 644,322 juta. Sementara laba bersih mencapai US$ 54,185 juta.

Sepanjang tahun lalu, perseroan berhasil meraih laba signifikan. Atas dasar tersebut, RUPS memutuskan untuk membagikan dividen dengan total nilai US$ 17 juta.

Dividen ini merupakan 40% dari laba bersih tahun buku 2010 yang sebesar US$ 35 juta. Dengan demikian dividen per lembar saham yang akan diterima mencapai US$ 0,02055.

Pembagian dividen rencananya terlaksana di 17 Oktober 2011. Direktur Keuangan HEXA Syamsu Anwar meneegaskan, dividen tahun ini meningkat dibanfinkan periode sebelumnya, 35% dari laba bersih.

ROTI: Cari Pinjaman Rp 120 Miliar Untuk Bangun Dua Pabrik

Kamis, 08 September 2011 15:08 WIB

PT Nippon Indosari Corporindo Tbk (ROTI) sedang mencari pinjaman perbankan sebesar Rp 100 - Rp 120 miliar. Dana ini digunakan untuk membangun pabrik di kawasan Palembang dan Cibitung.

Pabrik Cibitung sudah memasuki proses penyelesaian pembangunan, dimana rencananya pabrik ini akan selesai pada Desember 2011. Sementara itu, pabrik Palembang diperkirakan akan selesai dibangun pada Mei tahun depan.

Total dana pembangunan dua pabrik ini sebesar Rp150 miliar, dimana Rp120 miliar rencananya berasal dari pinjaman bank dan sisanya berasal dari kas internal. Pendanaan untuk pabrik Cibitung diperkirakan sebesar Rp 100 miliar dan pabrik Palembang sebesar Rp 50 miliar.

Bank-bank yang saat ini sudah dijajaki merupakan bank-bank lokal, misalnya PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Permata Tbk (BNLI). Menurut perseroan, pencairan pinjaman dari BCA dan Bank Mandiri kemungkinan akan cair bulan depan.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting melihat bahwa saham ROTI secara teknikal saat ini masih berada dalam tren bullish.

Support terdekat diperkirakan dapat ditemukan pada kisaran 3350 dan 3000. Sedangkan resistance terdekat tampak terbentuk pada kisaran 3875.

Diperkirakan jika resistance di kisaran 3875 ditembus, maka saham ROTI berpeluang melanjutkan penguatannya menuju level resistance di kisaran 4350-4600.

Monday, September 5, 2011

APLN: Lakukan Akuisisi Tidak Langsung Pluit Mall


Selasa, 06 September 2011 11:18 WIB

PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) telah melakukan perjanjian pengikatan jual beli saham untuk mengakuisisi 99,9% saham PT Karya Gemilang Perkasa (KGP) yang berdomisili di Jakarta Utara.

KGP adalah perusahaan yang memiliki 52,83% saham dari PT Pluit Propertindo, dimana Pluit Propertindo adalah pemilik dan pengelola Emporium Pluit Mall yang terletak di daerah Pluit, Jakarta Utara.

Akuisisi tersebut merupakan bentuk realisasi terhadap rencana penggunaan dana hasil penawaran umum obligasi I perseroan beberapa waktu yang lalu.

Sebelumnya Agung Podomoro Land menawarkan obligasi perdananya dengan nilai Rp800 miliar yang dibagi dalam dua seri. Dana dari obligasi ini akan digunakan perseroan untuk pengembangan usaha perseroan melalui akuisisi perusahaan-perusahaan yang memiliki proyek dalam industri properti di Jakarta, Bali, dan Bogor.

Saat ini, perseroan tengah bernegosiasi dengan perusahaan-perusahaan yang ditargetkan, dengan porsi kepemilikan saham yang diincar berkisar antara 35-100%. Dua di antara perusahaan tersebut adalah perusahaan terafiliasinya.

Perseroan menargetkan proses akuisisi tersebut dapat tuntas paling lambat dua tahun ke depan.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting melihat bahwa saham APLN secara teknikal saat ini masih berada dalam tren bearish.

Namun sebenarnya fundamental APLN tergolong cukup baik, sehingga ada potensi bagi harga saham APLN untuk bangkit kedepannya. Apalagi tampak saat ini perseroan tengah gencar berekspansi.

Dibandingkan emiten-emiten properti lainnya misalkan seperti ASRI, BKSL, SMRA, dan LPKR yang rata-rata harga sahamnya dinilai sudah cukup mahal, saham APLN masih tergolong sangat murah dilihat dari rasio PER dan PBV. PER APLN sendiri per 31 Maret 2011 sebesar 3,59x, sedangkan emiten-emiten lain tersebut di atas rata-rata berada di atas 30x.

Sedangkan kinerja APLN jika dilihat dari rasio ROA dan ROE justru berada di atas emiten-emiten tersebut.

Namun untuk dapat dikatakan bullish secara teknikal, diperkirakan saham APLN harus melewati resistance di kisaran 400 terlebih dahulu. Saham APLN pada perdagangan hari ini (06/09) tampak masih bergerak pada kisaran 330-320.

Direktur Indofood Sukses Makmur Mengundurkan Diri


Selasa, 06 September 2011 11:14 WIB

Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Peter Kradolfer mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran diri ini efektif mulai 30 September 2011.

Hal itu terungkap dalam surat yang diberikan perseroan kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (bapepam-LK), Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Selasa (6/9/2011).

"Pada tanggal 5 September 2011 perseroan mengalami peristiwa atau memperoleh informasi atau fakta penting yang dapat mempengaruhi nilai efek atau keputusan investasi pemodal yaitu pengunduran diri Peter Kradolfer," kata Direktur dan Corporate Secretary INDF Werianty Setiawan dalam surat tersebut.

Sayangnya, dalam surat tersebut tidak disertakan alasan pengunduran diri Peter, hanya pengunduran diri tersebut akan efektif mulai 30 September 2011 mendatang.

Pada perdagangan hari ini, hingga pukul 10.48 waktu JATS, harga saham INDF turun 50 poin (-0,84%) ke level Rp 5.900 per lembar. Sahamnya ditransaksikan 609 kali dengan volume 6.295 lot senilai Rp 18,531 miliar.

BEI Membuka Suspensi Saham Central Omega


Selasa, 06 September 2011 11:11 WIB

Bursa Efek Indonesia (BEI) membuka penghentian perdagangan sementara alias suspensi saham PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) mulai perdagangan sesi I hari ini. Suspensi tersebut sudah dilakukan sejak 25 Agustus 2011 lalu.

"Dengan ini diumumkan bahwa suspensi atas perdagangan saham DFKT dibuka kembali di pasar reguler dan tunai mulai sesi I perdagangan hari ini," kata Pjs Kadiv Pengawasan Transaksi Irvan Susandy dalam keterbukaan informasi di situs resmi BEI, Selasa (6/9/2011).

Sebelumnya, BEI melakukan penghentian sementara perdagangan saham Central Omega dalam rangka cooling down pada 25 Agustus 2011 lalu.

Suspensi dilakukan karena saham Central Omega mengalami kenaikan luar biasa yakni sebesar Rp 1.800 atau 378,95% dari harga penutupan Rp 475 di 9 Agustus 2011 menjadi Rp 2.275 di 24 Agustus 2011.

Sebelumnya, saham DFKT juga sudah terkena suspensi pada perdagangan Senin 22 Agustus 2011 akibat lonjakan harga sebanyak 209,47%. Suspensi sahamnya tidak lama, BEI langsung mencabut suspensi tersebut keesokan harinya.

Erajaya Lakukan IPO November 2011


Selasa, 06 September 2011 10.51 WIB

PT Erajaya Swasembada pemilik jaringan outlet penjualan ponsel Erafone, distributor telepon genggam akan melakukan penawaran perdana saham (Initial Public Offering/IPO) di November 2011. Perseroan akan melepas 40% saham ke publik.

Hal ini disampaikan Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito di kantornya, SCBD, Jakarta, Selasa (6/9/2011).

"Erajaya Swasembada memasukkan ke kita. Yang akan dilepas sekitar 40%," ungkapnya.

Meski tidak menyebut target nilai IPO Erafone, Eddy meyakini emisi saham perdangan ini cukup besar. Perseroan masih akan meminta persetujuan perdahuluan ke BEI, dan kemudian mengajukan permohonan ke Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).

"Jika masuk sekarang, maka listing akan dilakukan sekitar November," tuturnya.

Sebagai penjamin emisi atas saham perdana ini, Erafone telah menunjuk PT Buana Capital, JP Morgan, dan Credit Suisse.